Trial & Follow Up

Telinga kita tidak asing dengan istilah "trial and error" yang ternyata pencetusnya adalah Edward Thorndike, seorang psikolog pendidikan. Mungkin pula ada yang pernah membaca novel atau film dengan judul "trial and error". Hanya saja, untuk refleksi masa pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS kali ini saya sedikit modifikasi istilah tersebut dengan reff lagu dari Kangen Band menjadi trial and follow up, coba dan tindak lanjuti.

Coba kau pikirkan coba kau renungkan
Apa yang kau inginkan telah aku lakukan
Coba kau pikirkan coba kau renungkan
Tanya bintang-bintang hanya kaulah yang ku sayang
Coba kau katakan apa yang kau inginkan

Saat MPLS ada "trial" atau tahap mencoba dari pihak panitia atau pun peserta. Misal saya sebagai panitia mencoba untuk mengkoordinir tim yodha pati, mencoba bekerja sama dengan coach dalam memandu permainan, mencoba mempersiapkan konsep team building serta berbagai perlengkapan baik untuk permainan indoor maupun outdoor. Dari sisi peserta terlihat dengan jelas bahwa mereka mencoba untuk kreatif dalam memancing pembicara dengan jawaban dan pertanyaan yang unpredictable, mencoba berstrategi dalam menyelesaikan permainan indoor maupun outdoor, mencoba fokus memperhatikan pemaparan beberapa narasumber.

Peserta mencoba berstrategi dalam menyelesaikan permainan.

Dari semua aktivitas "trial" di atas tentu harus ada follow up atau tindak lanjut sebagai bukti sayang seperti dalam syair lagu yang dikutip. Follow up yang dapat jadi teladan yakni kelihaian Dr. Capri Anjaya saat merespon jawaban atau pertanyaan unpredictable dan memanage diri untuk tetap stay cool saat ada hal yang kurang pas.  Teladan ini tentu tidak hanya digunakan saat di forum atau kegiatan belajar mengajar (KBM), insyaAllah dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari yang memang perlu dipraktikkan. 

Adapun follow up yang perlu dipertahankan tentang nilai-nilai tersirat yang didapatkan oleh masing-masing individu dalam mengikuti acara MPLS antara lain adaptasi, kekompakan, kerjasama, kedisiplinan, kepemimpinan, kreativitas, kepatuhan dan sebagainya.  Selain itu,  follow up dalam bentuk perbaikan yakni kata kunci tiap pos tentang RICAT sebaiknya ditulis agar panitia maupun peserta tidak lupa, pembagian kelompok yang perlu merata antara siswa lama dan baru serta durasi dan alur perpindahan diatur sedemikian rupa supaya tidak terjadi penumpukan peserta di pos-pos tertentu.

Meskipun trial & follow up kadang-kadang biasanya terjadi secara fluktuatif, tetapi hal minimal perlu dipertahankan adalah minat dan kesempatan. Jika sudah ada minat untuk trial atau mencoba sekalipun sedikit yang diiringi dengan follow up dalam bentuk kesempatan secara rutin maka "trial & follow up" seperti refleksi MPLS ini pasti dapat memantik habits yang baik untuk panitia maupun peserta. Semoga🙇‍♀️



Komentar

  1. Memang diperlukan follow up untuk mengingatkan lawan bicara supaya apa yang kita katakan didengar oleh lawan bicara kita

    BalasHapus
  2. follow up dan konsisten bu, untuk kekurangan kekurangan bisa buat pembelajaran untuk next kegiatan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual