Belajar- Bermain - Berkarya




Ada berbagai media yang kita gunakan untuk menguak kreativitas para guru agar siswa menikmati dan senang dalam belajar. Salah satu media yang saya gunakan di X-Red dalam materi proton-neutron yakni puzzle. Puzzle tersebut dicetak secara mandiri dengan menggunakan kertas buffalo yang agak tebal dengan berbagai warna. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok lalu mereka diminta untuk mengidentifikasi jumlah proton, elektron dan neutron. Setelah itu setiap kelompok menyusun puzzle berdasarkan  nomor atom dan nomor massa dari setiap unsur yang tertera di setiap puzzle. Dengan demikian siswa dapat memahami tingkatan dan golongan dari unsur-unsur tersebut.


Media selanjuntnya yang saya gunakan yakni kawat yang dibuat menjadi berbagai jumlah lilitan untuk dibentuk menjadi toroida dan solenoida. Di awal pembelajaran setiap siswa mendapatkan satu meter kawat lurus. Lalu kawat tersebut dibuat menjadi melingkar dalam beberapa lilitan yang kemudian dirangkai dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Dengan demikian, para siswa dapat membedakan bentuk toroida dan solenoida, dimana toroida merupakan kawat lilitan yang masih lurus, sedangkan solenoida merupakan kawat yang ujung-ujungnya sudah sudah saling dikaitkan. 

Selain itu, juga dihitung jumlah lilitan yang dibuat untuk dihitung nilai medan magnet jika diumpamakan ada aliran arus yang mengalir pada solenoida maupun toroida. Di akhir pembelajaran ada permaian memasukkan lilitan kawat yang berupa lingkaran ke dalam botol. Bagi yang berhasil memasukkan lilitan tersebut ke botol maka akan mendapat tambahan poin plus bantuan rumus cara menghitung medan magnet.


Berbeda pula untuk media lomba cerdas cermat di X- Blue untuk materi kimia di lingkungan kita. Saya cukup menggunakan beberapa lembar soal yang sudah ditempel pada kertas karton lalu dipotong-potong agar menjadi kartu soal. Kartu-kartu soal tersebut dikocok untuk dibagi ke beberapa grup siswa yang telah dikelompokkan di awal pembelajaran. Setiap kelompok mendapatkan beberapa kartu soal yang harus dikerjakan sebagai modal awal atau amunisi sebelum mengikuti lomba cerdas cermat. 

Setelah saya koreksi maka lomba cerdas cermat dapat dimulai dengan aturan main bahwa yang membacakan soal adalah para siswa sendiri dari masing-masing kelompok secara bergantian. Siswa yang tidak membacakan soal maka bertugas mengawasi dan menunjuk kelompok mana yang mengangkat tangan terlebih dahulu. Jika jawaban benar akan mendapatkan nilai 100 dan jika salah dikurangi 50. Dalam permainan yang bernuansa lomba cerdas cermat ini dimenangkan oleh kelompok B yang terdiri atas Faiz, Hendri, Zayyan, Rizki dan Fachris.
 

Untuk kelas XI-IPA, media yang digunakan yakni kertas kardus bekas, tali, paku, gunting, pemberat dan penggaris. Sesuai dengan materi yang dipelajari yakni titik berat maka para siswa pun menguji titik berat bangun ruang yang telah dibuat dengan menggantungkannya di atas gazebo. Apakah penentuan titik berat dari bangun ruang tersebut tepat atau tidak maka dapat dilihat dari kesetimbangannya saat digantungkan. 

Selain membuat karya berupa bangun ruang dan menentukan titik berat dengan metode menggambar, para siswa juga diminta untuk menghitung titik berat dengan rumus-rumus fisika yang lumayan matematis. Alhamdulillah ada berbagai bentuk ruang yang tercipta dan siswa dapat langsung menerapkan konsep maupun rumus dari titik berat bangun-bangun ruang tersebut.

Dari berbagai media yang digunakan di atas, rata-rata media tersebut dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Hanya saja untuk meningkatkan keaktifan siswa maka media praktikum seperti di pada materi toroida-solenoida dan titik berat lebih dapat dilihat daripada media permainan yang berupa puzzle maupun kartu soal. 

Hipotesis saya bahwa dengan menggunakan media permainan maka aspek yang dinilai yakni kognitif dan afektif, sedangkan untuk media praktikum maka guru dapat menilai aspek yang lebih lengkap yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. 

Oleh karena itu agar penilaian lengkap maka sebaiknya kita menggunakan media yang berselang-seling antara praktikum maupun permainan sesuai dengan ciri karakteristik bab yang diajarkan. Kita juga perlu memperhatikan model-model belajar dari para siswa.

Siswa yang penilaian kognitifnya tinggi tentu suka dengan media yang lebih mengasah kemmapuan otak seperti lomba cerdas cermat. Siswa yang bertipe kinestetik tentu lebih senang dengan pembelajaran yang menggunakan media praktikum. Dan titik poin utama yakni penilaian afektif akan dapat digunakan dalam berbagai pembelajaran dengan menggunakan media apa pun itu. 

So, dalam refleksi ini saya tuliskan judul belajar-bermain-berkarya karena dalam ulasan kegiatan-kegiatan di atas merupakan cerminan dari aktivitas pembelajaran yang tidak sekedar belajar. Belajar dengan menggunakan berbagai media-media yang kemudian ternilai dengan berbagai karya baik itu secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Semoga aktivitas belajar - bermain - berkarya ini senantiasa memacu dan menginspirasi kita untuk semakin kreatif dan menjadi lebih baik. Aamiin ya AllahπŸ™‡‍♀️πŸ™‡‍♀️πŸ™‡‍♀️

 

Komentar

  1. Bu Dwi adalah sosok guru IPA yang sangat kreatif dan bekerja keras. Kenapa saya sebut kerja keras? Karena Bu Dwi menyiapkan alat-alat praktikum sendiri dan menurut saya itu niat sekali. Contohnya, kawat yang dipakai untuk kelas xII, awalnya saya bingung Bu Dwi kenapa bawa kawat sepanjang ini ke sekolah? Praktikum apalagi yang akan dilakukan? Itu lah pertanyaan saya ketika melihat alat-alat Bu Dwi. Melihat media yang digunakan Bu Dwi, saya tertarik dengan sistem cerdas cermat yang dilakukan di kelas 10 Blue, setelah ini saya akan belajar mengenai metode cerdas cermat yang kemudian akan saya gunakan di pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
    Saya belajar banyak dari Bu Dwi, bahwa sesuatu yang dikerjakan dengan niat maka hasilnya akan mengikuti. Jadi, jika kita sebagai guru mampu menciptakan media pembelajaran yang maksimal maka hasilnya akan maksimal juga.

    BalasHapus
  2. Saya melihat media pembelajaran bu dwi sangat seru sekali ya. Semua materi bisa dipraktikkan karena ilmu pengetahun alam berbasis pada alam ya buk ehe. Jadi lebih seru dan asyik jika praktik dibandingkan dengan materi di kelas saja. saya pun waktu sekolah lebih suka praktik daripada teori saja. teori hanya lewat di kepala, tapi praktik bisa menjadikannya lebih nyata. Teori yang abstrak bisa menjadi konkrit dengan adanya praktik. Namun, sangat disayangkan fotonya bu dwi kecil sekali sehingga mata saya tidak menjangkau gambar satu persatu dengan baik. Yang ingin saya tanyakan adalah, penyampaikan materi yang teoritisnya bagaimana ya buk? Apakah diterangkan seperti biasa?

    BalasHapus
  3. Bu Dwi adalah guru yang sangat semangat dan energik. Saya jadi ikut termotivasi menjadi bersemangat kalo lihat bu Dwi.. hehehe. Saya setuju bahwa siswa yang penilaian kognitifnya tinggi tentu suka dengan media yang lebih mengasah kemampuan otak seperti lomba cerdas cermat. Siswa yang bertipe kinestetik tentu lebih senang dengan pembelajaran yang menggunakan media praktikum. Dan titik poin utama yakni penilaian afektif akan dapat digunakan dalam berbagai pembelajaran dengan menggunakan media apa pun itu. Siswa kita senang belajar dengan bergerak ya bu. Menurut saya anak-anak SPSS dengan kemampuan motorik yang lebih dari anak di sekolah akademik pada umumnya. Berarti siswa akan senang juga belajar dengan bergerak,.

    BalasHapus
  4. Bu Dwi pasti kalau mengajar enak ya… soalnya anak-anak ipa hanya beberapa orang saja. Tentunya anak anak akan lebih enjoy untuk menikmati suasana mengajar di kelas bu dwi, o ya, aku selalu inget bu dwi selalu membawa media yang berbeda setiap harinya. Tolong itu bagaimana yak ok bisa bu dwi jadi kreatif seperti itu? Mohon ajari saya BU…..
    Saya juga pengen jd kreatif seperti bu dwi, lalu bu dwi juga sangat totalitas membeli ini itu demi pebelajran di kelas. Mohon ajarannya bu. Semoga bu dwi mau membagikan pengalamannya Kembali. Makasih banyak sudah sharing hari ini buuuu… maaksi Makasi Makasi hehe hehe

    BalasHapus
  5. Saya sangat kagum dengan pembelajaran yang dilakukan bu dwi. Sangat bervariatif sekali. Bawa sendiri bahannya dan kreatif sekali pembelajarannya. SANGAT NIAT SEKALI POKOKNYA. Oh ya ada satu hal yang bisa saya adopsi yaitu cerdas cermat. Saya akan terapkan besok. Boleh kan bu? Saling ATM kan boleh heheheh. Yang bisa garis bawahi yaitu media dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Kalau boleh tahu tulisan diblog bu dwi berapa paragraf? Kalau misal dijadikan satu paragraf lebih baik digabung dan antar paragraf harus ada pembedanya yaitu menjorok kedalam. Sangat terinspirasi sekali karena sesuatu yang abstraks memang harus diimbangi dengan sesuatu yang kontekstual agar mudah dipahami siswa. Selalu semangat berinovasi. Oh ya kriteria penilaian belum dibahas yak hehe

    BalasHapus
  6. Bu Dwi adalah salah satu guru paling kreatif menurut saya dengan berbagai media belajar. Bu Dwi sangat berdedikasi, menurut saya, karena beliau membuat dan membawa banyak barang praktikum. Saya pernah membaca "Science is fun, but not for everyone" dan ternyata benar, sains, di tangan Bu Dwi terlihat sangat menyenangkan, mungkin karena banyaknya media dan praktikum yang beliau lakukan ya. Saya pernah sekali masuk ke kelas Bu Dwi, waktu itu beliau menggunakan dadu untuk menentukan jumlah soal yang akan dikerjakan, menurut saya metodenya seru sih, anak-anak juga jadi kena surprise pastinya, kalau jumlah soal yang mereka kerjakan banyak hehe. Pokoknya Bu Dwi paling bisa deh membuat kelas menyenangkan dengan banyak praktikumnya

    BalasHapus
  7. Bu Dwi Ariyanti baru saja punya platform baru nih yaa BELAJAR BERMAIN BERKARYA. Dalam foto tersebut saya melihat murid murid bu Dwi sangat menikmati dalam pembelajaran, tapi kenapa yaa sering kali bu Dwi merasa kesal dengan murid murid selepas jam belajar. Dan beberapa kesempatan juga terkondisikan dengan prakarya yang bu Dwi tugaskan ke murid muridnya. Jadi secara tidak langsung bu Dwi ini sudah menjadi idola di kelasnya looh, tapi hanya saja bu Dwi terlalu serius untuk menganggapi cara main murid muridnya. Maksudnya murid murid minta main-main tapi bu Dwi serius, atau sebaliknya.
    Dengan adanya platform BELAJAR BERMAIN DAN BERKARYA ini semoga menumbuhkan rasa semangat belajar murid murid dengan metode cara bermain untuk menciptakan sebuah karya yang cetar membahana. Untuk bu Dwi semangat yaa, kalo diajak bercanda sama muridnya jangan lupa membela diri yaa. Okey

    BalasHapus
  8. Blog Bu dwi kali ini membahas tentang media pembelajaran IPA untuk kelas SMA, sangat menarik dan kreatif sekali bu Dwi dapat menggunakan berbagai media pembelajaran dalam memberikan materi kepada siswa, bu Dwi selaku menyiapkan segala sesuatu dengan baik dan terstruktur alhasil anak2 kelihatan menikmati pelajaran IPA, apalagi ada konsep cerdas cermat yang dapat memotivasi siswa untuk berkompetisi dalam hal pencapaian prestasi akademik, mungkin konsep cerdas cermat ini dapat diapakai untuk semua kelas buu bahkan sekolah kita perlu mengadakan lomba cerdas cermat tingkat sekokah supaya ada apresiasi lebih bagi mereka yang berhasil di akademis,
    Kalau ada waktu saya ingin observasi kelas bu Dwi agar bisa tau bagaimana proses KBM yang seperti bu Dwi tulis, hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual