Orang-Orang Biasa

 "Fiksi, bukan sekedar mengadakan yang tidak ada, fiksi adalah cara berpikir"

___Andrea Hirata___

Tak ada yang melaporkan kejahatan apapun di kota Belantik. Barangkali tak ada yang keberatan jika dikatakan Belantik adalah kota ukuran sedang paling aman dan paling naif di seluruh dunia ini. Hal itu membuat Inspektur Abdul Rojali dilanda semacam paradoks tanggung jawab. Bagi Inspektur, penegak hukum yang tak beraksi, ibarat pemain organ tunggal yang tidak bisa memainka lagu Terajana. Ditemani Sersan P. Arbi dipandanginya papan tulis statistik kejahatan yang tak berubah.

Hingga hari itu tiba. Di saat Inspektur diminta untuk mengambil cuti oleh atasan karena berbagai laporannya yang tidak mendasar tentang suatu perampokan yang terencana dari seorang informan, maling kambuhan yang sering mabuk, Dragonudin. Perintah cuti itu bertepatan pula dengan sehari sebelum perayaan agustusan yang dimeriahkan dengan acara karnaval topeng moyet yang dikoreograferi oleh Guru Akhiruddin. Inspekstur Abdul Rojali pun mengambil cuti lalu bersama istri dan dua putri yang salah satunya gagal diterima di sekolah perawat, menghadiri karnaval topeng moyet di alun-alun kota. 

Jauh hari sebelum karnaval topeng monyet itu, para perampok amatir melakukan berbagai persiapan dari rapat di ruangan kedap suara, menonton film perampokan dari berbagai DVD, membeli peralatan persenjataan, mobil, laptop  hingga berlatih lari di gang-gang pasar setiap pagi. Para perampok amatir itu adalah rombongan 9 yang dipimpin oleh penjual buku dengan nama toko Heroik yang idealis, Debut Awaluddin. Rombongan 9 itu ada Rusip si paling kotor yang punya usaha cleaning service bernama CV Klino;Nihe dan Junillah dua wanita yang selalu kompak;Dinah pedagang mainan di kaki lima, Honorun guru honorer yang sudah hampir 10 tahun, Handai Tolani sang pengkhayal tulen ingin menjadi pembicara motivasi; Sobri sopir mobil tangki septik tank; Tohirin kuli panggul di pelabuhan; dan Salud pria buruk rupa yang menjadi bulan-bulanan gang Trio Bastardin dan Duo Boron. Mereka merencakan perampokan untuk membantu Aini, anak Dinah yang terkendala masuk Fakultas Kedokteran karena biaya. Hal ini dipilih Debut dan kawan-kawan karena tidak ada cara lain yang dapat dilakukan kecuali dengan merampok.

Sasaran mereka yang pertama adalah Bank di kota Belantik dengan direktur Ibu Atika, seorang wanita cantik beranak dua yang murung karena diselingkuhi suaminya. Di hari perayaan agustusan itu, para perampok amatir melaksanakan aksinya dengan berbagai trik yang sungguh aneh. Membayar parkir saat memasuki bank; menyapa tukang parkir yang cekikikan melihat badut-badut di dalam mobil yang dikira akan memeriahkan karnaval; berteriak kencang; bersalto ke berbagai arah; menyebut nama dengan akhiran to, man, wan, din atau no;  berpantun dan tidak jadi mengambil uang bank itu padahal uang sudah di depan mata. Para perampok amatir itu berubah arah lalu merampok di Toko Batu Mulia milik Trio Bastardin yang merupakan tempat pencucian uang para pejabat negara dengan perantara Duo Boron. Para perampok amatir itu berhasil merampok tas-tas koper yaang berisi tumpukan uang dengan nominal paling besar. Aini anak Dinah akhirnya tidak menjadi pelayan di warung kopi lagi dan berhasil membayar uang pangkal Fakultas Kedokteran meskipun semula Dinah menolak hasil rampokan itu lalu Debut meyakinkan bahwa itu adalah uang rakyat yang digelapkan para oknum pejabat. Oleh karena itu Trio Bastardin dan Duo Boron tidak berani melaporkan perampokan itu ke pihak yang berwajib.

Inspektur Abdul Rojali yang sedang menikmati karnaval bersama keluarga mendapatkan telepon berkali-kali dari Sersan P. Arbi tetapi tidak diangkat-angkat karena keramaian yang ada dan sesampai di rumah dia menyadari panggilan lalu tanjab gas mengenderai motor bebek tuanya. Inspektur Rojali menemui Ibu Atika untuk memperoleh informasi dan merasa sangat ganjil dengan aksi perampokan yang tidak mengambil sepersen pun uang. Setelah itu, laporan dari Dranonugin terbukti bahwa ada perampokan yang dilakukan Mul cs, perampok profesional yang sudah pernah melalang buana, di Koperasi Simpan Pinjam Lancar Sejahtera kira-kira 800 juta. Dengan mudah Inspektur Abdul Rojali dan Sersan P. Arbi membekuk para perampok profesional itu. Papan statistik kejahatan di kantor Inspektur Rojali pun pecah rekor setelah kejadian-kejadian itu. Namun di lubuk hati Inspektur masih ingin menguak perampokan bank yang gagal tapi sungguh mengesankan bahkan sampai memanggil Guru Akhiruddin untuk menjadi saksi kejadian perampokan yang bertepatan dengan karnaval topeng monyet. Di sisi lain Ibu Atika yang semula murung menjadi bersemangat untuk menjadi detektif setelah bank yang dipimpinnya mengalami perampokan yang gagal total. 

Dragonudin pun mengirimkan informasi lagi bahwa bukti-bukti perampokan yang dicari polisi ada di dalam peti ikan yang disopiri oleh Boron menuju Pelabuhan Tanjung Lantai. Dengan sigap Inspektur Abdul Rojali dan Sersan P. Arbi menindaklanjuti laporan tersebut. Duo Boron terkepung dan tertangkap. Lalu Inspektur mendapat sms dari nomor tak dikenal bahwa uang itu milik negara jumlahnya 18 miliar, tidak kurang tidak lebih.  Inspekstur mencoba menelpon nomor itu namun tidak bisa. Dan ternyata yang mengirimkan sms itu adalah Debut yang kemudian membuang kartunya ke Sungai Linggang. Bisnis batu akik di Toko Batu Mulia milik Geng Bastardin pun sepi. Belantik kembali menjadi kota yang naif kembali, sepi dari kejahatan dan semua orang kembali terjebak dalam kebiasaannya.  The End๐Ÿ˜Š๐Ÿ™‡‍♀️  

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual