Serba-Serbi 3-2-1

Sesuai dengan tugas dari Bu Capri saat zoom kemarin maka refleksi kali ini berjudul serba-serbi 3-2-1 yang terkait dengan 3 hal yang perlu diperbaiki, 2 hal yang menjadi solusi dan 1 hal yang berbeda jika menjadi ketua panitia. Ketua panitia apakah gerangan? Yupz kegiatan peringatan hari besar Isra’ Mi’raj yang pada tahun ini diamanahkan kepada Pak Rozak.

Tentang tiga hal yang perlu diperbaiki sepertinya masih menjadi hal yang klasik yakni kematangan planning, kreativitas acara dan kesigapan kita. Planning yang sampaikan ketua panitia terasa mepet karena Selasa baru disounding kepada kita para guru sebagai pelaksana. Dan meskipun ketua panitia sudah berkoordinasi dengan konsultan kita, hanya saja kita baru membicarakan bersama-sama dengan beliau di sekitar H-3 jam yang kemudian ada masukan-masukan berupa penambahan hadiah dan formasi dewan juri. Mungkin sudah jadi karakter saya yang tidak bisa tinggal diam saat acara sudah mepet tetapi belum ada pergerakan dari yang berwenang karena mengurusi persiapan Jumatan, maka langsung saya telpon beliau. Saya meminta draf acara agar dapat membuat form penilaian yang harus diprint untuk dibagikan kepada para dewan juri terutama dewan juri dari pihak couch. Karena saya juga diminta ketua panitia untuk membelikan hadiah tambahan maka saya delegasikan tugas itu kepada Bu Putri tetapi beliau tidak berkenan karena sedang membuat blog Valentine. Lalu saya ke Bu Mila ternyata juga tidak berkenan karena sedang menghadapi file-file IPS yang ada di laptopnya. Alhamdulillah ada Pak Arifin yang berkenan menuntaskan segala pernak-pernik form penilaian. Akhirnya saya ditemani Bu Fatimah bisa cap cus untuk membelikan hadiah tambahan Al-Qur’an di sekitar Kajen yang sebelumnya tidak kami ketahui dimana letak tokonya sehingga harus bertanya kesana-kemari karena saat itu toko-toko di sana rata-rata tutup saat Jumatan. Saat kembali ke sekolah, acara sudah dimulai dan Bu Ima turun untuk menjadi juri tetapi saya harus keluar lagi membeli kerta buffalo dan hand bag untuk sertifikat dan wadah Al –Qur’an sehingga saya tidak dapat melihat anak-anak kelas saya yang dapat nomor undian awal-awal itu tampil. Jika saja planning matang dan semua dari kita bisa sigap maka pasti semua bisa mengikuti acara. Untuk kreativitas acara perlu ditingkatan agar lebih meriah. Penjelasannya sekalian nanti saya bahas dalam paragraph tentang satu hal yang dilakukan jika menjadi ketua panitia ya.

Terkait 2 hal yang menjadi solusi yakni kesediaan menggantikan peran sementara dan pemilihan peserta lomba di kelas X-Red. Peran sementara yang saya gantikan yakni sebagai MC karena Pak Macfud sebagai MC sebenarnya harus mengeprint sertifikat setelah saya kembali dari berkeliling desa Trangkil untuk mencari pernak-pernik hadiah tadi. Meskipun tidak seluwes Pak Macfud saat menjadi MC, alhamdulillah acara tetap dapat berjalan dan beberapa sertifikat dapat diprint sehingga saat pengambilan foto pemenang lengkap dengan sertifikat, Al Quran dan sarung. Solusi kedua tentang pemilihan peserta lomba di kelas X-Red. Awalnya hanya ada satu siswa yang berkenan maju dengan kesadaran diri yakni Faldillah Taqwa. Dan saya rasa itu kurang banyak jika hanya ada satu. Saat murid-murid yang lain diminta maju ternyata tidak ada yang mau. Alhamdulillah saran dari Hakan  dengan membuat kocokan untuk memilih siapa yang maju akhirnya ada empat peserta yang mewakili kelas X-Red. Awalnya Faldillah Taqwa yang mengambil kocokan itu dan keluarlah nama Hakan, lalu ada Jackzon dan Daud sebagai murid nonmuslim di keX-Red yang mendapatkan kehormatan untuk memilih kocokan selanjutnya lalu keluarlah nama Pasya dan Arifin. Sayangnya Arifin dan Faldilah Taqwa saat hari Jumat harus ijin karena terapi kaki dan mengikuti seleksi EPA. Lalu Jefri yang mengambil kocokan maka muncullah nama Rasyid dan Raden. Jadi kelas X-Red fiks diwakili oleh Hakan, Pasya, Raden dan Rasyid yang alhamdulillah salah satu dari mereka mendapatkan juara ketiga. 

Terakhir satu hal yang akan dilakukan saat menjadi ketua panitia sudah saya singgung di awal yakni membuat lebih meriah melalui kreativitas. Kreativitas yang dapat dilakukan seperti menambah jumlah variasi lomba misalnya lomba fashion show busana cowok muslim kekinian,  lomba nasyid atau lagu-lagu islami, lomba cerdas cermat tentang isra’ mi’raj dan lomba kaligrafi beregu. Di bawah ini salah satu foto dari para bapak-bapak guru yang diambil di malam acara isra mi’raj yang mungkin dapat menjadi contoh untuk lomba fashion show busana muslim. Dan yang pasti untuk mewujudkan kemeriahan lomba dengan berbagai kreativitas tersebut perlu kematangan planning dan kesigapan semua pihak. Semoga ke depan semakin kompak.  ðŸ˜ŠðŸ™‡‍♀️







Komentar

  1. Keren sekali ya bu duwi, apalah saya ini yg tdk membantu apa-apa 😊

    BalasHapus
  2. Saya kok merasa tidak di mintai tolong ya. Inilah mengapa perlu dilakukan refleksi agar kedua belah pihak bisa menyampaikan sudut pandangnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual