Ajari Anakmu sesuai Zamannya

Mengapa ada kurikulum merdeka? Itu terjadi karena adanya learning loss. Learning loss dialami bukan karena pandemik, tetapi sejak sebelum pandemik sudah ada learning loss dengan indikasi literasi Indonesia termasuk rendah dibanding negara-negara yang sama-sama berkembang. Lalu apakah kita sadari bahwa kegalauan yang dialami pendidik saat ada beban ujian nasional seimbang dengan ketercapaian kompetensi para peserta didik? Terutama saat ada ujian nasional bahwa bukan kompetensi yang diukur melainkan hanya sebuah nilai atau angka yang tidak benar-benar mencerminkan kompetensi peserta didik. Dan setelah pandemic selesai, para pendidik pun hampir lupa bahwa harus membelajarkan anak dengan sebenarnya, dalam arti merdeka sebagai manusia. Selama ini para pendidik masih terkungkung dengan kisi-kisi tertentu untuk mengantarkan peserta didik mencapai nilai lulus saat ujian. 

Untuk kondisi sekarang apakah saat kurikulum merdeka belajar diterapkan guru mampu membuat tujuan pembelajaran yang sesuai dengan core kompetensi dan realita kondisi karakter para peserta didik? Saat sekarang tujuan pembelajaran harus diturunkan dari capaian pembelajaran hanya saja para pendidik belum terbiasa. Pendidik sebaiknya berupaya agar peserta didik menjadi pembelajar yang merdeka sehingga peserta didik tahu siapa mereka. Pendidik juga perlu membantu mereka menentukan arah hidupnya jadi pendidik cukup memfasilitasi para peserta didik. Dengan merdeka belajar maka sekolah bukan untuk lulus lebih tepatnya sekolah untuk kehidupan selanjutnya, bukan sekedar untuk nilai-nilai. Hanya saja kita juga tidak fleksibel kepada para peserta didik tetapi ada rambu-rambu tertentu dan bukan itu final desnination. 

Pembelajaran bukan sekedar menghasilkan nilai tetapi memfasilitasi peserta didik untuk dapat berpikir, mengembangkan kesadaran diri bahwa peserta didik perlu megikuti norma-norma tertentu atau self regulation. Pendidik juga wajib memberi peluang sebesar-besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan minat. Oleh karena itu,  kita perlu membuat tujuan-tujuan pembelajaran yang tidak dibatasi dengan materi ajar tetapi lebih fokus pada minat dan kompetensi peserta didik. Dengan begitu kita sadar bahwa pendidikan yang memerdekan adalah proses yang memberi peluang bagi pendidik untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi semaksimal mungkin. 

Untuk mencapai potensi maksimal maka perlu adanya kolaborasi dalam mengembangkan kecakapan tertentu. Jadi bukan sekedar menguasi ilmu tetapi jauh lebih dari itu yang diperlukan para peserta didik seperti kemampuan berpikir, menyampaikan kembali ilmu yang dipelajari, kemampuan menganalisa suatu kondisi. Jadi pendidikan diselenggarakan sesuai dengan zamannya. Dan hal yang paling dibutuhkan di zaman sekarang  adalah resiliensi atau siap mental untuk mental, kecakapan emotional, leardership, kolaborasi. Kecakapan-kecapakan tersebut tidak hanya digarap lewat mata pelajaran tetapi dibangun dalam kelas yang dikolaborasikan sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan untuk hidup ke depannya. Kita sudah dilenakan dengan ujian nasioanl selama 16 tahun sehingga kita harus kembali ke khitoh ajaran Ki Hajar dalam mendidik yang memerdekakan. Tentu hal ini menuntut kita untuk reborn atau lahir kembali sehingga dapat tumbuh berkembang menjadi manusia bukan seperti robot yang canggih mengerjakan soal. Mari kita saling berkolaborasi untuk saling mengisi kelemahan kita.

Lalu, dalam mendidik yang pertama yang harus dikenal untuk pendidik adalah siapa yang akan dididik dan apa yang merupakan target capaian. Sebaiknya ada buku yang setiap lembarnya berisi record karakteristik setiap anak. Satu halaman satu peserta didik, satu buku satu kelas. Dengan begitu,  kita dapat mendiagnosis apa yang perlu kita lakukan untuk mendukung peserta didik tersebut. Mengajar itu bukan memberikan dukungan yang sama, dalam arti mengajar harus sesuai dengan capaian atau kemampuan masing-masing peserta didik. Kurikulum merdeka tidak ditergetkan setiap tahun tetapi per fase, oleh sebab itu target kompetensi ada di dua level untuk satu fase yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam hal proses belajar/materi yang dikuasai /produk atau karya yang dihasilkan. Dan hal itu memberikan memberikan konsekuensi perlu adanya Teaching at The Right Level (TaRL).

TaRL dalam arti belajar sesuai dengan tingkatnya sehingga menuntut pendidik untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik serta tetap memperhatikan capaian pembelajaran. Bagaimana caranya? mengenal anak dan memahami target tujuan pembelajaran yang harus dipenuhi jadi bukan merdeka sebebas-bebasnya. Dengan demikian mendidik itu menuntun kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Catatan malam ini dalam FGD Kurikulum Merdeka dengan narasumber Dr. Iche Chodidjah, M.A. yang saya rangkum di atas mengingatkan pada pesan Rasulullah bahwa "ajarilah anakmu sesuai dengan zamannya". Dimana sekarang keterampilan abad 21 semakin gencar didengung-dengungkan. Saat zaman sekarang mulai riuh dengan eksistensi diri untuk kompetisi, apakah itu kompetisi mencari follower, like maupun viewer di medsos, apakah itu berlomba-lomba dengan dalih mempertahankan kehidupan di dunia nyata, maka keterampilan abad 21 terutama bagian kolaborasi menjadi penawar yang dirasa ampuh mempersatukan generasi bangsa. Dan ajarilah anakmu sesuai dengan zamannya dimana zaman akan terus berkembang maka kurikulum pendidikan pun mengikuti zamannya. So, keep learning until jannah. Aamiin ya Allah😊🙇‍♀️ 

 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual