Wanita Penghulu Surga

Ku tulis ini untuk mengenang shiroh yang ku terima saat di ma'had dan dalam rangka menasehati diri pribadi. Mungkin untuk kaum adam pembagian karakteristik keluhuran budi ada di para sahabat terdekat Rasulullah yakni Abu Bakar ash Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Dan untuk kaum hawa juga tidak ketinggalan, ada 4 wanita penghulu surga yang patut diteladani, diambil ibrah dan hikmah dari kisah hidup beliau-beliau.

Pertama, Khadijah binti Khuwailid istri pertama Rasulullah yang sampai membuat Aisyah binti Abu Bakar terbakar cemburu. Hanya Khadijah yang dianugerahi keturunan dan cukup Khadijah yang menenangkan Rasulullah saat menerima wahyu pertama. Begitu penuh dan tulus cinta Khadijah pada lelaki yang secara umur biologis memang di bawah beliau. Namun secara umur kematangan Rasulullah mampu membimbing Khadijah menjadi istri yang tak tergantikan cintanya dari yang lain sehingga di antara istri-istri Rasulullah hanya Khadijah yang menjadi wanita penghulu surga.

Kedua, Maria binti Imron yang merupakan ibunda dari nabi Isa a.s. Tak ada satu lekaki pun yang pernah menyentuh Maria binti Imron. Kehormatan sebagai seorang wanita senantiasa dijaganya. Tapi apalah daya, kehendakNya memilih rahim terbaik dari Maria binti Imron untuk nabi Isa a.s yang akan menjadi cahaya bagi kaumnya. Terusir, rasa kepayahan dan tak ingin dikenali siapa pun, itulah hal yang dialami saat Maria mengandung sang nabi. Sampai akhirnya ada yang percaya dan ada yang dengki dengan kelahiran sang nabi dari wanita pilihan penghulu surga itu sekalipun ada mukzijat yang tampak jelas. Maria binti Imran melahirkan, mengasuh, mendidik dan mendukung dakwah anaknya tercinta, nabi Isa a.s , hingga akhir hayat beliau. 

Ketiga, Fatimah binti Muhammad. Terlahir dari rahim wanita penghulu surga dan dari bibit manusia pilihan. Sejak kecil Fatimah sudah mengalami berbagai himpitan dan kerelaan untuk berjuang membela dakwah. Saat Rasulullah terluka akibat penganiayaan kaummnya maka Fatimah dengan penuh iba dan kasih sayang merawat beliau. Tidak hanya jiwa juang yang dimiliki Fatimah, rasa himmah atau harga diri juga menghiasi akhlaknya. Setan tidak pernah mengetahui dan tidak bisa menggoda Fatimah dengan istilah saat ini yang sering disebut bucin.  Terbukti saat menyatakan cinta suci setelah ikrar sakral pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah menuturkan, "Pernah ada lelaki di hatiku sebelum kita menikah, dan lelaki itu adalah engkau wahai Ali." 

Keempat, Asiyah istri Fir'aun yang tidak pernah terjamah sedikitpun oleh Fir'aun. Asiyah harus menanggung hukuman dari Fir'aun setelah pengaduan dari tukang sisir Asiyah. Dengan lantang Asiyah akhirnya mengikrarkan ketahuidan di depan penguasa dzholim yang selama ini menanggung semua kebutuhan hidupnya. Tak serta merta ketahuidan itu ada, berawal dari kesucian Asiyah yang tak terjamah oleh Fir'aun lalu kasih sayang Asiyah untuk mengadopsi bayi Musa yang mengapung di sungai hingga akhirnya Asiyah memantapkan diri untuk memilih kebahagiaan sejati sekalipun harus melalui derita terlebih dahulu. 

Memang diri ini tidak sepadan dengan empat wanita penghulu surga di atas, hanya saja keteladan dari beliau-beliau akan memacuku untuk senantiasa mengakrabi suguhan episode hidup dariNya. Meski tak pantas diri ini mendiami surga sehingga dapat bersanding dengan wanita-wanita pilihan, tetapi tak sanggup pula hamba menanggung siksa neraka. Wahai diri ini, selagi masih ada waktu yang tersisa, yuk senantiasa memantaskan dan memantapkan setiap langkah. Bissmillah🙇‍♀️

Komentar

  1. Semoga contoh dari beliau-beliau bisa kita teladani sepenuh hati

    BalasHapus
  2. senantiasa meneladani empat wanita penghulu surga, senantiasa berbuat hal-hal yang positif dan memantaskan dan memantapkan setiap langkah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual