Kecerdasan Artifisial

"Keberhasilan dalam menciptakan AI yang efektif bisa menjadi peristiwa besar dalam sejarah peradaban kita; atau yang terburuk. Kita tidak tahu apakah kita akan sangat terbantu oleh AI atau diabaikan olehnya dan dikesampingkan atau bahkan mungkin dihancurkan olehnya"

Stephen Hawking

Kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan sudah menjadi hal yang familiar di zaman milenial ini sebagai karya manusia yang dianugerahi Allah beragam intelegensi dan kreativitas. Seolah-olah memang seperti hanya buatan manusia tetapi dampak dan pengaruhnya bagi kehidupan manusia sungguh sangat signifikan. Artifisial intelegensi atau AI mudahnya didefiniskan sebagai kecerdasan buatan yang berfungsi dan bertindak seperti manusia, misal jam dinding, smartphone, kalkulator, robot dan sebagainya. 

AI bekerja karena adanya mesin dan bertindak dengan tepat. Ciri-ciri dari AI antara lain dapat melakukan replikasi dan mensimulasi kecerdasan manusia dalam mesin; melakukan tugas dan membuat keputusan cerdas sesuai dengan instruksi dan data yang diberikan pada AI; serta merasionliasasikan dan mengambil suatu tindakan yang memiliki peluang terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun salah satu mekanisme AI  persis dengan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara yakni bekerja dengan cara nonton, niteni dan nirokke. Nonton artinya melihat mekanisme suatu fenomena, niteni artinya mengingat-ingat tentang kepastian alam atau sunatullah,  nirokke artinya membuat mekanisme yang sama seperti manusia. Dan itulah yang filosofi dari Ki Hajar Dewantara yang ternyata menjadi dasar dari kerja AI. 

Pasti ada dua sisi mata uang dari teknologi yang berupa kelimpahan atau manfaat dan kekacauan hidup atau sisi negatif dengan adanya AI. Bagi yang setuju dan senang dengan AI, argumennya adalah efektivitas dan efisiensi seperti ketepatan waktu, memperoleh data dan analisis secara tepat, hemat biaya, tenaga dan waktu; mengurangi kemungkinan kesalahan; mengatasi keterbatasan manusia misal kelemahan jangkauan, persepsi, malas, bosan, enggan dan sebagainya. 

Bagi yang kontra terhadap AI berpendapat bahwa peran manusia akan tersingkir, terjadi perbudakan manusia oleh mesin dan ketergantungan pada teknologi, problem moralitas seperti adanya hoax atau bias dari para kreator, hacker dan terorisme, lenyapnya lahan kerja tertentu, berkurangnya kreativitas, kebocoran data serta hancurnya ranah privat. Salah satu contoh hasil kerja AI setelah saya mendaftar di situs https://chat.openai.com/chat dan mengetik "tulis blog sebanyak 400 kata tentang AI dalam pendidikan" maka muncul tampilan seperti foto di bawah ini. Jika hal tersebut dilakukan oleh para murid kita untuk mengerjakan tugas berarti murid tersebut kurang begitu memberikan effort, tidak jujur terutama pada diri sendiri dan tidak ada etika jika tanpa sitasi dalam menyelesaikan tugas sehingga ruh pendidikan yang memanusiakan manusia akan semakin tersingkirkan. 

Oleh karena itu kita sebagai pendidik harus lebih cerdas dalam hal teknologi seperti AI. Memanfaatkan AI bukan hal yang dilarang tetapi kita mesti mawas diri agar mesin tersebut tidak menjadi bumerang bagi manusia. Bumerang yang seolah-olah memudahkan tugas-tugas tetapi di satu sisi mengalienisasi sisi kemanusiaan kita. Serasa seperti alien dengan menjadikan manusia sebagai budak mesin, bukan malah menjadi manusia yang harusnya mengendalikan mesin. Semoga hal itu tidak terjadi. Aamiin😊🙇‍♀️

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual