Serpihan Diklat Online

Ini kali kedua kita mengikuti diklat online yang berdurasi 40 JP. Jika dulu pada diklat online pertama kita belajar tentang bahan dan media, maka pada kali kedua tema yang diusung tentang modul ajar maupun pernak-perniknya baik itu yang berkaitan dengan capaian kompetensi maupun profil pelajar Pancasila. Mengenai rangkuman tentang materi diklat tentu kita sudah dapat membaca di rangkuman atau mendengarkan ulang rekaman. 

Oleh karena itu pada refleksi kali ini saya mencoba menyisir serpihan diklat online baik yang menarik maupun yang membosankan. Dengan kata lain pemaparan tersirat alias tidak tertulis di rangkuman tetapi disampaikan pemateri dapat kita pungut  sedikit demi sedikit demi perbaikan langkah weekend ini dan rencana yang akan dijalankan untuk siswa maupun sekolah :

♧ Kesan pertama begitu menggoda dalam kurikulum merdeka agar bermakna. Salah satu hal yang yang menjadi pembeda antara modul ajar dengan rancangan rencana pembelajaran yakni dengan adanya pertanyaan pemantik dan pemahaman bermakna pada sesi awal pembelajaran. Sekalipun komponen tersebut tidak wajib ada di modul ajar, tetapi kemampuan guru untuk mengajukan pertanyaan pemantik  cukup penting agar para siswa mulai bisa berpikir yang kontekstual sesuai dengan fase kehidupan yang dialami siswa sehingga ada makna yang dapat diambil. Dengan begitu rasa wasting yang mungkin selama ini dialami oleh para siswa yang saya temui bisa mulai terkikis sedikit demi sedikit. Hal in juga mengingatkan saya tentang celetuk siswa "apa gunanya belajar IPA?" atau pun celoteh sindiran mereka "kata Bu Dwi , IPA dibawa mati?" So dalam ruang komponen ini saya sebagai guru akan mulai mengeksplore pertanyaan pemantik yang menjadi ruang kemerdekaan dalam kurikulum ini sehingga ketertarikan, makna, manfaat belajar mulai tergali oleh siswa. 

♧ Bukan penyetaraan tetapi treatment diagnosis. Dalam kurikulum merdeka belajar sudah tidak ada lagi istilah kriteria ketuntasan belajar yang menentukan kenaikan kelas. Core yang diharapkan dari hal tersebut yakni setiap siswa memiliki kebebasan untuk berkembang menjadi insan manusia sesuai dengan bakat dan minat para siswa. Misal anak yang suka bola seperti para siswa yang kita didik tentu memiliki tingkatan capaian kompetensi yang berbeda dengan anak yang di sekolah tetangga alias tidak dapat disamakan. Oleh karena itu dalam membuat modul ajar maupun saat mengajar sebaiknya kita  memiliki diagnosis atau pemetaan awal agar treathman yang diberikan bisa tepat. Misal sering kali saya mendapati para siswa belum bisa fokus untuk belajar dikarenakan kecapekan setelah latihan pagi meskipun sudah mandi dan sarapan. Untuk mentreathmen hal itu ke depannya, saya akan cukup mendengar keluhan terlebih dahulu sembari saya mengidentifikasi waktu yang tepat untuk memulai pembelajaran sesuai kemampuan dengan tingkatan kemampuan akademik mereka.

Alhamdulillah saya lumayan terinspirasi dari diklat online kali kedua ini terutama dari pembicara kedua dan ketiga yang penjelasan beliau-beliau cukup mudah dipahami, interaktif dan suaranya empuk terutama pembicara ketiga. Hanya saja untuk pembicara pertama saya merasa bosan karena beliau membawakan secara monoton seolah-olah seperti membaca. So, dengan berbagai pertimbangan, untuk serpihan diklat kali ini saya menilai diri pribadi dengan nilai delapan. Terima kasih atas ilmunya. Semoga ke depan bisa lebih baik. Aamiin ya Allah.🙇‍♀️ 


Komentar

  1. Refleksi yang bagus, semoga banyak manfaat dan implementasinya dapat disesuaikan dengan karakter siswa ya buu

    BalasHapus
  2. Refleksi diklat yang langsung diintegrasikan dengan keadaan sekolah, sip keren bu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual