Semua?

Aku yo mbak, sak iki keluarga wis iso nerimo. Masak njaluk kepenak apik kabeh, wis diparingi bonus kenikmatan pirang-pirang, nek sak iki ngene yo wis piye maneh, kudu gelem. Ojo kepengin kabeh. 

---sepenggal tutur pesan sore itu---

Di belahan bumi yang lain, "Mbak awakku lemes, entuk sholat karo lungguh? Yo entuk ae, karo bobok yo gak papa."

Dua kondisi di atas itu merupakan hal serupa yang tak sama jika dilihat dalam konteks dan kaidah ushul fiqh "Maa laa yudroku kulluhu laa yutroku kulluhu" yang berarti jika tidak dapati semuanya, jangan tinggalkan semuanya.

ما لا يدرك كله لا يترك كله

Sudah sejawarnya dalam fitrah kemanusiaan ingin mengusahakan semua dalam posisi yang terbaik. Dan ada juga sisi manusia yang ingin menanggalkan semua beban alias malas bahkan tak acuh hingga sampai titik lepas tanggung jawab. Kadang kita yang ingin semua sempurna sebaiknya tetap menginjakkan kaki di bumi. Dan jika kita terhinggapi rasa malas sudah seharusnya segera menatap ke langit, jangan terlalu lama berada di zona nyaman.  

Sisi-sisi ektrems yang sedikit banyak ada pada kita itu jika diurai dengan ilustrasi dan kaidah di atas maka akan ditemukan rumus kehidupannya. "Jika tidak dapati semuanya, jangan tinggalkan semuanya" itulah penuntun agar kita bisa menjadi pribadi yang moderat. 

Wahai diri, masihkah ingin semua atau akan meninggalkan semua? Selamat berproses😊



Komentar

  1. Tapi lihat kondisi, perlu beristirahat dulu, meninggalkan sejenak, kemudian gass lagi,

    Jika meninggalkan semua karena malas, hal lain yg harus diketahui why?

    BalasHapus
  2. yupz kondisi alias konteks sudah sepatutnya sefrekuensi terlebih dahulu sebelum mengungkap "why"

    BalasHapus
  3. Kalau tidak dapat semuanya, syukuri yang ada

    BalasHapus
  4. Ayok bu dwi jadi pribadi yg moderet ehehe

    BalasHapus
  5. Moderat berarti tidak saklek kan? Semoga kita bisa jadi pribadi yang luwes dan tidak kaku, karena banyak faktor yang tidak bisa kita kendalikan. Kalau maunya sempurna sesempurna mungkin ya tidak bisa. Lebih baik lakukan yang terbaik, masalah hasil jangan terlalu dipikir

    BalasHapus
    Balasan
    1. yupz, tidak saklek tapi seluwes saat saya dulu menari jawa😅

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual