How About Us?

Apakah sudah memiliki pemikiran growth mindset? Apa yang perlu ditingkatkan? Apa harapan untuk diri sendiri dan orang sekitar? Nah kita mulai dari indicator tentang growth mindset ya. Ada delapan indicator untuk merefleksikan diri kita tentang hal itu. Akui ketidaksempurnaan yang dimiliki. Hadapi tantangan dengan berani. Perhatikan pikiran dan ucapan. Berhenti mencari persetujuan orang lain. Perkuat kelebihan, perbaiki kelemahan. Terima kritikan dengan terbuka. Hargai proses. Belajar dari kesalahan orang lain. Dari delapan indikator di atas, saya coba merefleksikan diri untuk setiap aspeknya.

Tentang mengakui ketidaksempurnaan yang dimiliki mulai tumbuh dalam diri saya ketika mengalami kegagalan untuk meraih cita-cita diterima di fakultas kedokteran. Setelah pengalaman itu saya mulai instropeksi diri tentang kekurangan terkait berbagai hal. Bukan hanya tentang akademik yang notabene sejak kecil selalu peringkat satu dan juara dalam berbagai lomba tetapi ternyata tidak mampu meraih target utama yang sudah diidam-idamkan sejak kecil. Sejak itu saya mulai sadar tentang hakikat manusia yang mesti berdamai dengan ketidaksempurnaan.  Saya mulai mengetahui kekurangan saya yang terlalu berambisi itu harus diperbaiki dan dalam  mengimpikan sesuatu sebaiknya ada planning A, B, C maupun D agar kesedihan atau kegembiraan yang dituai tidak melebihi ambang batas. Untuk menelisik ketidaksempurnaan yang lain saya luangkan waktu setiap malam sebelum tidur sehingga saya dapat menyapa diri dan menerimanya dengan penuh akrab melalui lantunan mesra.

Hadapi tantangan dengan berani. Hal ini sudah muncul saat saya mulai sekolah tingkat taman kanak-kanak. Sejak sekolah TK saya sudah mulai berani untuk maju ke depan kelas dan tampil menari di atas panggung yang sebelum sekolah saya adalah orangnya pemalu. Dan itu menjadi kebanggaan orang tua saya saat melihat anaknya tampil di depan. Selain itu saya juga berani mengajukan diri untuk menjadi ketua kelas saat mengenyam bangku SD. Bahkan saya juga berani seharian bermain jauh ke desa tetangga dengan membonceng sepeda teman hingga sore hari. Hanya saja ketika SMP, saya tidak seberani itu lagi. Ternyata keberanianku menyurut karena saya menyadari perkembangan diriku sebagai seorang remaja putri. Saya tidak lagi bermain jauh dengan teman-teman sampai sore, tidak lagi mengajukan diri jadi ketua kelas dan mulai nyaman dengan duniaku sebagai perempuan yang senang di rumah dengan segala pernak-perniknya yang saya pelajari dari Ibu. Hanya saja ternyata saat selama senang rumah keberanian yang dulu berwujud dengan mengekspresikan diri untuk tampil itu berubah jadi keberanian untuk berdiskusi karena saya juga sering diajak Bapak membahas berbagai hal terutama tentang isu-isu yang hangat saat itu. Untuk tantangan yang lain saya akan mencoba untuk menganilisis SWOT terlebih dahulu yang mungkin tidak seberani waktu kecil, hehehe…

Perhatikan pikiran dan ucapan. Hal ini sangat terkait dengan keberanianku yang sudah saya ulas di atas. Saat kecil dengan penuh keberanian saya sering ceplas-ceplos dan kadang suka berpikir aneh-aneh plus agak usil pikirannya. Misal saat kecil saya berpikir andai aku jadi putri nirmala seperti di majalah bobo yang senantiasa ditemai tujuh kurcaci alangkah senangnya hidupku. Dulu juga saya sering ngobrol sendiri memainkan berbagai peran seperti di TV-TV, aneh ya.  Seiring pengalaman hidup dan berbagai masukan yang saya peroleh secara perlahan saya memulai untuk tidak begitu liar dalam berimajinasi dan berucap. Dan salah satu tips yang saya rasa ampuh untuk mengendalikan pikiran dan ucapan adalah dengan tilawah. Jujur tilawah itu benar-benar ampuh untuk menyalurkan hormone-hormon “cerewet dan imajinasi” . Awalnya saya mendebat kalau tilawah itu seperti berucap mantra yang tak tahu apa maksudnya karena saat itu bacaanku masih jelek, gak enak didengar plus belum tahu bahasa Arab. Lambat laun saya tertantang untuk belajar tahsin dan belajar Al Qur’an perkata plus tata bahasanya. Meskipun masih grotal-gratul dalam mengartikan alhamdulillah yang awalnya berontak dan sempat gak percaya dengan obat Al-Qur’an untuk pikiran dan ucapan, akhirnya makin cinta dan mulai tertata pikiran plus tuturku.

Berhenti mencari persetujuan orang lain. Untuk ini saya masih fifty-fifty, belum ada yang dominan. Kadang saya bisa teguh pendirian, kadang pula saya butuh persetujuan plus dorongan orang lain untuk melangkah. Sering kali saya salah dalam menentukan mana yang harusnya teguh pendirian dan mana yang butuh persetujuan orang lain. Terbuktikan sampai saat ini saya masih belum menikah padahal sudah ingin punya anak,hehehe…Untuk ini saya perlu sering latihan plus perbanyak doa “Allahumma arinal haqqo haqqo warqu’na tiba’a wa arinal bathila bathila warzu’na tibanaba. Mohon doanya juga ya teman-teman.

Perkuat kelebihan, perbaiki kelemahan. Alhamdulillah sejak kecil suka banget belajar dan ini membuat saya dengan mudah untuk memperkuat kelebihan dan memperbaiki kelemahan yang ada. Misal saya itu lemah banget dalam kecerdasan spasial seperti menghafal rute tapi saya tidak malu untuk bertanya hingga akhirnya saya bisa sampai ke tempat tujuan. Pernah suatu ketika karena saya berangkat dari pondok dan tidak bareng sama teman-teman yang dari kampus, maka saya harus mencari rute sendiri ke SMA 1 Wates untuk proyek pengabdian masyarakat tentang peragaan alat-alat praktikum dari produk tugas akhir para mahasiswa kami. Setelah bertanya ke sana kemari mencari alamat plus tidak tahu arah karena berada di tempat yang baru, akhirnya sampai juga dan lebih awal dibanding teman-teman yang lain. Perkuat kelebihan dan perbaiki kelemahan yang lain tentunya teman-teman mulai mengakrabi saya ya selama kita bermuamalah.

Terima kritikan dengan terbuka. Saat saya diskusi dengan Bapak atau pun Bapak berdiskusi dengan teman-temannya selama beliau masih hidup dahulu, saya belajar dengan mengamati dan merasakan yang namanya kritikan terbuka. Bukan debat kusir yang kami nikmati waktu itu, lebih tepatnya faith seeking understanting. Dengan diskusi maka beberapa keyakinan yang mungkin hanya kita terima saja tanpa dasar akhirnya bisa terbuka dan terpahami. Meskipun awalnya sakit ya ketika prinsip-prinsip atau keyakinan kita dikuliti di forum. Selayaknya minum obat, yang awalnya pahit tetapi ternyata menyembuhkan. Alhamdulillah karena latihan dari Bapak maka ketika saya mendapatkan kritikan baik secara personal maupun di forum itu saya terima karena hal itu sangat berharga untuk mencari pemahaman yang utuh atas keyakinan atau prinsip saya yang perlu dilengkapi.

Hargai proses. Secara naluri saya sebagai manusia tentu ingin mendapatkan yang terbaik dan awalnya menilai hanya dari hasil akhir. Terlihat bahwa saya dulu suka dengan keindahan, kesuksesan, kekayaan, ketenaran dan segala hal yang menyenangkan yang ternyata hanya sementara. Hanya saja, setelah saya belajar menyelami makna hidup ternyata itu semua bukanlah hal yang utama.  Ada proses yang lebih berarti dibandingkan dengan hasil. Ada jatuh bangun, ada tawa tangis, ada suka duka, dan itu ternyata tak ternilai dengan apapun. Dengan menghargai proses ini saya tidak akan menjadi pribadi yang mandek dan tidak lagi tertipu dengan "kesementaraan" hasil.

Belajar dari kesalahan orang lain. Sebenarnya kesalahan saya pasti lebih banyak ya dibanding kesalahan yang lain. Dan karena rahmat Allah maka kesalahan-kesalahan kita bisa tertutupi. Saya mungkin bukan tipe pengamat yang baik dalam mengamati kesalahan orang lain tetapi saya sangat suka belajar dari kehidupan orang lain. Terbukti ya saya orangnya kepo sama teman-teman. Dengan kepo itu tentu bukan dengan tujuan cari-cari kesalahan. Saya banyak bertanya karena saya butuh cerita teman-teman sebagai cermin bagi kehidupan saya. Terima kasih teman-teman yang selalu sabar dengan berbagai pertanyaan saya yang terkadang konyol dan unik pastinya, hehehehe…

Dari analisis delapan aspek di atas maka sahabat pembaca dapat menarik benang merah ya sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di paragraf awal.  Untuk harapan ke teman-teman yang lain pasti semua orang yang sudah paham ingin menjadi pribadi yang memiliki growth mindset. Dan alhamdulillah kita mulai paham dengan belajar tentang hal tesebut dari Bu Capri. Terima kasih Bu Capri. Semoga kita semua senantiasa dalam lingkungan yang mendukung kita untuk tumbuh menjadi growth mindset. Aaamiin

The last not the least, judul how about us itu akan jadi lengkap dengan tulisan dari teman-teman tentang refleksi masing-masing. So, saya selalu setia membaca tulisan teman-teman apalagi tentang refleksi kali ini yang mengantarkan kita untuk terus berproses dan berkembang. Keep learning😊🙇‍♀️

Komentar

  1. Bagaimana dengan menerima masukan dari teman bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu bagian dari faith seeking understanding Pak

      Hapus
  2. Mengindahkan ketika diberi saran oleh teman kira kira termasuk growth mindset ga bu?

    BalasHapus
  3. Wah, selalu ada kisah yang dapat dipelajari tiap poinnya. Thanks for sharing Bu Dwi!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual