Menjaga Kewarasan

"Jangan biarkan suatu hari terlewat tanpa bertanya siapa dirimu, setiap waktu berlalu, ada hal baru yang masuk dalam kesadaranmu"

___Chopra___

Ada empat tema yang diusung dalam buku ini yang merupakan hasil olahan rekaman Ngaji Filsafat edisi Menjaga Kewarasan di akhir tahun. Seperti yang tertera di sampul buku, keempat tema tersebut berhubungan langsung dengan hidup kita sehari-hari di zaman secanggih ini yang sering berkecamuk dalam mental manusia masa kini. Menjaga kewarasan menjadi poros agar kita berpegang pada prinsip yang paling penting yakni tahu diri dan tahu batas.

Tema pertama tentang self-love atau cinta diri. Mari kita lakukan knowledge, respect, care dan responsible pada diri yang menjadi dasar dari mencintai. Lawan dari  self-love adalah self-hatred dengan ciri fokus pada hal negatif, suka membandingkan dengan orang lain, tidak percaya diri, sulit menerima pujian, menganggap orang lain membencinya, ketika dipuji tidak percaya dan ketika dikritik dianggap menghina,  iri dengan yang lain, memiliki mindset bahwa hubungan dengan orang lain pasti akan gagal dan tidak berani bermimpi. Padahal tidak mungkin dapat mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri. So, hargai diri sendiri, cintai dirimu sendiri, karena tak pernah ada orang sepertimu dan tidak ada akan pernah ada. 

Ciri-ciri orang yang mempunyai kualitas self love yakni melihat masa lalu tanpa penyesalan, melihat hari ini dengan rasa syukur dan melihat masa depan tanpa rasa khawatir. Ada pun manifestasi mencintai diri sendiri terlihat dengan adanya self-awarness atau mempunyai pengetahuan sadar tentang kondisi diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan diri; punya self-worth atau paham tentang nilai-nilai hidup yang dianut; memiliki self-esteem atau kebanggaan diri yang berimplikasi pada menifestasi selanjutnya yaitu self-care dengan peduli terhadap diri, saat capek ya tidur, lapar ya makan. Manifestasi kelima, self-assesment, yakni kemauan untuk melakukan evaluasi diri dengan strategi merenungi, membandingkan dengan orang-orang baik dan terbuka mendengarkan. Setelah mengetahui titik-titik yang harus diperbaiki maka mengalami menifestasi keenam, self-refinement yang tidak sekedar memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, tetapi juga semakin hari semakin menigkat kualitass hidup kita. 

Cinta diri itu berlawanan dengan mementingkan diri sendiri, cinta diri bukan berarti egois. Orang yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan tidak peduli kepentingan pada orang lain berarti ia belum mencintai dirinya sendiri. Buahnya dari cinta diri adalah kepedulian pada yang lain, karena secara fitri ada dorongan untuk hidup bersama yang lain, berbagi dan mencintai yang lain. Inilah batasnya cinta diri. Dan cinta diri itu berbeda dengan narsis. Narsis itu haus pujian, self-love menghargai pujian. Narsis tidak bisa dikritik, self-love berterima kasih atas kritikan. Narsis ketika gagal rasanya seperti kiamat, self-love tetap melakukan perbaikan-perbaikan. Narsis hidupnya tergantung pada komentar, like dan dukungan yang lain; self-love meneriman apa adanya secara logis. 

Strategi self-love antara lain memaafkan dan memaklumi masa lalu; jadilah baik untuk diri sendiri; ambil kendali atas hidup; bertindak berdasarkan apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan; berkomitmen mencintai diri sendiri serta memperbaiki diri agar cinta benar-benar tumbuh; mengakui perasaan yang dirasa lalu kembali ke akal sehat; memperhatikan pergaulan dengan mencari teman yang suportif dan peduli; memberi hadiah untuk diri sendiri dalam rangka menyemangati, afirmasif self-talk dengan senantiasa bersyukur; fokus pada apa yang bisa kita kontrol dan hasilnya serahkan kepada Allah. Mari sering-sering self-love untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa sayang sebagai bagian dari cinta dan kedekatan diri kepada Allah.

Tema kedua tentang people pleasure yang merupakan antitesis dari self-love. Ciri -ciri people pleasure yakni ingin selalu ingin menyenangkan orang lain; setuju apa pun pendapat, keinginan, permintaan orang; khawatir bila orang lain kecewa atau marah; sampai mengabaikan pendapat diri sendiri, kebenaran diri sendiri, kenyamanan diri sendiri; merasa berat bilang tidak padahal sebenarnya tidak setuju; rendah diri atau merendahkan diri sendiri dengan minder; mengabaikan pendapat sendiri untuk menghindari perdebatan; merasa bertanggung jawab atas urusan orang lain; sering menyalahkan diri sendiri; tidak banyak waktu untuk diri sendiri; merasa lega bila ada teman memuji tindakkannya; selalu siap membantu apapun untuk oranf lain tetapi merasa tidak enak kalau dibantu orang lain. Ungkapan "asal bapak senang" menunjukkan mental people pleasure. 

People pleasure terlihat seolah-olah memedulikan orang lain tetapi sebenarnya dia egois karena targetnya adalah pengakuan dan penghargaan bahwa ia orang baik, orang sopan dan sejenisnya. Jadi orientasi people pleasure ke dalam diri dan hal ini berbeda dengan altruisme. Altruis sama seperti orang tua atau keluarga kita yang memberi banyaj tapi tidak menunggu kita mengakuinya atau minta dihargai. People pleasure juga berbeda dengan kepahlawanan, kewajiban dan cinta.  Pahlawan berkorban untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan, seandainya tidak ada pahlawan, semua orang egois, dunia pasti rusak. Kewajiban dilaksanakan atas dorongan norma atau aturan, seperti bersedekah dengan senyuman maupun harta atas dasar norma agama. Cinta sama sekali tidak egois. Namun terkadang  orang menjalankan hidup dalam cinta demi kepentingan diri sendiri yang berarti ini bukan cinta yang sejati alias people pleasure. 

Orang yang mempunyai karakter people plesure dalam dirinya kemungkinan bersemayam tiga penghuni yang sifatnyanegatif yaitu ketakutan, kemarahan dan kebencian. Akar lain dari people plesure adalah rendah diri, inferior , ketergantungan dan tidak percaya diri. Orang inferior biasanya terlampau suka mengkritik dan jika dipuji senang luar biasa; merasa tidak percaya diri jika dibandingkan. Mengapa mental people plesure dikontasikan negatif ? Karena dampak yang diakibatkannya seperti keberadaan diri yang digadaikan hanya demi orang lain hingga mudah lelah lahir-batin; benci kepada diri sendiri atau self-hatred; adakalanya muncul mental merasa dimanfaatkan dan sering kali tidak memperbaiki situasi karena berada dalam kepura-puraan. 

Agar tidak terjatuh dalam mental people plesure maka kita harus memiliki self-respect, menghargai diri sendiri apapun adanya; self-esteem, bangga bahwa diri ini memiliki kelebihan dan keunikan; self-confident, percaya bahwa kita bisa, mampu dan punya; self-asertion, penegasan diri atau mengakui apa yang kita suka dan apa yang tidak kita suka; self-assertion, membangun kapasitas diri dengan terus belajar; dan self-reliance, yakni bersandar pada diri sendiri. Bagaimana agar kita tidak menjadi "alat" bagi orang lain? Pertama tetapkan batas. Batas dapat berarti nilai, tujuan, keyakinan dan prioritas. Kedua ambil waktu dalam mengambil keputusan jangan terburu-buru. Ketiga, nyatakan prefernsi diri atau pendapat secara jujur. Ada lima kebenaran yang membebaskan kita dari mental people plesure: Bahkan, Tuhan sekalipun tidak membuat semua orang senang; Kita tidak membutuhkan persetujuan siapa pun untuk bahagia; Apa yang terlihat sangat penting sifatnya hanya sementara; Satu-satunya fokus yang harus kita kejar adalah ridhanya Tuhan; Tuhan menciptakan manusia dengan segala karakter dan keunikan sendiri-sendiri. Semoga tidak ada yang mengorbankan kediriannya, mengobarkan kemanusiaannya hanya untuk kegembiraan, hanya untuk pujian, hanya untuk follow, hanya untuk jempol dan like dari orang lain. Kita hidup secara lebih bertanggung jawab karena nanti akan dimintai pertanggungjawaban sendiri-sendiri.

Tema ketiga tentang insecurity dan overthinking. Secara umum insecurity adalah perasaan tidak aman karena rasa kurangan dalam diri yang membuat seseorang gelisah, takut, malu hingga tidak percaya diri. Ciri-ciri insecure antara lain merasa bodoh, merasa tidak penting, merasa tidak nyaman dengan diri sendiri sehingga jatuh pada rendah diri atau insecure. Rendah diri tidak sama dengan rendah hati karena rendah hati berarti sadar kemampuan dan kapasitas. Pemicu dari insecure yakni persepsi bahwa diri sendiri bukan siapa-siapa; emosi atas trauma atau kekecewaan; salah dalam memahami takdir; lingkungan yang tidak sehat; ketakutan yang tidak mendasar. Manifestasi dari insecure terlihat pada sikap yang tidak ingin keluar dari zona nyaman; suka membandingkan diri dengan orang lain dan memandang rendah dirinya sendiri; senang dipuji dan mencari cara agar kehadirannya diakui; menghindari interaksi dengan lingkungan sekitar karena minder. 

Strategi agar tidak insecure yaitu dengan self-love; tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain; bergaul dengan orang-orang yang supportif. Dan perlu diingat bahwa tugas kita bukan untuk merasa aman, tetapi untuk menerima insecurity yang ada pada diri karena berapa pun kadarnya, baik kapan, dimana dan dalam kondisi seperti apa semua orang pasti punya. Tips yang dapat membuat diri tangguh dalam memanage insecurity seperti tetap bersikap baik dan benar meski dalam kondisi insecure; kuatkan tekad dan tujuan; lakukan apapun dalam koridor cinta dan gembira. 

Overthinking dapat diartikan terlalu banyak memikirkan hal yang tidak perlu atau terlalu banyak pertimbangan tanpa dibarengi proses penyelesaian secara efektif. Ciri-ciri overthinking antara lain terlalu banyak merenung; tidak mampu mengambil keputusan; terlalu banyak menebak atau mengira-ngira; ingin sempurna dalam segala sesuatu. Manifestasinya seperti tidak mampu mengendalikan pikiran sendiri; melewatkan banyak hal dan sering menyesal;  surplus masalah; kebingungan dan panik sendiri; disibukkan oleh hal-hal yang kurang penting.  Akibat dari overthinking adalah hidup menjadi tidak asyik atau tidak menyenangkan; banyak aktivitas menjadi tidak maksimal; emosi tidak stabil; gangguan kesehatan fisik.

Menaklukkan overthingking dapat dilakukan dengan cara jangan dijadikan kebiasaan; menyikapi segala sesuatu secara biasa, simple dan wajar; hadapi apa yang ada di depan mata; mendisiplinkan diri agar tidak terdistraksi; bersikap positif dan optimis; hidup di masa kini dan tidak terbelenggu oleh masa lalu atau dicemaskan oleh masa depan. Belajar tentang insecurity dan overthinking sebenarnya alami, manusiawi asalkan tidak berlebihan. Kunci kebahagiaan hidup untuk tidak terjebak pada overthinking, tidak terjebak pada insecurity, tidak terjebak pada people plesure atau tidak membenci diri tapi mencintai diri atau self-love adalah pengenalan pada batas-batas diri.

Tema keempat tentang mindfulness. Istilah mindfulness secara umum dipakai dengan definisi bagaiman menjalani hidup dengan sepenuh hati dan kesadaran yang full atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan karakter eling lan waspada. Unsur-unsur yang harus dipenuhi agar dapat mindfulness yakni attention, penuh perhatian atau khusyuk; intention, sadar akan maksud dan tujuan yaitu ikhlas lillahi ta'ala; present; hidup saat ini atau ridho; openess, terbuka menerima peristiwa, menerima masukan dan dapat membaca situasi maka diperlukan curiosity atau tidak merasa tahu  agar dapat menikmati dan menyadari apa pun itu sehingga dapat mengambil hikmah . 

Poin-poin kunci saat ingin mengembangkan perilaku mindfulness yang pertama non-judgemental dalam artian pahami telebih dahulu jangan buru-buru memvonis; patient, sabar dalam berproses; trust, percaya pada diri sendiri dan situasi sekeliling; non striving, tidak reaktif; acceptence, menerima apa adanya; letting go, melepaskan apa yang menjadi beban; begginer's mind, membersihkan pikiran dari segala sesuatu yang selama ini sudah terikat. Manfaat dari mindfullness dapat meningkatkan fokus hidup, menangkal kecemasan yang berlebih dan mengurangi stress. Tips untuk melatih agar hidup secara mindfulness yakni dengan mengembangkan kreativitas; menghibur diri dengan jalan-jalan, mencari suasana baru, atau mungkin dengan touring; melihat langit malam; menikmati aktivitas apa pun yang dilakukan dari awal hingga akhir; fokus pada satu hal pada satu waktu; menulis buku harian atau buku diary maupun gratitud journal yang berisi kata-kata seperlunya tentang hal-hal sederhana yang membuat kita bahagia hari ini. 

Dan kita dapat belajar dari alam semesta yang tidak terburu-buru tetapi segalanya terpenuhi. Alam sadar proses, sementara manusia sering tidak sabar proses. Ingin segalanya sesuatu segera terwujud langsung sehingga terkadang mengambil jalan pintas tanpa sadar resiko. Hiduplah dengan kesadaran, bahwa hidup penuh proses yang tidak sebentar dan tidak instan. Hal ini penting untuk mendukung upaya menghidupkan mindfullness. Yuk menjaga kewarasan, eling dan waspada.😊🙇‍♀️


 

Komentar

  1. Tulisan yang lengkap... bagus sekali, bagaimana kita bisa selflove, bagaimana bisa mengatasi overthinking, people pleasure, semua ada. Terimakasih untuk tulisannya

    BalasHapus
  2. Semoga kita bisa belajar sama-sama untuk mempraktikkan hal-hal di atas yaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual