Catatan /CINTA YANG PRODUKTIF/

Ada hal yang cukup menggelitik dan mengusik diriku saat Penilaian Akhir Semester (PAS) kemarin. Pasalnya jawaban dari beberapa lembar tentang organ hati bertuliskan "mencintai" , "cinta" dan jawaban lain yang sejenis. Padahal saat pembelajaran dan riview materi untuk persiapan PAS sudah dijelaskan dan diingatkan berulang kali bahwa organ hati berfungsi menawarkan racun dengan cara mengeluarkan cairan empedu. Tentu ini menjadi catatan tersendiri.

Meski serupa tapi tak sama dengan hal di atas, kejadian itu jadi inspirasiku untuk mengais ulang mutiara terpendam tentang cinta dari Erich Fromm.

/CINTA YANG PRODUKTIF/

Cinta produktif itu apa? Cinta produktif itu menggeser modus “memiliki” menjadi modus “ menjadi”. Kalau kemarin aku mencintai sesuatu berarti itu milikku. Rata-rata cinta itu seperti itu, aku milikmu, engkau milikku. Semestinya jangan modus "memiliki". Kalau modusnya "memiliki" maka yang terjadi adalah orientasi menimbun, kita tidak berkembang, ruang dan waktu harus berhenti saat ini, dunia hanya milik kita berdua, dst. Sebaiknya dalam cinta kita bersama mencerahkan dan meningkatkan diri. Bagi yang beragama dalam cinta kita bersama mendekat kepada Allah, dalam cinta kita bersama mengeluarkan potensi kemanusiaan kita, dalam cinta kita naikkan level hidup, saling membantu, saling mendukung.  Karena modusnya “ menjadi”, so dalam cinta yang produktif tidak ada kalimat kamu tidak seperti yang dulu, karena memang kita harus berubah menjadi yang lebih baik. Kita akan semakin sadar dan semakin menjadi baik.

Meskipun juga harus hati-hati, kadang-kadang begitu kita sadar mungkin kita akan ditinggal. It’s no problem. Cinta dengan modus "menjadi" ini tidak ada hubungannya dengan tinggal - meninggal. Kalau masih stress dan galau karena ditinggal, berarti dahulu cintanya modus memiliki dan tidak memberdayakan. Kadang-kadang dengan modus “ menjadi” kita tetap saling mencintai tapi tidak bersama lagi,  mungkin dengan tidak bersama ini kualitas hidup kita menjadi meningkat.

Apa saja syarat cinta yang produktif? Syarat cinta produktif yakni mendiri, bebas tapi tetap memilik penalaran kritis. Mandiri itu berarti menghargai individualitas masing-masing, jangan saling mengsubordinasi, menyetir, menang-menangan dan memperbudak. Bebas dalam arti bebas mengembangkan diri dan jangan berhenti. Kita memang bukan manusia sempurna tapi selalu menuju kesempurnaan dan harus tetap berkembang. Jangan sampai gara-gara cinta kita hancur.  Ajaklah pasangan  dalam cinta untuk mengembangkan diri.  Dan agar tidak "ngawur" maka kebebasan dan kemandirian itu harus ada nalar yang kritis. Karena kadang-kadang cinta itu buta. Misal cinta ditolak dukun bertindak, itu tidak ada nalar kristis. Kalau cinta sudah melekat tahi kucing rasa coklat, maka tidak boleh begitu. Dengan nalar kritis sedalam apapun cinta kalau tahi kucing ya tetap tahi kucing.

Setelah mandiri, bebas dan bernalar kritis maka baru aktif yang berarti bukan berduaan sambil lari-lari, tetapi mengoptimalkan potensimu dan mengeluarkan kapasitasmu yang baik-baik. Cinta itu energinya luar biasa. Kadang-kadang energi cinta itu sia-sia karena hanya untuk aktivitas senang-senang atau aktivitas yang tidak penting. Padahal kalau mau berdua bisa saling mendukung, saling menetapkan diri masing-masing untuk mengoptimalkan potensi yang kita dimiliki sehingga akan lahir produktivitas-produktivitas yang bermanfaat untuk kenaikan level hidup kita. Jadi cinta usahakan aktif dalam produktivitasnya.

Dan ringkasnya cinta produktif itu modusnya "menjadi", menjadi apa? Di awali dari membentuk diri menjadi pribadi yang merdeka kemudian kemerdekaan yang melahirkan kebebasan itu diimbangi oleh akal dan budi. Jadi nalar kritisnya harus jalan. Lalu cinta diorientasikan untuk memberi, kalau orientasi cinta kita memberi hasilnya pasti produktif. Potensi kita optimal lalu kita ingin menyumbangkan sesuatu, entah itu untuk satu orang, untuk banyak orang atau untuk seluruh semesta. Dan itulah cinta orientasinya memberi alias tidak egois. Kalau ini kita lakukan maka cinta akan mengatasi problem eksistensial kemanusiaan. Kita akan kukuh dalam diri kita, perasaan terasing dan terpisah pun lenyap.

Cinta kita memberdayakan akhirnya, tidak memperdayakan. Kita jadi kuat, jadi berkembang, jadi semakin baik dengan cinta yang produktif. Jadi, di sinilah cinta memberikan sumbangan bagi peradaban, tidak hanya membuat repot tapi memberikan sesuatu. Yuk jadikan cinta yang produktif sebagai prioritas utama.💖🙇‍♀️

It’s take a moment to tell someone you love them, but it takes a lifetime to prove it.

Butuh sedikit waktu untuk mengatakan cinta, tapi perlu sepanjang hidup untuk membuktikannya.

----Erich Fromm----






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual