Si Anak Spesial (Burlian)

Dua novel yang diulas dalam prasasti kecilku kali ini meski judulnya saling kontras tetapi keduanya sama-sama memberi kesan yang tersendiri bagi saya sebagai pembaca. Si Anak Spesial karya Tere Liye dan Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata telah memanjakan saya pribadi sebagai penikmat novel-novel tersebut. Begitu terhanyut dalam cerita yang terkadang saya terpingkal-pingkal membacanya, terpesona dengan pantun-pantun yang ada, trenyuh menyelami kisahnya, dan penuh hikmat memetik nilai-nilai moral yang terselip pada untaian kalimat yang ditulis oleh kedua novelis favorit saya.

Mamak bercerita tentang hari saat mengandung Burlian hingga saat melahirkannya. Mamak benar. Cerita mamak tentang hari kelahiran Burlian itu benar. Burung di pohon bungur raksasa yang berada di area perkuburan belakang rumah berbunyi karena melihat sesuatu di bawahnya. Bukan melihat liang lahat yang menganga sebagai pertanda akan ada yang meninggal, tetapi burung itu berbunyi karena terganggu. Dan saat Burlian kelas 6 SD bersama Can dan Munjib ke kuburan untuk mengintip burung tersebut yang ternyata ada buronan "bajing loncat" dari penjara kota yang sudah tiga hari bersembunyi di kuburan kampung yang membuat burung di atas pohon bungur terganggu lantas melenguh nyaring setiap malam. Ketiga anak tersebut berhasil diselamatkan dari buronan tersebut. Para orang kampung dan petugas koramil ramai mengepung pekuburan dan menggerbek buronan. Mamak cemas dan tetangga berbisik-bisik. Dengan segala keributan itu, mereka melewati ujian nasional dengan baik seminggu kemudian.

Pak Syahdan baru mengajak Burlian membahas rencana melanjutkan sekolah setelah pengumuman kelulusan. Kawan baik Burlian, Nakamura-San mengirimkan surat berisi penawaran untuk sekolah di Jakarta, dengan mantap Burlian menganggguk. Berangkatlah Burlian ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah dari SMP-SMA-Universitas hingga ia dapat bertemu dengan Nakamura-San saat lulus seleksi pertukaran mahasiswa Indonesia-Jepang. Tidak hanya Nakamura-San, dia juga bertemu sahabat pena yang sudah 10 tahun saling berkirim surat, putri dari Nakamura-San, Keiko-San.

Sepuluh tahun melesat bagai peluru. Burlian kahirnya mengerti mengapa Bapak dan Mamak sejak kecil selalu bilang, ,"Kau spesial , Burlian." Itu cara terbaik bagi Bapak dan Mamak untuk menumbuhkan percaya diri, keyakinan dan menjadi pegangan penting setiap kali dia Burlian terbentur masalah. Burlian mulai mengerti banyak hal dari potongan masa kecilnya di kampung. Berpeluh menghabiskan nasi lemang spesial buatan Bakwo Dar; Samsurat yang menatap dan meneriaki Burlian saat orang-orang sedang gandrung dengan SDSB alias judi angka atau togel; melihat putri mandi di sungai larangan bersama Mang Unus; Ahmad si jago bola yang sudang menghutanginya nyawa; sekolah yang roboh sehingga Juni-Juli tertimpa bangunan dan meninggal di tempat; Pak Bin yang selalu di hati-hati para murid; pemilihan kepala desa; para pengebom hutan; menyusup ke hutan sehingga memenangkan lomba lari yang diadakan oleh para ABRI yang masuk desa; sepeda baru yang dibeli dari uang gadai cincin mahar Mamak; bertemu Nakamura lalu diajak melihat bintang melalui Toli-Toli. Semua itu membuat Burlian  tumbuh dan hidup dalam kesederhanaan yang diiringi dengan pribadi spesial. The End.😊🙇‍♀️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual