Undangan Tuhan

Ada masanya hati ini sepi, jauh disudutnya kurasakan kekosongan dan tidak ada yang bisa mengisinya. Tidak juga sahabat, tidak pula keluarga. Ada waktunya jiwaku sedih tak butuh bujuk rayu. Terkadang aku tak tahu apa sebabnya. Itu bahkan lebih menyiksa. Aku juga tak mengerti. Apakah itu kerinduan yang terlalu menyiksa atau kekecewaan pada kenyataan yang tidak sesuai harapan. Bisa juga hal lain yang sekali lagi tidak dipahami.

Ada saatnya pikiranku galau, tak dapat dijinakkan oleh siapa pun dan apa pun. Yang ada hanyalah perasaan bersalah, terpuruk, menjadi orang paling bodoh atau tidak mampu memperbaiki kesalahan yang terlanjur dibuat.

Saat itu aku harus mulai berdamai dengan diri sendiri. Sebab aku tidak butuh apa-apa. Itu bisa jadi cara Tuhan hadir dalam kegersangan hidup. Untuk mengingatkan bahwa semua yang selama ini aku andalkan adalah rapuh, tidak berarti apa-apa dibanding damai dalam berserah diri kepada-Nya.

Dia datang membawaku dengan cara-Nya yang unik. Yang awalnya mungkin tidak aku pahami. Tidak aku sadari, setelah lidahku refleks berucap berat. "Tuhan, aku tidak punya siapa-siapa, aku tidak punya apa-apa.  Aku hanya butuh kekuatan dari-Mu"

Dia datang. Dia mengundangku masuk ke dalam kedamaian. Jika aku penuhi undangan itu, terlepaslah gundah gulanaku.

Pada undangan itu tertulis indah sekali, "Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah, lalu setia pada apa yang diucapkannya itu, para malaikat diutus menghampiri untuk mendamaikan hati mereka, 'Kamu tidak usah khawatir pada apa yang sedang kau hadapi, kamu juga tidak perlu bersedih hati pada apa yang telah luput dan terjadi'". (Fushshilat:30)

Itulah undangan Tuhan buatmu, buatku, buat kegalauan-kegalauan kita yang abstrak dan yang nyata. Mari datang bersama menuju-Nya. Tunggu apa lagi...





*L_f_T

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual