Tabur Tuai : Oneness
Catatan ini aku tuangkan dalam prasasti kecilku sebagai cara dan langkah belajarku. Ikhtiar ini tentunya akan menjadi jalanku untuk lebih mudah memahami hukum semesta yang pertama. Dan menjadi langkah kecilku untuk mempraktikkannya meski terkadang masih terjerembab di aku 3 dan aku 4, hanya saja tidak ada kata putus asa untuk dapat kembali ke aku 2 dan aku 1. Pasti bisa, Bissmillah😍🙏
Tidak seperti nilai raport yang ada batas kelulusan untuk mendapatkan balasan, tetapi semesta akan membalas sekecil apapun itu. Setitik kebaikan akan dibalas, setitik keburukan akan dibalas. Kebaikan akan dibalas berlipat, keburukan dibalas setimpal. Semua berjalan sesuai sistem semesta saat kita di level aku 4 (fisik) dan aku 3 (jiwa yang berupa pikiran, perasaan, memori, imajinasi), sedangkan dibalik semua itu (aku 2= ruh atau hati nurani dan aku 1= the source) ada kasih sayang Allah. Jadi bahkan dari selintas pikiran dan perasaan pun sudah ada balasannya.
Setiap saat kita diberi pilihan untuk mengambil keputusan termasuk dalam berpikir dan merasa yang buahnya berupa konsekuensi yang tersembunyi dan sudah tercatat di jiwa atau aku 3. Setiap yang kita hadapi saat ini adalah konsekuensi dari kehidupan sebelumnya. Sehingga kita tidak pantas berprasangka buruk kepada Allah karena semua adalah konsekuensi dari semua perbuatan kita sendiri yang pernah dilakukan.
Tabur tuai ini ada karena kita semua sejatinya adalah satu atau oneness. Jika kita berbuat baik pada sesama itu karena awalnya satu maka sejatinya kita berbuat baik untuk diri kita sendiri. Dan jika kita berbuat buruk maka akan berbalik kepada diri sendiri. Terkadang dalam beberapa episode kehidupan kita akan bertemu dengan jiwa-jiwa yang sama dalam casing atau fisik yang berbeda karena belum selesai karma atau konsekuensinya. Oleh karena itu perlu sikap hati yang saling menerima, memaafkan dan melepaskan untuk menyelesaikan semua konsekuensi tersebut hingga akhirnya semua bisa bertumbuh.
Saat kesadaran masih di aku 3 (jiwa), aku memaafkan supaya hatiku, perasaannku ,pikiranku, emosiku, sensasiku dan imajinasiku menjadi tenang. Saat di aku 2 (ruh) maka aku memaafkan dengan kesadaran bahwa itu untuk kebaikan aku, dimana aku dan kamu adalah aku yang sama. Saat di aku 1 (the source) maka memaafkannya sudah tidak ada emosiku. Aku berbuat baik bukan buat aku sendiri tapi untuk aku yang satu, untuk oneness bukan diri sendiri. Bagaimana aku memikirkan diriku sendiri karena semua yang ada adalah aku juga.
Jadi dalam tabur tuai, saat berbuat baik di aku 3 (jiwa) akan ngerasa lebih enak untuk diri sendiri. Saat berbuat baik di aku 2 (ruh) maka perbuatan baik itu karena saya terhubung dengan semuanya dengan landasan kita adalah ruh yang sama. Kalau menjelekkan yang lain berarti ya menjelekkan diri sendiri, kembali kepada diri sendiri. Jadi kita semua adalah diri yang satu atau oneness atau nafs Al wahidah.
Bagaimana ya cara menyadarkan orang-orang dholim kalau kita itu satu?
BalasHapusjawaban singkatnya mesti memutus dan keluar dari segitiga drama karma
HapusTerkadang masih banyak diantara kita yang terlalu egois dan tidak sadar diri
BalasHapus