Sahabat

Sahabat sejati datang dari pintu ketulusan, tinggal bersama di rumah keikhlasan dan pergi pun dengan kerelaan yang mulia.

Kau datang bukan disebabkan karena punya uang untuk mengajak nongkrong di kafe atau berwisata bersama. Kau datang karena ada sisi hatiku yang tidak lengkap, kau masuk mengisi kekosongan itu. Kau membuatku nyaman dan betah. Kau adalah tanah air bagi ketakutan-ketakutan dan kegundahan-kegundahannya. 

Aku dan engkau saling memeluk kekosongan dan kesedihan, saling menjadi peneduh bagi kegersangan demi kegersangan di bawah langit kehidupan.
Engkau datang karena jiwa, hati dan perasaan. Tiga hal yang selalu ada. Bukan datang bersama harta, bersama rupa, bersama kebohongan yang dipoles manis.

Lalu maksud tinggal dengan keikhlasan adalah keinginan yang ada hanya untuk kebaikan kita, bukan mendatangkan manfaat bagi sepihak. Sungguh sulit menemukan hal inj, tapi percayalah jika kau memiliki hati yang bening, maka cahaya akan memantul dengan jelas.

Sahabat yang mau tinggal bersama di bawah atap keikhlasan tak pernah takut dan jera dalam menasehati. Tak peduli kau marah. Yang penting adalah kau selamat, bukan kau senang.

Jika kau membuat kekeliruan yang menjerumuskan, sahabat tidak akan membiarkanmu melaluinya. Bukan tertawa dengan apa saja yang kau lakukan. 

Yang terakhir, sahabat akan pergi bersama kerelaan, jika menyadari kehadiran itu memang tak baik bagi kita. Sahabat akan berlalu, walau hati hancur berantakan. Suatu saat, kau akan membutuhkannya lagi dan kau baru menyadari bahwa dulu kau keliru telah membiarkannya pergi.

Semoga bermanfaat, Sahabat...





L_f_T

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual