Masih : Nilai Cinta

Masih belum bosan juga mencerna ulang lembaran-lembaran Terjemah Rasa/Tentang Aku, Hamba dan Cinta. Kali ini pesan yang termaktub sangat related dengan curahan kaum Hawa yang ku dengar langsung di hari itu. 

Cinta pada masa kini, betapa kehilangan harga diri. Ia dipakai dengan makna yang menunjukkan keterpesonaan jasmani. Ia dipakai sebagai istilah yang menggambarkan hasrat memiliki dan nafsu duniawi. Ia gunakan dengan arti senang-senang mengumbar birahi, asyik lupa diri bersama yang dicintai.

Cinta pada masa kini, betapa kehilangan jati diri. Ia harus tampil dengan menanggung beragam pamrih dan ambisi. Ia harus hadir dengan bahasa ekonomi, jika tak ingin dipandang sekedar ungkapan basa-basi. Ia harus beradaptasi dengan logika untung-rugi, iri-dengki kompetisi dan pamrih jika tak ingin dipandang tak bernilai.

Para pecinta pada masa kini begitu malang sepi. Kala ia tampakkan wajahnya yang asli, semua memandangnya geli, seperti orang asing di negeri asing yang kata-katanya dianggap lucu dan tak dipahami. Kala ia teriakkan suara hati, semua tertawa dan abai, seperti rengekan bayi yang tak diambil peduli karena banyak hal lain lebih penting diurusi. Kala ia tangiskan luka hati, semua menganggapnya naif, sekedar menghabiskan energi, seperti rengekan anak kecil yang dipandang masih belum mengerti.

Akhirnya, perlahan cinta pun undur diri pergi. Lalu, manusia membangun peradabannya dengan keras hati😓😢😭

Komentar

  1. bagaimana cinta yang seharusnya untuk masa kini? apakah masa kini lebih buruk dari dulu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagaimana cinta yang seharusnya untuk masa kini? apakah masa kini lebih buruk dari dulu?

      Hapus
    2. Setiap kita punya versi, cara dan bahasa kasih sesuai zaman hidupnya, tapi semua zaman terhubung denganNya, so jangan sampai cinta masa kapan pun membuat Dia cemburu🤗

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual