Ilmu, Kekuasaan dan Harta

Mengais tulisanku saat di ma'hady jannaty untuk menyuarakan pilu sang karbon yang kian merangkak

Tiga pemimpin besar di dunia itu: akademisi (pemilik ilmu), negarawan (pemilik kekuasaan) dan entrepreneur (pemilik harta)

Tiga bekal akherat itu : anak sholeh yang mendoakan ortu, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah.

Negarawan sejatinya tak hanya mampu menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana dalam menagamen negara, tetapi juga mampu mengkader generasi selanjutnya menjadi lebih baik. Hal ini bisa diwujudkan dengan keteladanan yang hanya terpancar lewat amal yang ikhlas. Ya, keteladanan dimulai dari diri sendiri, managemen hati, produktif waktu dan pendayagunaan  jasad yang efisien menjadi bekal utama. Keteladanan itu membuahkan generasi pembangun peradaban yang sholeh-sholehah dan senantiasa menghargai jasa leluhur lewat untaian doa-doa. Bukan seperti negarawan aliran Fir’aun yang terlalu sombong meng-agungkan diri sebagai tuhan.

Akademisi bisa mengajarkan ilmu yang bermanfaat, ilmu yang mampu menyelesaikan permasalahan manusia, mampu membantu mewujudkan ilmuwan-ilmuwan yang beradab. Ikhtiar yang bisa dilakukan dengan terus belajar setiap saat. Belajar bukan sekedar urusan logika, tapi juga urusan hati. Ingatlah bahwa ilmu itu adalah cahaya, cahaya tak akan terpantulkan jika mengenai cermin yang berdebu. Ya, debu itu ibarat dosa dan cermin itu ibarat hati. Hanya hati yang bersihlah yang mampu memantulkan cahaya ilmu untuk menerangi sekitar. Bukan seperi akademisi aliran Haman yang menganggap semua ilmu yang didapat hanya karena usaha dan kecerdasan dirinya sendiri.

Entrepreneur sepatutnya menjadi jalan untuk berlomba-lomba mengamalkan sedekah jariyah. Hanya entreprenuer yang punya nurani dan tak silau dengan dunia yang akan mampu menembus logika akhirat. Ya, entreprenuer yang yakin akan pertemuan esok hari setelah kematian. Bukan seperti entreprenuer aliran Qarun yang terjerumus dalam tipuan rendahnya nilai dunia.

“dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. tetapi mereka berlaku sombong di bumi dan mereka orang-orang yang tak luput (dari azab Allah)” (Q.S Al-Ankabut: 39)

Subhanallah, Al-Qur’an memang akan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang mau berpikir dengan nurani. Silakan memilih menjadi apapun itu dan  tetaplah kembali menengok hikmah-hikmah dari sejarah. Mungkin orang ingin memposisikan diri sekaligus sebagai tiga pemimpin itu, namun ingatlah alam mengajarkan keterbatasan dan keseimbangan. Akan ada potensi yang menonjol lebih, tapi tak layak pula mematikan potensi yang belum berkembang. Semua akan sinergis dalam keterpaduan yang berkelanjutan dalam proses pembelajaran sepanjang hayat.

Semoga senantiasa berpikir dan bertindak dengan penuh kebijaksanaan dan kearifan sehingga bisa menjadi nur atau cahaya bagi semesta alam. Aamiin ya Allah🙇‍♀️

*Refleksi_Rabingah Prawoto in Moment 19122012

Komentar

  1. mungkinkah kita menjadi ketiga pemimpin besar bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkinkah kita....(backsound lagunya stinky)😅

      just kita buktikan dg action Pak, not NATO🙇‍♀️

      Hapus
  2. Lampu juga bersinar bu, tapi kalau terlalu dekat bisa bikin kepanasan orang orang disekitarnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual