Tujuan & Asesment

Kebersamaan dua hari bersama beliau-beliau sungguh membuatku kembali membuka refleksi hidup yang selama ini senantiasa bergelut di dunia pendidikan. Dunia pendidikan dalam tulisan refleksiku kali ini tidak terbatas pada lingkup akademis bangku sekolah maupun kuliah. Hanya saja akan lebih mengarah pada proses perjalanan hidupku sebagai manusia yang senang sekali belajar sejak kecil.

Cerita ibuk, waktu kecil aku senang sekali menulis meski belum bisa menulis, jadi hanya tulisan sandi rumput yang lurus tanpa belok-belok dan tak bisa dibaca, hahahaha. Lalu aku juga suka bergaya di depan cermin sambil berlenggak-lenggok yang kemudian ibuku menyarankanku untuk mengikuti ekskul tari sejak TK. Hanya saja kuhentikan saat aku mulai berhijab, serasa malu atau kurang nyaman jadinya karena aku mulai paham izzah seorang perempuan.  Aku juga suka sekali menjadi pioner, teladan atau apapun itu harus yang terbaik. Bahkan pernah saat nilai bahasa Jawaku nol maka aku seharian belajar bahasa Jawa gak melakukan aktivitas apapun kecuali makan, sholat dan mandi. Alhamdulillah sifatku itu mulai melentur seiring berjalannya waktu dg pengalaman-pengalaman hidup sungguh benar-benar mengajariku. 

Bahkan waktu kecil kelas 1 SD aku juga sudah melakukan wirid Asmaul husna tanpa disuruh siapapun sebanyak beribu-ribu kali. Hingga suatu ketika saat guru agamaku datang ke rumah menanyakan ke ibu, mbak Yanti wonten pundi Bu? Nembe wirid pak, jawab ibuku. Lalu jawaban beliau, lho cah cilik kok wis nglakoni wirid. Lalu ibuku juga cerita waktu kecil aku suka sekali berbagi mainan dan makanan sama teman2, suka membantu tapi juga suka ngotot kalau memang benar , hehehehe

Merefleksi dari masa-masa kecilku maka apa akupun mulai menyelami lebih dalam, apakah tujuan hidupku di kesempatan hidupku yang sekarang? Apa misi jiwaku? Apa yang ingin kuraih? Secara klise mungkin jawabannya adalah hidup ini Ibadah untuk berbekal pulang menuju keabadian. Secara materialisme mungkin jawabannya adalah mencapai kemapanan finansial, kebebasan, ketenaran, kepuasan , cinta manusia atau dalam bahasa jawanya Semat, Drajat, Kramat. Dan semua itu pernah kualami yang mungkin bisa dikatakan pernah mereguk ektrim kanan dan pernah kuteguk ekstrim kiri. Ternyata kondisi-kondisi tersebut membawa berbagai ujian dalam hidupku atau asesment dalam bahasa pendidikannya.

Hingga sampai detik ini aku pun masih menelisik apakah tujuan hidup yang sejati. Sampai suatu titik aku menemukan bahwa tujuan sejati atau misi jiwa dari setiap ruh adalah senantiasa semakin dekat dengan sang sumber segala sumber. Bukan sekedar ibadah, bukan hanya semat, kramat atau drajat yang menjadi tujuan hidup kita. Ibadah hanyalah cara, apapun bentuknya peribadatan itu adalah metode atau jalan yang tentunya banyak jalan menuju tujuan.  Semat, Drajat dan Kramat cukup kita gunakan sebagai alat atau kendaraan. Saat kita tertipu dengan megahnya, canggihnya, hebatnya kendaraan maka tujuan pun terabaikan. 

Dan untuk benar-benar mencapai tujuan hidup atau misi jiwa yang semakin dekat kepada Sang Sumber maka assessment atau ujian pun terbentang. So yuk buktikan apakah tujuan hidupku benar-benar murni untuk mendekat kepadaKu? Selamat merefleksi dan senantiasa membuktikannya😊🙏

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual