Merefresh Dream

Sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan kita mengikuti traning di hari Kamis yang diawali dengan senam bersama. Senam dipandu oleh Coach Iwan dan peserta yang lain mengikuti gerakan beliau sesuai iringan lagu yang diputar.  Iringan lagu yang bermelodi khas nusantara yakni musik damgdut membuat senam kita terasa seperti bergoyang.

Training di hari pertama itu kita kembali merefresh dream. Menjadi sekolah yang unggul di bidang olahraga terutama sepak bola seperti diterima di tim nasional. Baik dalam bidang akademis dengan indikator melanjutkan pendidikan tinggi. Memiliki karakter yang baik sehingga siap menjadi pemimpin untuk diri sendiri, keluarga dan negara. 

Dream tersebut sudah pernah kita dengar di awal tahun ajaran dan di bulan awal tahun baru ini kita pun merefreshnya dengan beberapa sesi. Pertama kita memulainya dengan ice breaking dari Pak Hartono yang memiliki salam "Selamat Pagi" lalu dijawab dengan "Pagi...Pagi...Jos" yang diiringi gerakan tangan. Ice breaking tersebut berguna untuk menguji konsentrasi sebelum kita mendapatkan pemaparan dari Bu Capri. Bagi peserta yang salah mengikuti instruksi maka mendapatkan konsekuensi bergoyang yang membuat kesan pertama training kali ini begitu cair.

Sesi yang utama pun kita nikmati dengan beragam pertanyaan-pertanyaan Bu Capri yang menggiring kita untuk merefleksi diri. Apa yang telah dilakukan selama enam bulan ini untuk mewujudkan dream kita? Dengan menilai diri dalam rentang skor 1 s.d 4 tentang produktivitas kita di SPSS, berada pada level berapakah kita?Bagaimana langkah kita untuk dapat memperbaiki langkah ke depan sehingga terwujud dream itu?  Dan kemudian kita melakukan permainan memindahkan bola dengan pensil secara bersama-sama sebagai pengantar ke sesi berikutnya.

Di sesi berikutnya, kita melihat video yang menunjukkan beberapa tipe dalam suatu organisasi. Tipe 1, performer yang menjadi role model utama karena paham sehingga dapat berkerja secara efektif. Tipe 2, highly effective doer yang senantiasa belajar, bekerja sama dan memberi dampak efektivitas yang significant. Tipe 3, less effective doer yang cukup sedikit memberi dampak efektif tetapi tidak membuat kacau planning. Tipe 4, potential trouble source yang kadang membantu namun merusak planning. Tipe 5, supressive person yang aktif mengacaukan tetapi terlihat membantu dengan kepura-puraan. Kita pun diminta Bu Capri untuk memainkan drama sekitar 2 menit. Hal yang saya rasakan yakni aneh jika peran yang dimainkan saat drama berbeda dengan tipe apa sesungguhnya kita.

Di akhir sesi semua peserta diminta untuk refleksi. Setiap peserta menyampaikan apa saja yang didapatkan dari training tersebut. Dengan begitu Bu Capri melatih kita untuk berbicara sebagai hasil dari pemikiran kritis kita. Sebelum training ditutup, kita memainkan team work yang dipandu oleh Pak Macfudz. Permainan merangkai kalimat secara berkelompok dengan membentuk lingkaran dalam posisi yang saling membelakangi. Seru karena kalimat yang dibuat harus dalam satu topik.

Setelah training selesai, masing-masing melakukan aktivitasnya. Ada yang ikut SMT, ada yang melanjutkan menghias kelas. Dan sebagai pengganti rencana hari sebelumnya yang belum tertunaikan, sore itu kita ke rumah Pak Arifin. Nah ini foto saat itu. Terima kasih Pak Arifin atas jamuannya.



 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual