Alegori Cinta Ketuhanan (Layla Majnun)

Sesungguhnya cinta yang tulus antarmanusia adalah awal perjalanan menuju pengenalan Tuhan, memasuki pengalaman mencintaiNya dan itu adalah limpahan anugerah dan kemurahanNya. (Ibnu Arabi).

Para sufi menuliskan roman percintaan yang sebenarnya alegori cinta ketuhanan. Karena hal ini akan lebih menarik dengan dibungkus dalam bentuk roman. Jika yang dipahami adalah cinta antara perempuan dan laki-laki maka itu tidak masalah. Karena cinta yang biasa itu pun merupakan suatu anugerah dari Allah sebagai pengantar untuk menuju cinta Ilahiyah.

Dalam tradisi tasawuf sebelum melakukan suluk atau perjalanan kita diminta untuk merasakan cinta terlebih dahulu. Ada cerita, seorang pemuda diminta untuk pulang agar merasakan jatuh cinta terlebih dahulu baru sang guru mau menerima pemuda itu sebagai muridnya. Cinta ya bukan pacaran, biasanya kita salah definisi. Cinta gak harus pacaran, kadang pacaran gak ada cintanya juga ada, hanya untuk memenuhi kebutuhan status agar tidak jomblo. Dan mencintai itu tidak harus dengan lawan jenis, bisa cinta kepada sesama, kepada orang tua dan Tuhan.

Salah satunya kisah yang sangat terkenal yang ditulis seorang sufi yakni Layla Majnun. Kisah ini ditulis oleh Nizami Ganjavi, sebagai nama pena dan nama aslinya Jamaludin Ilyas Bin Yusuf Bin Zaki. Beliau berasal dari daerah Ganj, sekitar Azerbaijan, yang saat hidupnya masih dibawah kekuasaan Persia saat Bani Seljuk. Ganjavi sebagai anak yatim sejak kecil dibesarkan oleh pamannya, dia sangat pintar dan menguasai ilmu agama sehingga digelari hakim. Hakim bukan berarti sebagai pengambil keputusan dalam pengadilan tetapi karena beliau memiliki banyak hikmah.  

Cerita Layla Majnun ini sebelum ditulis sudah menjadi cerita folklore atau cerita rakyat yang lisan dan terkenal di bangsa Arab khususnya tentang syair-syairnya. Hal ini kontroversi. Dan jangan salah ada makam Layla yang berdampingan dengan Qais di India. Semoga suatu saat nanti kita bisa berziarah ke sana ya. Dua anak muda dari kabilah yang berbeda. Majnun satu akar kata dengan jin, yang diterjemahkan sebagai orang yang kesurupan jin. Layla secara akar kata artinya malam, dikatakan Layla karena matanya sangat indah dan rambutnya sangat hitam seperti gelapnya malam.

Di awal novel diceritakan tentang ayah sang Qais yang sudah lama tidak punya anak. Dengan saran dari berbagai tetua, beliau diminta untuk tirakat dan berikhtiar agar dianugerahi anak. Sampai akhirnya dianugerahi anak laki-laki ganteng dan diberi nama Qais yang menjadi idola dan harapan sukunya. Qais disekolahkan di sekolah yang terbaik. Di sekolah itulah Qais dan Layla bertemu yang merupakan sama-sama dari anak ketua kabilah yang sekolah di sekolah terbaik. Begitu melihat Layla dia langsung jatuh cinta, begitu pula Layla jatuh cinta pada Qais. Keduanya saling melirik dan memandang serta dimabuk cinta. 

Melihat gerak-gerik Layla-Qays yang sedang dimabuk cinta, maka pihak sekolah melaporkan kepada kedua orang tua mereka yang kemudian Layla diminta pulang oleh ayahnya. Perpisahan itu membuat Qays merana. Dia pergi ke berbagai penjuru dengan mengucapkan sajak-sajak cinta untuk Layla. Karena sikap Qais itulah, orang-orang menjulukinya sebagai majnun. Dan sisi lain, Layla hanya dapat menyimpan tangisan di malam yang pekat.

Orang tua Qais tidak sampai hati melihat anaknya merana. Maka dengen berbulad tekad Sayyid melamarkan Layla untuk Qais. Hanya saja lamaran tersebut ditolak oleh ayah Layla yang sudah mengetahui bahwa Qais itu majnun atau gila. Setelah lamarannya ditolak, Qais pun mengasingkan diri ke gua. Keluarganya mencari Qais ke berbagai  penjuru dengan harapan setelah ditemukan akan diajak berhaji ke Mekkah untuk meminta kesembuhan di sana. Dan benar, Qais bisa diketemukan dan bersama sang ayah ia berangkat haji. Saat di Mekkah Qais tidak meminta kesembuhan tetapi meminta agar cintanya kepada Layla semakin ditambah. Sepulang dari Mekkah, dia kembali berkelana mengucapkan sajak-sajak dan akhirnya menetap di gua.

Di gua itulah seorang ksatria bernama Naufal yang sedang berburu rusa menemukan seonggok manusia yang hanya tulang berbalut kulit dan itu tidak lain adalah Qais. Mereka pun bersahabat dengan mahar Nawfal akan mempersatukan Qais dengan Layla. Sebagai pembuktiannya, Nawfal menyerang suku Layla dengan harapan dapat merebutkan secara paksa. Saat peperangan ada kejadian aneh yang membuat pihak Nawfal menyadari keganjilan pada Qais. Qais tidak membela Naufal tetapi malah membela suku Layla dengan mengobati dan merawat korban yang berjatuhan karena serangan dari pihak Naufal. Kemenangan pun telak diperoleh pihak Naufal. Saat ayah Layla yang sudah menjadi tawanan Naufal itu memohon satu syarat agar Layla tidak diserahkan ke Qais maka Naufal malah menyetujuinya. Keputusan ini diambil oleh Nufal karena Naufal memperoleh info tentang keanehan Qais saat peperangan berlangsung. Sejak saat itulah Qais dan Naufal berpisah.

Qais kembali ke gua dan saat di gua dia melihat seorang perempuan tua yang berprofesi sebagai pengemis. Qais pun meminta pada perempuan tua itu dia diperkenankan mengikutinya dengan mengikatkan kakinya pada rantai besi. Qais berharap dengan berkeliling mengikuti perempuan pengemis tua itu ia dapat sampai ke rumah Lyala. Dan benar, ia sampai ke rumah Layla. Saat di rumah Layla, ia malah berperilaku aneh dengan meraung-raung lalu mengucapkan sajak-sajak cinta dan dengan sekuat tenaga melepaskan ikatan rantainya lalu berlari sekencang-kencangnya. Kejadian itu mmebuat orang-orang semakin yakin bahwa Qais telah menjadi majnun.

Ayah Layla memilihkan laki-laki kaya untuk dinikahkan dengan putrinya yang bernama ibnu Salam. Ibnu Salam dapat menikahi dan melihat Layla setiap hari, hanya saja cinta Layla tetap untuk Qais. Selama menikah Layla melarang Ibnu Salam menyentuh dirinya. Saat di taman , Layla yang sudah menjadi istri Ibnu Salam, ia melihat lelaki misterius, yang kemudian dia mendekatinya dengan harapan lelaki tersebut mau membantu menemukan cintanya. Lelaki tersebut membantu Layla dnegan cara menyampaikan surat Layla kepada Qais dan Qais pun membalas surat Layla dengan perantara lelaki tersebut. Pada suatu malam mereka berdua bertemu dengan bantuan lelaki misterius itu juga. Hanya saja tidak ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya saling memandang dan malam berlalu yang mengharuskan Qais kembali ke gua.

Keadaan rumah tangga Layla dan Ibnu Salam yang pincang membuat Ibnu Salam mengalami penderitaan cinta yang kemudian dia memutuskan untuk mencari Qais dan memintanya agar dipersilakan hidup bersama Qais di gua. Hal tersebut tidak berlangsung lama, Ibnu Salam hanya kuat beberapa waktu hidup bersama Qais yang penuh rintangan di gua. Lambat laun Ibnu Salam pun meninggal karena menangung beban cinta yang berubah menjadi penyakit fisik yang mematikan.

Tidak hanya Ibnu Salam yang mendatangi Qais di gua. Ayah Qais dan pamannya pun mendatangi Qais dengan harapan ia mau kembali ke rumah karena mengingat usia kedua orang tua Qais sudah sangat tua dan dia mau meneruskan kepemimpinan kabilahnya. Permintaan tersebut ditolak dan selang beberapa waktu ada kabar bahwa orang tua Qais meningggal, maka menyesallah Qais.

Tidak hanya orang tua Qais yang meninggal, selang beberapa waktu, Layla yang sudah menjadi janda pun meninggal karena menanggung rasa rindu dan cinta yang mendalam. Sebelum meninggal ia berpesan pada ibunya agar jasadnya tidak dibungkus kain kafan tetapi dia didadani dengan cantik dan memakai pakaian terbaik karena ia mati sebagai pejuang cinta. Permintaan tersebut dipenuhi oleh ibu Layla. Mendengar kabar Layla meninggal maka Qais punmendatangi kuburan cintanya. Setiap saat dia memeluk pusara Layla sembari mengucapkan sajak-sajak cinta sampai membuat keluarga Layla tidak berani meziarahi Layla. Hingga suatu saat Qais tidak lagi mengucapkan sajak-sajak cinta dan tidak menunjukkan gerakan apapun. Diyakini oleh penduduk sekitar Qais juga telah meninggal di atas pusara Layla yang kemudian dia dimakankan di samping Layla. Begitulah kisah cinta klasik dari Negeri Timur. Menurut teman-teman, kisah ini fiksi atau nyatakah? Hikmah apa yang sahabat dapat dari kisah tersebut? Silakan chat di kolom komentar ya. Terima kasih.😊🙇‍♀️

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual