Rasaku

Berasa seperti permen nano-nano itulah kata yang mewakili rasaku di hari itu. Ada manis, asam, asin plus pedas. Manis di awal dengan adanya brainwash dari Dr. Capri Anjaya, S.Pd, M.Hum tentang kurikulum ngumpet yang kurasa dapat memantik kesadaran para guru dan pelatih untuk mendidik. Manis juga terasa saat melakukan permainan-permainan berkelompok yang penuh kekompakan, canda, tawa dan gojet bagi tim yang didiskualifikasi. Bahkan keakraban antara peserta mulai terbangun.  Sekalipun di awal masih terlihat canggung, alhamdulillah dengan kegiatan ini dapat lumayan melumer bagaikan gula-gula yang mencair. 

Sekitar tengah hari acara pertama berakhir yang kemudian disambung dengan arahan dari kepala asrama tentang penyambutan siswa baru. Rasa asam alias kecut mulai menyelimuti pikiranku karena para pengantar siswa baru terlihat bergerombol dan notabene beliau-beliau adalah tamu tapi kami tetap harus makan di area terbuka sehingga terkesan kurang etis bagiku, tapi ya bagaimana lagi. Andai bisa kuulang waktu mungkin tamu-tamu itu akan kupersilakan duduk di tempat yang nyaman dan kuajak makan dengan syarat ketersediaan logistik dan prasarana cukup memadai. 

Episode selanjutnya, kutunaikan tugas di bagian registrasi. Sudah dapat diprediksi akan ada kerumunan sekalipun para siswa baru tidak harus menuliskan namanya sendiri. Asin kurasa di bagian ini dengan adanya senggol sana senggol sini dari para pengantri yang belum bisa antri. Mungkin ke depan dapat dibuat konsep ada nomor antrian yang dibagikan satpam di gapura sekolah dan disediakan speaker di bagian registrasi untuk memanggil nomor antrian tersebut. Alhamdulillah ada kawan yang gercep membantuku sehingga kerumuman itu lumayan dapat teratasi, terima kasih banyak ya. 

Terakhir, rasa pedas kudapati saat ada orang tua terlihat was-was karena ternyata ada barang-barang yang belum dibawakan, anaknya belum mendapatkan kamar dan tetesan air mata ketegaran.  Jika aku menjadi orang tuanya sedikit banyak pasti akan melakukan hal yang sama. Bertanya ke sana ke mari tentang kehidupan dan kebutuhan di asrama, minta tolong untuk memastikan si anak sudah dapat kamar atau belum dan yang paling mungkin adalah akan kepeluk erat-erat sambil membisikkan pesan dengan berjuntai-juntai kata yang beriring doa. Pedas memang terasa saat harus berpisah jauh dari sang buah hati dengan kondisi segala keterbatasan dan aturan di asrama, tapi mungkin seperti sambal yang pedasnya malah menambah selera makan. 









Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual