Butuh Vs Gantung

Setelah sekian purnama kulalui, setelah beragam guru kutemui, setelah berpindah-pindah majelis kusambangi dan setelah beratus-ratus episode webinar kunikmati alhamdulillah akhirnya bisa mengurai kegundahan inner child ini. Sungguh inner child ini kusadari seiring dengan keabsurdan dan kompleksitas perjalanan hidup yang kualami.

Absurd memang saat harus memposisikan sesuatu yang berparadoks. Bagaimana bisa aku menelaah tuntunan sang manusia mulia untuk beramal demi dunia seakan-akan aku hidup selamanya dan beribadah demi akhirat seolah-olah besok aku mati. Ditambah lagi dengan kompleksitas hidup di zaman serba canggih yang menggilas hakikat diri.

Dan point "Butuh Vs Gantung" menjadi moment eureka bagiku untuk mengurai keabsurdan dan kompleksitas hidup. Tak bisa dipungkiri bahwa aku menyepakati teori Maslow yang menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan itu memang perlu untuk dipenuhi sebagai fitrah kemanusiaan. Hanya saja sebagai tempat bergantung atau tumpuan akan kebutuhan tersebut tentu manusia tidak bisa kuat menanggungnya. Perlu entitas yang supranatural dan tidak tak terbatas untuk menjadi gantungannya. Dengan kata lain bolehlah aku berikhtiar memenuhi kebutuhan akan fitrah-fitrah kemanusiaan itu. Hanya saja aku harus tetap bergantung pada entitas yang tidak tak terbatas yakni Allah Yang Segala Maha. 

Berharap mudah-mudahan absurditas dari paradoks yg kualami akan menampakkan kejelasan dan kompleksitas hidup ini lebih menyederhana atas ijin Sang Maha. Butuh beda dengan tergantung. Aku memang butuh pada hal yang duniawi tetapi semua harus kugantungkan hanya pada entitas ukhrawi dimana hanya Sang Maha yang bersemayam🙇‍♀️

Komentar

  1. Bergantung pada Tuhan menjadi jalan hidup paling aman daripada sekedar mengejar sesuatu yang jelas-jelas akan meninggalkan kita suatu hari nanti

    BalasHapus
  2. ilmu, pengalaman, akan memperjelas bayang-bayang ketidakjelasan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual