Kuadran Niat


Sering kudengar pengelesan "Miss, gak usah ribet-ribetlah, orang yang memudahkan urusan orang lain akan dimudahkan urusannya di akherat kelak." Ada pula yang mengatakan," Standard Miss terlalu tinggi ya, itu yang membuat kami seolah-olah seperti dipaksa dan tertekan." Bahkan ada juga yang menyodorkan saya sepenggal puisi Kahlil Gibran "sebab mereka punya alam pikir sendiri". Padahal puisi "Anakmu Bukanlah Milikmu" karya maestro pujangga itu sudah kuakrabi sejak SMA.

Semua argumen di atas sekilas mencerminkan penilaian mereka bahwa saya dianggap sebagai manusia yang menyebalkan, merepotkan atau mungkin sangat tidak diharapkan. Tentu mudah bagi saya untuk mematahkan argumen tersebut, tapi bukan masalah menang atau kalah yang saya harapkan. Ada keyakinan pula bahwa saya tidak dapat membuat semua orang senang atau suka karena memang saya tercipta bukan sekedar sebagai penghibur atau pemuas kesenangan mereka.

Kutuliskan refleksi ini minimal buat pengingat diri bahwa hidup memang penuh dinamika. Sebaik apapun manusia itu pasti ada yang tidak suka, sebaliknya sejelek apapun manusia itu tentu ada yang suka. Dan itu semua bukanlah kuadran yang ada dalam kuasa kita. Kuadran utama yang ada dalam kuasa kita dan menjadi terminal akhir adalah kuadran niat. 

Kuadran niat ini yang tak akan terjamah oleh siapa pun kecuali diri pribadi dan Sang Maha Mengetahui. Bahkan malaikat dan setan tak dapat menyadap kuadran niat ini. Meski jatuh bangun, ada suka ada duka, ada puji ada caci, selayaknya kita tetap teguh dalam kuadran niat untuk menuju terminalNya.💐❤🙇‍♀️


Komentar

  1. Fleksibel, coba itu diterapkan ya

    BalasHapus
  2. Selagi itu baik untuk kebaikan seluruh umat, sebaiknya diteruskan saja Bu. Namun memang kita terkadang harus bisa menjadi Air yang dapat menyesuaikan wadahnya, jd ga terlalu kaku.

    BalasHapus
  3. Setuju dengan kaka mud, zat cair, menyesuaikan bentuk dgn kuantitas yg tetap

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual