Krucil

Tanggal 19 sore sudah menjadi rutinitas untuk bertemu para krucil. Ada yang menangis meraung-raung serasa mau dipisahkan dari sang bunda, ada pula yang  dengan berani naik di atas timbangan sambil mengamati dekorasi gambar di atasnya, bahkan ada yang malu-malu, ada juga yang senang sekali dikepoin oleh para petugas. Bagai kertas putih yang masih bersih, para krucil itu begitu suci dan menggemaskan.

Mungkin benar, kata ahli bahwa sifat asli manusia bisa terbaca saat usia di bawah lima tahun. Apakah melankolis, sanguinis, korelis dan saunginis terlihat jelas dari ujung mata dan bibir saat krucil-kucil berekspresi baik melalui senyuman, tangisan atau hanya tatapan. Sungguh usia emas yang dialami krucil-krucil itu perlu dijaga dan dirawat sesuai dengan tahapan tumbuh kembang. 

Berharap pertemuan di setiap tanggal itu dapat menjadi pengobat rindu akan kehadiran mereka para krucil. Sekalipun sampai saat ini masih harus ikhtiar dan mengencangkan munajat panjang dalam sekian purnama untuk menunggu krucil di keluarga kami. Alhamdulillah pasti rumahku surgaku senantiasa memupuk harapan berupa anugerah krucil dariNya.

Komentar

  1. Anak-anak memang masih polos, belum bisa bersembunyi dibalik kebohongan

    BalasHapus
  2. semoga segera hadir krucil di tengah-tengah keluarga bu dwi aamiin...

    BalasHapus
  3. Krucil yang sangat menggemaskan dan polos itu nantinya akan menjadi generasi muda yg hebat..

    BalasHapus
  4. Syukuri apa yang ada, yang belum ada nanti ada diwaktu yang tepat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual