Postingan

Menampilkan postingan dengan label Spirit of Java

Harap

Merawat makna Memupuk rasa Mengeja asa Mengais hikmah Menyelaras alunan Mengangkasa cita Mengidam bestari Menggetar garizah Membulat andai Merenda binar Membasuh relung Memilin hasrat Melaik pesona Mematut sakinah Mewujud harap

Tulus

Kutulis ini bukan berarti diriku sudah menjadi pribadi yang tulus. Bukan pula bermaksud menceramahi kalian. Ku hanya ingin mengabadikan kisahku dalam prasasti ini saat meneguk ketulusan itu. Di rumah kudapati panutan tulus dari sosok ibuku. Alhamdulillah terlahir dari rahim seorang ibu yang senantiasa memancarkan dan mengajarkan ketulusan. Dari sebelum fajar beliau terbangun untuk tulus mengabdi dan bermunajat kepadaNya. Semua aktivitas dijalani ibuku dengan penuh cinta meski sebagian besar waktu hanya di rumah. Hingga malam sebelum terlelap, senantiasa diakhiri dengan sholat penutup dan lantunan Al Mulk.  Tak ada kata keluhan yang terucap dalam hembusan nafas beliau sekalipun kami anak-anak ibu-bapak kadang agak "ngeyel". Dapat kupelajari bahwa berkat ketulusan ibuk-lah maka akhirnya kami dapat takluk, tunduk, taat dan makin sayang plus cinta banget sama ibu. Dan beliau satu-satunya mutiara paling terindah di keluarga kami setelah bapak wafat. Di luar rumah, alhamdulillah di...

Inner & Outer Beauty

Bermain dalam ingatanku kenangan saat kali pertama diri ini belajar menari di sudut ruangan taman kanak-kanak dengan bimbingan seorang guru tari perempuan. Berlanjut di sekolah dasar yang memperkenalkanku dengan teman-teman dari berbagai kecamatan di bawah binaan guru tari laki-laki. Kegiatan menari ini masih kugeluti ketika beranjak remaja hingga awal bangku menengah atas.  Sempat juga menciptakan dan membawakan tari kreasi baru yang bernama "Goyang Pesantenan" sekalipun awalnya mendeklarasikan diri sebagai penari klasik. Dari tarian-tarian yang kubawakan, semua mengajarkan gerakan lemah gemulai, mesem alias senyum, kenes atau lincah menawan hati, dan mempercantik paras. Hingga suatu saat kutanggalkan semua hal yang berhubungan dengan tari-menari. Kumenemukan ruang yang jauh dari hingar-bingar gemerlap panggung dan lenggak-lenggok tarian. Kondisi sunyi dan menyelaras masuk ke dalam kalbu benar-benar kunikmati.  Mengisi relung yang sempat kering dan haus karena dahulu jarang ...

Enam "SA"

Pernah ada kawan bertanya, bagaimana menghapus kenangan yang kurang menyenangkan di masa lalu? Menghadapi ketakutan akan masa depan yang belum jelas? Menyelesaikan tugas hari ini yang begitu menumpuk? Kegalutan tentang semua itu sedikit banyak pasti dialami oleh semua manusia, hanya saja intensitasnya mungkin berbeda-beda.  Ada satu tips dari Ki Ageng Suryo Mentaram, sang putra mahkota yang memilih menjadi rakyat jelata, agar sedikit banyak meringankan "presure" akan masa lalu, masa depan maupun masa kini. Ketika tinggal di istana, Ki Ageng tidak pernah bertemu dengan "manusia" yang benar-benar manusia. Meskipun dalam kesehariannya banyak pelayan yang siap melayani dan hidup dalam penuh penghormatan. Hingga akhirnya Ki Ageng meminta ijin kepada Ayahanda Sri Sultan Hamengku Buwana VII untuk meninggalkan istana dengan segala konsekuensi yang ditanggungnya.  Dalam menjalani kehidupan sebagai rakyat jelata, Ki Ageng bersama Ki Hajar Dewantara mengadakan pertemuan semaca...

Kau Kira

Tergerak untuk membuka kembali "Terjemah Rasa/Tentang Aku, Hamba dan Cinta buah karya guru kehidupanku. Dan ternyata ada sajak  yang mengingatkan diriku dengan celetuk salah satu teman, "Bu Dwi sekarang ada ya". Kau kira aku ada Dia pun begitu mengira Lalu, mereka Juga banyak orang semua Aku tergoda dan mengira Aku ada Hingga bergiliran menimpa Engkau kecewa Dia kecewa Mereka kecewa Juga banyak orang semua Aku termangu dan nafas kuhela sedalamnya Aku kecewa pula Kau kira aku ada? Tiada----itu Hakiki Diadakan----itu Esensi Mengada----itu Eksistensi Merasa ada----itu Ego Pribadi Ingin (dianggap) ada----itu Ambisi Mengada-ada----itu Nafsu Duniawi Kehilangan ada----itu Kodrati Tiada----kembali ke Hakiki Dari semuanya, masihkah kau kira aku ada? ----Fahruddin Faiz----

Hening - Sunyi

Benih tumbuh dalam keheningan, tetapi pohon roboh dengan suara yang hebat. Kehancuran bersuara nyaring, tetapi pertumbuhan tidak. Inilah kekuatan dari kesunyian. - Confucius-