Menerima

Mungkin secara logika nalar energi yang dibutuhkan untuk "memberi" terkesan lebih besar dibanding dengan "menerima". Pasalnya dampak dari "memberi" yakni terjadi pengurangan atau penurunan suatu entitas dari si pemberi kepada si penerima. Tentu hal ini masuk akal untuk konteks "memberi-menerima" di ruang lingkup yang kasat mata atau materialisme.

Akan berbeda jika "memberi-menerima" tersebut dibawa ke alam nurani. Dalam nurani kita membutuhkan kelapangan dan keluasan yang lebih besar saat kondisi "menerima". Keluasan dan kelapangan nurani inilah yang dikompensasikan sebagai energi yang lumayan besar. 

Energi untuk dapat menerima juga mengharuskan adanya kemampuan, kejernihan, kepahaman, kemauan dan kesiapan yang tentunya semua itu tidak serta merta. Mengapa begitu? Yupz, nurani kita senantiasa bersanding dengan ego plus nafsu yang perlu disadari terlebih dahulu agar dapat dikendalikan.  Yuk senantiasa berproses untuk dapat menerima suara nurani dengan tetap menjinakkan kawan-kawan persandingannya, bukan membunuh mereka.


Komentar

  1. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Memberi memberi kebahagiaan tersendiri bagi pemberi, saya setuju kalau energi dari memberi sangat besar begitu juga dengan kebahagiaannya

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Perlu banget, diterima jangan ditolak, dikenali, diakrabi, disalurkan ego dan nafsu itu pada yang tepat dan sah menurut aturanNya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual