3-2-1

3-2-1 itulah hal yang diabadikan dalam prasasti kecilku kali ini. Tiga hal tentang hal yang kita pelajari pada sesi zoom hari ini bersama konsultan SPSS, Dr. Capri Anjaya. Dua hal yang menarik dari pertemuan virtual kita hari ini. Satu pertanyaan untuk Bu Capri.

Tiga hal yang kita pelajari antara lain hikmah dari video yang disajikan oleh beliau di awal sesi sebagai brainstorming; perbedaan dari fixed mindset dan growth mindset, dan tips-tips agar kita dapat menjadi pribadi yang memiliki growth mindset.  Yuk kita kupas satu per satu tiga hal tersebut. Semoga dengan kita mengikat ilmu-ilmu dari beliau melalui tulisan di blog masing-masing dapat meningkatkan daya retensi kita.

Ilmu pertama kita peroleh  dari video tentang seorang ibu dan anak putrinya serta nanas. Ibu tersebut tidak pernah mengeyam sekolah. Ibu tersebut tidak tahu apa yang harus diajarkan kepada putrinya. Hal yang dapat diajarkan sang ibu hanyalah dengan menunjukkan aktivitas yang dilakukannnya pada si anak. Jadi si anak belajar dari contoh seperti praktik mengupas dan mengiris nanas. 

Pada suatu saat, ketika  si anak pulang sekolah, ia melihat teman-temannya menikmati es krim yang sudah mereka beli.  Dan saat itu sang ibu juga berada di tempat kejadian tersebut karena sang ibu berprofesi sebagai penjual buah di dekat sekolah. Sebagai seorang ibu pasti merasakan apa yang diinginkan oleh si anak.  Hanya saja dalam kondisi ekonomi terbatas, sang ibu belum mampu membelikan es krim untuk si anak. Lalu muncullah ide dari sang ibu untuk membuat es nanas yang dibentuk seperti es cream tusuk. Saat menikmati es nanas yang menyerupai es cream tusuk, tiba-tiba si anak menyelethuk, “Mengapa kita tidak menjualnya Bu? Es cream nanas ini enak.” 

Lalu sang ibu pun merealisasikan ide si anak dengan memberi kesempatan si anak untuk menjual es cream nans buatan sang ibu. Hanya saja di awal pengalaman berjualan si anak, tidak ada satu pun yang membeli. Si anak pun bercerita kepada sang ibu tentang pengalaman awal berjualnya. Lalu sang ibu meminta si anak untuk melihat cara berjualan orang-rang di pasar. Dari observasi langsung di pasar terbutlah si anak akhirnya mempunyai ide tentang cara berjualan. Di awal si anak hanya berkata, “ Ada yang ingin es cream nanas? Adakah yang ingin beli?”. Setelah dia belajar dari pasar dia memiliki strategi penjualan dengan menawarkan, “ 5 Bath satunya, 10 Bath dapat tiga.” Di hari selanjutnya setelah ada pelanggan yang lumayan, si anak cukup membunyikan bel sepedanya untuk menjual es cream nanas yang kemudian para pelanggan pun menghampiri. 

Belajar dari pengalaman dan menyelesaikan dengan caranya sendiri, itulah pendidikan yang diberikan oleh sang ibu kepada si anak. Dan akhirnya sang ibu yang notabene tidak mengeyam sekolah dapat mengantarkan si anak menuju masa depan yang lebih baik dengan terus belajar dari hidup dan kehidupan. Kita sebagai insan pendidik seyogyanya juga belajar dari madrasah hidup yang kemudian dilengkapi dengan ilmu-ilmu yang kita peroleh dari bangku sekolah. Misal dalam mendidik sebaiknya kita memberikan kesempatan pada para anak didik untuk mengeksplore pembelajaran yang ada dengan cara mereka sendiri. Jika mereka mengalami kesulitan atau kegagalan maka kita perlu memotivasi mereka serta tidak menyalahkan maupun mendikte secara berlebihan. Dengan begitu, pemikiran mereka akan tumbuh dan berkembang secara positif.

Berbicara pemikiran yang tumbuh dan berkembang secara positif, maka topik selanjutnya yang kita ulas yakni tentang growth mindset yang sangat berbeda dengan  fixed minset. Pola fixed mindset mengasumsikan bahwa kecerdasan dan bakat itu paket yang dibawa sejak lahir sehingga sekuat apapun usaha kita untuk mengembangkan intelegensi maka tetap akan sesuai jatah yang telah diberikan. Ciri-ciri tipe fixed mindset jika ada tantangan maka dengan serta merta membuat balok penghalang dengan pikiran yang pesimistis dan mudah menyerah. Berbeda dengan tipe growth mindset yang mengasumsikan bahwa intelegensi manusia akan terus  berkembang sejalan dengan usaha, pembelajaran dan dedikasi. Hal ini sesuai seperti pada contoh video saat brainstorming di atas. Sang ibu dan si anak terus berpikir mencari solusi, senantiasa membuka cakrawala dari mana pun itu dan terus mencoba. Dan gambar di bawah ini merupakan ciri-ciri tipe growth mindset.

Adapun salah satu tips dari Bu Capri agar kita sebagai pendidik dapat mengembangkan growth mindset di kelas yakni mengubah kata "tidak" dengan kata "belum". Misal, jika ada anak yang mengatakan, "Soal ini terlalu sulit untuk diselesaikan Bu, saya tidak mampu mengerjakannnya!", maka kita respon anak tersebut dengan, "Bukan tidak mampu, hanya belum mampu dan butuh waktu untuk belajar lagi."

Selanjutnya, tentang dua hal yang menarik saat zoom tadi yakni ilmu-ilmu yang beliau berikan selalu ada yang baru dan cara pemaparan beliau yang selalu memberikan yang terbaik. Sekalipun beliau ada banyak urusan,  begitu all out beliau mendidik kita bersepuluh saat zoom tadi. Dan pasti selalu ada hal baru dari yang beliau sajikan. Apakah itu gambar PPT, cerita pengalaman beliau dan sudut pandang beliau tentang apapun itu.

Tentang satu pertanyaan yang saya ajukan, beliau menjawab cara agar kita dapat memancing siswa untuk mau bertanya adalah dengan 3-2-1. Seperti di paragraf awal, kita mulai latih siswa menulis 3 hal yang dipelajari, 2 hal yang menarik dan 1 pertanyaan. Dan ini juga salah satu tips agar bertipe growth mindset. Ke depan tips ini akan saya terapkan di kelas.

Terima kasih banyak Bu Capri atas semua ilmu dan kasih sayangnya. Terus belajar dan berproses agar berubah dari fixed mindset menuju grotwh mindset. Semoga kita semua berada dalam lingkungan yang mendukung untuk bertipe growth mindset. Aamiin ya Allah.🙇‍♀️🙇‍♀️🙇‍♀️

Komentar

  1. Hayu Bu Dwi mulai sekarang bisa bertanya tanpa membuat orang tersebut kesel sama pertanyaan Bu Dwi hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual