Kebersamaan dua hari bersama beliau-beliau sungguh membuatku kembali membuka refleksi hidup yang selama ini senantiasa bergelut di dunia pendidikan. Dunia pendidikan dalam tulisan refleksiku kali ini tidak terbatas pada lingkup akademis bangku sekolah maupun kuliah. Hanya saja akan lebih mengarah pada proses perjalanan hidupku sebagai manusia yang senang sekali belajar sejak kecil. Cerita ibuk, waktu kecil aku senang sekali menulis meski belum bisa menulis, jadi hanya tulisan sandi rumput yang lurus tanpa belok-belok dan tak bisa dibaca, hahahaha. Lalu aku juga suka bergaya di depan cermin sambil berlenggak-lenggok yang kemudian ibuku menyarankanku untuk mengikuti ekskul tari sejak TK. Hanya saja kuhentikan saat aku mulai berhijab, serasa malu atau kurang nyaman jadinya karena aku mulai paham izzah seorang perempuan. Aku juga suka sekali menjadi pioner, teladan atau apapun itu harus yang terbaik. Bahkan pernah saat nilai bahasa Jawaku nol maka aku seharian belajar bahasa Jawa gak ...
Core value yang dipaparkan saat MPLS mengajakku kembali menelaah perjalananku dalam mengarungi sekolah kehidupan. Dan tulisan yang bergenre reflektif ini pastinya ada subyektivitas penulis tidak bisa dihindari. Meskipun begitu saya akan merefleksikan secara objektif dengan bertitik tumpu pada kesadaran kita sebagai manusia yang memiliki amanah untuk menjadi hamba dan khalifah di bumi ini. Semoga uraian ini dapat menjadi jalanku untuk mudah menerapkannya, ngelmu nglakonine kanthi laku. Berikut core value yang saya refleksikan dalam laku hidupku: 1. Respect. Sering kali kita mendengar kata respect atau menghormati. Respect ini akan dapat dimulai dengan kita menghormati diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan. Untuk menghormati diri sendiri dapat diejawantahkan dengan mencintai diri sendiri, menerima kelebihan serta kekurangan diri, memahami keterbatasan diri dan senantiasa menyadari makna diri atau tujuan hidup kita di bumi ini. Jika respect kepada diri sudah sesuai takaran mak...
Karena penjualan adalah bagian dari banyak pekerjaan, baik yang melibatkan produk, ide, layanan pribadi, sungguh bermanfaat untuk melihat hubungan antara tiga level kesadaran dasar dan kemampuan menjual itu sendiri. 1. Kelembaman Kondisi terendah yaitu kelembaman diatur oleh perasaan apati, duka cita dan ketakutan. Tenaga penjualan yang berada di level ini sering ditolak produknya oleh calon pembeli. Ini langsung mengarah pada pikiran negatif seperti," mereka tak menginginkan produkku." Sifat dasar dari aktivitas penjualan memampang mereka pada penolakan dan kekecewaan. Untuk sementara waktu mereka mungkin lepas dari perasaan-perasaan ini ketika ngopi atau bercengkrama dengan karyawan lain. Akan tetapi perasaan-perasaan negatif telah merusak konsentrasi mereka dan mengurangi kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang berguna. Penghargaan pada diri sendiri yang rendah menciptakan kerentanan pada hilangnya keberanian dan harapan, yang pada gilirannya menciptakan bayangan tentan...
Komentar
Posting Komentar