Tabungan dengan Bunga Berlipat

Kutulis refleksi ini setelah ada obrolan tentang saving dengan salah satu kawan. Sisi realistisnya mengajakku untuk kembali berjalan ke dalam menyelami makna hidup. Mungkin bagai dua sisi mata uang, beliau memandang dari bagian atas lalu membuatku tergoda melihat dari sisi yang lain. Terima kasih atas pancingan pemantiknya😄 🙇‍♀️

Demi masa

Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran

Saat ditanya, berapa umurku sekarang ? Pasti senantiasa terbesit pertanyaan lain yang muncul tiba-tiba. Amal apa yang telah dilakukan selama itu? Kalau sudah  beramal, berbuah manis atau pahitkah amal itu bagi dunia dan akherat? Begitulah pertanyaan-pertanyaan retoris yang kadang kita belum mampu menjawab dengan jawaban yang pasti. Bahkan, bisik hati yang lain mengatakan “Manusia hanya diminta untuk beramal, bukan urusanmu untuk menimbang  amal itu, bisa-bisa kamu tidak ikhlas lho nanti saat beramal!”

Ini bukan masalah amal banyak atau tidak, bukan pula ikhlas atau tidak. Variabel amal tak akan bisa dimunculkan tanpa ada dimensi waktu. Waktu yang dimiliki seseorang sejak diciptakan sampai meninggal itulah yang disebut umur. Umur dalam bahasa Arab disebut umrota yang berarti memakmurkan. Manusia terlahir untuk memakmurkan bumi. Tak ada perbedaan jatah waktu bagi umur manusia dalam sehari, yakni sama-sama 24 jam. Kita tahu, waktu sehari 24 jam tapi kualitas dan kuantitas umur kita berbeda-beda yang tergantung pada variabel amal.

Tak perlu menempuh tingkat pendidikan formal yang tinggi untuk memahami hakikat umur karena ada manusia dengan pendidikan formal tinggi ternyata umurnya berbuah pahit. Tak perlu pula harta yang berlimpah untuk bisa menggali kebermanfaatan umur karena banyak pula hartawan yang serasa dikejar waktu itu sendiri dengan tender yang menggunung. Hal yang diperlukan hanyalah keluasan hati akan hakikat penciptaan manusia dalam dimensi umur yang terbatas dan senantiasa menderivasikan amal. Saat hati lapang, maka umur akan berbuah amal yang manis, tetapi saat hati ini sempit maka sebaliknya. Memang umur, amal dan hati tak akan bisa dipisahkan.

Harapan dari setiap orang pasti ingin memiliki umur yang panjang sehingga bisa beramal yang banyak bagi sesama dengan hati yang ikhlas. Namun, terkadang manusia tak luput dari lupa dan salah. Sudah tahu umur terbatas, tetapi tidak segera beramal. Sudah banyak beramal tetapi masih riya. Bahkan ada yang sudah ikhlas di awal tetapi rusak di akhir. Ada kunci yang bisa pegang untuk mengatasinya. Tabungan kebaikan itulah kuncinya. Tabungan kebaikan selain bisa dijadikan penambal dosa, juga bisa dijadikan investasi yang bisa diambil sewaktu-waktu. Kebaikan adalah tabungan yang berbunga dalam setiap hembusan nafas. Tak harus menunggu sehari, sebulan atau setahun, jika saatnya dibutuhkan bisa segera dicairkan. Tak harus menunggu dimensi akherat, di dunia pun bisa dirasakan.

Itulah sebabnya kita tak boleh menganggap remeh suatu kebaikan, walaupun hanya berupa tutur kata yang santun, walaupun hanya dengan berbaik sangka, walau hanya sedekah sesuap nasi.  Rasulullah mengingatkan,

“Janganlah meremehkan sedikitpun tentang kebaikan meskipun hanya menjumpai kawan dengan wajah ceria (senyum).” (H.R Muslim)

Semoga umur kita senantiasa dipenuhi dengan tabungan kebaikan. Tabungan yang bisa menutup hutang berupa dosa dan kesalahan. Tabungan yang senatiasa menghasilkan  bunga yang berlipat ganda dari sepuluh, seratus, seribu bahkan tak terbatas karena Allah penjaminnya. Subhanallah, sungguh Engkau Maha Pemurah.

Tak perlu khawatir tabungan kebaikan umur kita terlalu besar, sebab hutang kesalahan dan dosa kita jauh lebih besar. Apalagi khawatir ada sanering seperti mata uang, kebaikan umur ini tak mengenal itu. Justru yang kita khawatirkan, jika tabungan kebaikan umur kita tidak bisa menutupi hutang yang berupa dosa dan kesalahan. Selama tabungan kebaikan umur seseorang  tidak lebih banyak dari keburukannya, maka orang tersebut dianggap bangkrut. Sabda Rasulullah:

“Pengertian bangkrut pada umatku adalah siapa yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, zakat dan puasanya, akan tetapi ia selalu mencela ini dan menuduh itu, memakan barang ini dan mengucurkan darah itu, serta memukul itu. Maka diambillah amal kebaikannya dan diberikan kepada orang telah disakiti. Bila masih tidak cukup pahalanya, maka dosa-dosa yang disakiti itu diambil dan dibebankan kepadanya.”

Astagfirullah....

Hutang berupa kesalahan dan dosa kepada sesama tak cukup dengan istighfar, tapi juga perlu keridhaan dari manusia. So tunggu apa lagi ? Saving kebaikan yuk...🤗

Ya Allah, jadikanlah umur terbaik hamba di penghujungnya, jadikanlah amal terbaik hamba di penutupnya, jadikanlah hari-hari terbaik hamba saat bertemu denganMu.💖

Komentar

  1. hidup hanya sementara, lakuka yang baik tinggal yang buruk, urusan amal memang setiap orang berbeda. Biarkan urusan amal jadi urusan pibasi masing masing dan Tuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. hidup hanya sementara, lakuka yang baik tinggal yang buruk, urusan amal memang setiap orang berbeda. Biarkan urusan amal jadi urusan pibasi masing masing dan Tuhan

      Hapus
    2. hidup hanya sementara, lakuka yang baik tinggal yang buruk, urusan amal memang setiap orang berbeda. Biarkan urusan amal jadi urusan pibasi masing masing dan Tuhan

      Hapus
  2. hidup hanya sementara, lakuka yang baik tinggal yang buruk, urusan amal memang setiap orang berbeda. Biarkan urusan amal jadi urusan pibasi masing masing dan Tuhan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual