Inner & Outer Beauty

Bermain dalam ingatanku kenangan saat kali pertama diri ini belajar menari di sudut ruangan taman kanak-kanak dengan bimbingan seorang guru tari perempuan. Berlanjut di sekolah dasar yang memperkenalkanku dengan teman-teman dari berbagai kecamatan di bawah binaan guru tari laki-laki. Kegiatan menari ini masih kugeluti ketika beranjak remaja hingga awal bangku menengah atas. 

Sempat juga menciptakan dan membawakan tari kreasi baru yang bernama "Goyang Pesantenan" sekalipun awalnya mendeklarasikan diri sebagai penari klasik. Dari tarian-tarian yang kubawakan, semua mengajarkan gerakan lemah gemulai, mesem alias senyum, kenes atau lincah menawan hati, dan mempercantik paras.

Hingga suatu saat kutanggalkan semua hal yang berhubungan dengan tari-menari. Kumenemukan ruang yang jauh dari hingar-bingar gemerlap panggung dan lenggak-lenggok tarian. Kondisi sunyi dan menyelaras masuk ke dalam kalbu benar-benar kunikmati.  Mengisi relung yang sempat kering dan haus karena dahulu jarang kumenyapanya dengan sadar. Bertemu dengan sosok-sosok yang teduh dan meneduhkan dalam lingkaran kasih sayang karenaMu. Uhibbuki fillah, aku mencintaimu karena Allah, jadi mantra yang cukup kuat membius diriku.  

Penerimaan kekurangan dan kelebihan diri dengan membaca diri atau muhasabah, tutur kata santun, ketulusan senyum tanpa niat menggoda, ketenangan jiwa, moderasi antara ketakutan dan harapan serta rasa empati mulai kulatih perlahan yang kadang memang masih jatuh bangun. Entah kapan ending dari latihan semua itu yang pasti sisi ini cukup melengkapi paradoks hidupku. Ketika dulu pelajaran dari tarianku membekali diri tentang outer beauty alias pencitraan dan selanjutnya perjalanan hidup mengantarkanku untuk melengkapinya dengan inner beauty atau akhlak. 



Komentar

  1. wah bu dwi bisa menjadi guru ekskul tari klasik nih, wah seru banget pasti

    BalasHapus
  2. wah bu dwi bisa menjadi guru ekskul tari klasik nih, wah seru banget pasti

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual