Pesan Hujan

Ke mana pun angin bertiup, hujan tetap turun ke bumi. Tak pilih kasih. Ia menyirami kehidupan dan membasahi harapan. Mengapa kita tidak menedalani hujan? Banyak kenangan terjadi di bawah hujan, bagiku bahkan terselip munajat saat hujan. 

Hujan. Satu kata yang memberi semangat. Mengajari untuk tidak cepat letih beramah tamah kepada alam. Segersang apa pun, jika benih kebaikan kita taburkan, hujan akan ramah menutup kegersangan. 

Hujan. Mengajari bahwa sikap baik tidak boleh pilih-pilih. Hapuskanlah dahaga demi kehidupan, tanpa peduli orang yang menadah airnya dengan ember kumuh atau bejana perak yang penuh ukiran. Jangan biasakan memberi kebaikan tergantung sekeliling dan tergantung respon dari luar. Tugas kita adalah meratakan kebaikan, keramahan dan penghormatan. Itu adalah sikap dalam diri. Di dalam diri. 

Angin boleh bertiup kemana saja, tapi hujan tetap setia menyiram bumi. Tak peduli pada ember kumuh atau bejana perak yang penuh ukiran. Air yang ditumpahkan sama. Jika kotor, manusialah yang membuatnya tercemar. Hujan setia memberi air yang suci.

Hujan. Membawa pesan romantis yang hangat, justru pada saat kedinginan dapat mengepung dari segala penjuru. Lihatlah orang-orang berhenti di bawah bayangan atap, ibu yang melindungi anaknya, pasangan yang berdekatan di bawah payung, jendela mobil yang basah atau dengarlah alunannya saat hujan turun.

Bahkan sisa hujan pun menjejakkan keramahan, membuat trotoar tampak lebih seksi. Jika kehidupan yang kita sapa selalu meninggalkan bekas indah ini, betapa indah. Betapa bermanfaat hidup kita.

Akan tetapi, mencintai hujan harus satu paket dengan mencintai segala resiko yang ditimbulkannya. Mencintai basah yang ditimbulkan atau pun yang lainnya yang mengiringi hujan. Tapi jangan berprasangka buruk, jika suatu nanti hujan datang membawa bencana. Demi Tuhan itu bukan perbuatan hujan. Itu kedurhakaan kita pada alam. Sehingga air bersih yang seharusnya menjadi sahabat justru mendatangkan bala durjana.

Pesannya jernih sekali, jika kita tak mampu lagi menghargai siklus kebaikan, apa pun yang datang kepada kita alih-alih mendatangkan keuntungan, justru malapetaka yang terjadi. Maka tak berguna kita dikelilingi keluarga yang hebat dalam mencintai, sahabat yang peduli, bahkan buku-buku motivasi sekalipun.

Seperti hujan yang datang dengan seribu pesan. Betapa seksinya hujan. Hujan menyirami tanpa pilih kasih, membawa pesan romantis, mengharuskan mencintai dengan utuh satu paket serta mengajarkan siklus kebaikan. Dan sekarang kita ada di antara dua bulan yang akrab dengan hujan. Desember dengan "gedhe-gedhene sumber" hujan dan Januari yang penuh hujan sehari-hari. Selamat menikmati pesan hujan di bulan akhir menuju awal tahun baru๐Ÿ˜Š๐Ÿ™‡‍♀️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual