Semampunya

Dalam ushul fiqih mengajarkan kita untuk semampunya saat melaksanakan perintah tetapi sekuat tenaga atau semaksimal mungkin untuk menjauhi larangan. Misal perintah berbuat kebaikan saat berinteraksi dengan Sang Maha maupun makhlukNya memang sudah sepatutnya dilaksanakan semampunya sesuai level kita. Apakah kita tergolong awam, khawash atau khawash al khawash tentu memiliki tirakat masing-masing. Hanya saja jika bicara golongan sudah tentu saya termasuk orang awam yang masih belajar menjadi awam. Bagaimana bisa bersintesis seperti itu? Silakan simak refleksi puisi "Awam Saja Belum Bisa" .

Nah untuk bagian larangan yang harus dijauhi sekuat tenaga ini kadang ada tipuan atau selubung sebagai pembenaran atau rasionalisasi. Misal, pernah ada murid les ibuku yang bertanya, "Mbah Tatik, kan Mbak Yanti gak punya pacar terus nikahe piye?". Pernah juga kudengar dari tamu yang berkunjung ke rumah saat Bapak masih bergelut dengan dunia partai, "Pak Karman, nek ora ono amplope jenengan nanti ora ono sing milih!" Bahkan ada juga muridku yang ngeles, "Miss kami ini bukan nyontek tetapi bekerja sama untuk membahagiakan orang tua agar dapat nilai bagus!"

Sekilas dalih-dalih di atas masuk akal dan memang begitu logika zaman sekarang yang seperti dunia terbalik. Pacaran dianggap ikhtiar atau jalan untuk menggenapkan dien. Amplop dinilai sebagai ucapan terima kasih. Kerja sama membohongi diri sebaiknya dimaklumi asal ortu senang.

Andai ushul fiqh di atas benar-benar dipahami pasti "pengelesan" logika di atas sangat tidak bisa diterima. Menggenapkan dien itu perintah so cukup dilaksanakan semampunya, sedangkan pacaran yang bisa jadi pintu mendekati zina harus sekuat tenaga dijauhi. Terima kasih itu anjuran jadi semampu saja, sedangkan menyuap itu sangat dilarang. Berbohong memang bersifat intensional tetapi membohongi diri sendiri itu sungguh akan berdampak sistemik untuk kehidupan ke depannya so sangat harus dihindari. Sedangkan menyenangkan ortu itu perintah yang perlu dilakukan semampunya dengan cara dan etika, bukan menggunakan kebohongan.

So easy going, semampunya ajalah, gak perlu digass saat menjalankan, plus ngeremnya harus pakem agar gak nabrak. Yuk kita ingat, pahami, terapkan 😊🙇‍♀️

Komentar

  1. Apa yg bisa lakukan untuk menyikapi pengelesan logika?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa disenyumin dg tulus untuk menurunkan gelombang logika shg bisa menyamakan frekuensi hati, plus kembalikan semua perangkat intelligence kita pada pemilikNya😊

      Hapus
  2. Apa yang bisa dilakukan untuk menyikapi pengelesan logika?

    BalasHapus
    Balasan
    1. masuk spam nggih, chat saya di blog teman2 juga begitu mungkin kemarin, sampai berkali-kali baru bisa✌

      Hapus
  3. Hidup yang tidak ngoyo adalah hidup yang bahagia

    BalasHapus
  4. setiap orang memilih jalannya masing-masing dalam berikhtiar meski terkadang tidak benar

    BalasHapus
  5. Raga berikhitiar hati bertawakal, kira-kira begitu ya Bu Dwi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual