Hutang

Awal tahun ini kutulis dengan judul hutang sebagai pengingat kita. Pengingat bahwa betapa butuhnya kita akan berbagai hal penunjang kehidupan yang tak mampu dipenuhi secara mandiri. Siapa sih orang yang tidak punya hutang ? Sekaya, sekuasa, sehebat, semampu apapun orang itu pasti punya hutang. Sahabat, kita semua punya hutang.

Saat masih berupa nutfah, dengan mudah mengidentifikasi hutang kita. Yupz, hutang yang berupa ovum dan sperma sebagai bahan pembentuk nutfah. Bapak dan ibu menjadi manusia pertama yang memberi kita modal.

Empat bulan kemudian, ruh ditiupkan pada nutfah. Hutang kita pun dimulai sebagai makhluk bernyawa yang membutuhkan sari-sari makanan melalui plasenta sang ibu. Tidak hanya itu, janin juga mulai membesar sehingga rahim ibu menjadi melar. Bahkan saat terlahir di dunia, ada banyak energi yang ibu keluarkan untuk si bayi. Hutang yang pastinya tidak bisa kita bayar dengan apa pun. 

Episode hidup berpindah ke dunia. Kita mulai menghirup oksigen dari udara bebas yang diproduksi oleh tumbuhan melalui fotosintesis. Tidak tahu oksigen dari tumbuhan mana yang kita hirup pertama kali. Sampai nafas berhembus pada detik ini kita juga tak tahu dari pohon yang mana. Hutang mulai tidak bisa diidentifikasi secara detail ya, pada pohon yang mana. Yang pasti hutang kita pada semesta alam dimulai saat itu.

Berbagai kebutuhan kita bertambah dan berlanjut dari hari ke hari. Kita hanya bisa menangis saat lapar, tidak nyaman dan buang air ketika masih bayi. Kasih sayang ibu dan orang-orang sekitarlah yang membantu kita saat itu. Berinjak dari bayi menuju anak-anak, kita mulai suka bermain dan bersosialisasi. Ada yang suka boneka atau robot, ada yang suka jajan, ada yang suka dibonceng sepeda teman, ada yang suka pinjam pensil atau buku catatan teman. Semua itu menjadi kenangan yang pastinya ada hutang di sana. Mungkin hutang janji pada teman, mungkin pula hutang budi baik.

Beranjak dari anak-anak menuju remaja dan dewasa kita mulai mengenal etika dalam berinteraksi. Baik dari contoh di rumah, lingkungan maupun pendidikan di sekolah. Saat kita butuh dan tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri maka tak serta merta menangis seperti saat bayi. Ada tutur ijin dan janji saat berhutang apapun itu yang mulai beraneka ragam.

Begitu banyak kebutuhan yang  tidak bisa dipenuhi sendiri kecuali dengan hutang. Statement ini bukan berarti membujuk sahabat untuk mudah berhutang. Lebih tepatnya untuk menyadarkan diri bahwa sejak di dalam rahim hingga saat awal tahun ini atau entah kapan pun itu selalu terhubung dengan hutang yang tidak mampu dibayar dengan apa pun.

Dan alhamdulillah untuk hutang yang pasti dapat kita lunasi akan semakin tuntas dengan doa yang diajarkan Rasulullah. Doa yang pantas dilantunkan setiap pagi dan sore dalam rangkaian dzikir. 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Allahumma inni a'udzu bika minal hammi wal hazan, wa a'udzu bika minal 'azjzi wal kasal, wa a'udzubika minal jubni wal bukhl, wa a'udzu bika min gholabatid daini wa qahrir rijal. (H.R. Bukhori)

"Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kebingungan dan kesedihan. Aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepadaMu dari ketakutan dan kekikiran. Aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang dan tekanan orang-orang."

Yuk kita amalkan dan rutinkan 😊🙇‍♀️












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tabur Tuai : Oneness

Note from PKKS

Membuka Blokir