Kembali pada Diri

Ada berbagai pesan yang diobrolkan dengan beliau saat beberapa hari yang lalu di sana. Berbagai pesan tersebut sedikit banyak sudah masuk ke dalam alam bawah sadarku yang insyaAllah akan muncul ketika hal-hal tersebut dibutuhkan untuk disampaikan. Hanya saja kali ini saya rasa sangat perlu untuk mengulas pesan beliau bahwa "kembali pada diri".  Dan pesan tersebut sesuai dengan nilai yang dianut selama ini yakni segala sesuatu atau apapun yang terjadi itu tak akan ada yang sia-sia. Akan tetapi, terkadang kita belum mampu mengambil pesan apa yang akan kembali pada diri kita atas kejadian-kejadian yang ada sehingga terlihat sesuatu hal yang sepele itu sia-sia atau bahkan sesuatu hal yang terkesan tidak menyenangkan itu akan membawa keburukan. Padahal terkadang hanya diri saja yang belum naik level untuk mengais mutiara dari pesan yang ada atas kejadian-kejadian yang dialami.

Agar lebih mudah dimengerti kita pakai analogi atau perumpamaan seperti anak kecil yang baru mau belajar asal dibelikan hadiah mainan atau makanan. Sebagai orang tua maka sudah sangat yakin bahwa hadiah atau iming-iming itu hanyalah pemantik yang suatu saat si anak akan meraih tujuan sejati dari belajar yakni kenikmatan yang akan kembali pada diri. Dalam kehidupan nyata proses belajar kita tidak hanya sebatas ruang kelas atau pun mata kuliah. Bahkan semua kejadian, manusia yang ditemui, ruang yang melingkupi dan waktu yang mengiringi hingga akhir usia kita adalah sesuatu hal yang dapat mengantarkan kita pada kenikmatan yang kembali pada diri asal kita mau dan berhasrat menguaknya. 

Untuk menumbuhkan rasa mau dan hasrat itulah yang menjadi tugas bagi setiap kita karena tidak ada hadiah kasat mata seperti anak kecil yang berupa mainan atau makanan. Sekalipun juga mungkin ada orang yang masih berada pada level seperti anak kecil dengan iming-iming berupa harta, tahta dan wanita. Hanya saja jika kita terjebak dan terlena dengan iming-iming tersebut sudah dipastikan akan tersesat atau bahkan menjauh dari kenikmatan sejati yang seharusnya dapat kita raih asal mampu untuk tidak tersilaukan dan tertipu dengan semua itu. Lalu bagaimana agar kita tidak tertipu? Apakah semua hal yang kembali pada kita adalah kenikmatan sejati? Ditunggu tulisan selanjutnya ya. Silakan mengeksplore. Met berefleksi.😊🙇‍♀️



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual