Setahun Bersama Mentor

 "Kalau tidak mau belajar, berhenti saja jadi guru"

___CA___


Pertama kali mendengar nama mentor kita itu, saat saya dan salah satu teman pulang dari keliling ke sekolah-sekolah dalam rangka PPDB, menunaikan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah. Setelah pulang dari berkeliling, tiba-tiba saya kaget dengan ruangan guru yang sudah disetting dengan stand yang mirip seperti ruangan kantor di perusahaan, desainnya serasa pernah lihat di film-film. Sedikit kaget dan senang juga dengan desain ruangan yang baru yang memberi kesan suasana kerja lebih hidup. Ada yang hadap depan, ada yang hadap ke jendela, ada yang menghadap dinding. Sedikit banyak hal itu membuat saya penasaran, manusia seperti apakah beliau itu yang akan mementori kita, karena saya tidak sempat bertemu beliau waktu itu. 

Sebelum ada kejadian perubahan desan setting ruangan memang sudah ada berita bahwa sekolah akan  kedatangan tamu dari BAN S/M. Karena saya tidak mendapat amanah terkait kunjungan tamu tersebut, maka saya melaksanakan tugas lain yang sudah direncanakan sebelumnya. Kabar dari teman-teman, tamu dari BAN S/M itu akan menjadi mentor kita jadi dalam benak saya hal yang tergambar adalah mungkin kita akan belajar hal-hal yang adsministratif. Tetapi melihat desain ruangan yang ditata atas arahan beliau membuat dugaan saya tentang hal-hal adsministratif mulai menghilang. Sepertinya meski beliau pengurus BAN S/M mungkin kita akan belajar tentang hal-hal yang tidak dapat kita duga. Sampai desain ruangan pun beliau jago dan menjadi perhatian beliau. Pikir saya, kita akan belajar apa sajakah dari beliau? 

Hari pertama bertemu langsung dengan menyapa beliau adalah saat di masjid, dimana waktu itu beliau sudah hadir sebelum para peserta training belum ada satu pun yang datang. Saya ke masjid lebih awal dari teman-teman pun karena dapat tugas dari kepala sekolah untuk menjadi MC yang ditunjuk saat saya baru saja datang di sekolah waktu itu, jadi saya menemui beliau untuk memastikan susunan acara hari itu. Tersungging senyum di wajah beliau yang alhamdulillah sedikit banyak dapat mencairkan rasa canggung saya terhadap orang yang baru saya temui dan senyuman itu meredam rasa bersalah saya karena meskipun bukan jajaran SMT tapi melihat pembicara telah datang dalam kondisi yang dibiarkan sendiri menunggu di masjid itu sunguh sangat ironi.

Hal lain yang membuat saya merasa ganjil adalah saya pun diperintah untuk meminta tanda tangan kehadiaran ke beliau setelah acara selesai. Aneh sekali saya pikir, mengapa baru meminta tanda tangan kehadiran beliau setelah acara selesai dan itu tanpa amplop. Biasanya dalam kepanitiaan acara, setelah pembicara selesai akan ada penyerahan stopmap berisi amplop, tapi ini hanya diminta tanda tangan kehadiran. Perasaan aneh saya terjawab seiring berjalannya waktu ternyata beliau mementori kita dalam jangka waktu tertentu yang lebih lama ternyata, jadi tidak hanya saat acara itu saja.

Sebelum tahun ajaran baru, saya dan teman-teman guru yang lama mendapatkan berbagai pembelajaran dari beliau. Lebih tepatnya saya sebut penggemblengan mungkin. Dari beliau saya belajar menghargai waktu. Terlihat "ironi" yang beliau alami dengan menunggu peserta mulai beliau kikis. Kami serasa ada alarm agar hadir ke kelas beliau lebih awal karena jika tidak maka akan ada semacam sindiran yang tentunya itu adalah nasehat bagi kita semua untuk lebih dapat disiplin. Alhamdulillah berkat didikan beliau, semakin hari kami semakin tertib dalam memulai agenda. 

Hal yang didapatkan juga saat bersama guru-guru lama saat dimentori beliau adalah perbedaan antara ijin dan pemberitahuan. Saat ada salah satu teman yang ijin ketika kelas bersama beliau sedang berlangsung, penjelasan tengang kedua itu kita dapatkan. Ijin seharusnya disampaikan jauh sebelum agenda berlangsung adan saat acara berlangsung itu adalah pemberitahuan. Dari kejadian tersebut saya melihat bagaimana perubahan mimik beliau jika ada sesuatu yang kurang berkenan di hati. Secara tidak langsung saya pun belajar cara mengekspresikan sesuatu tanpa berkata-kata.  

Selain itu, saat bersama teman-teman guru lama saya juga belajar membawakan ice breaking. Dahulu saat di kampus sudah sering ikut acara yang diselingi ice breaking hanya saja saya bukan trainer hanya pernah sekali dua kali jadi pembicara di acara ilmiah jadi tanpa ice breaking. Dengan dimentori beliau, kami dapat PR untuk membawakan ice breaking di sela-sela acara beliau.  Dan hal cukup berkesan juga adalah ketegasan serta keberanian beliau dalam menilai dan mengambil langkah untuk menyeleksi kami. Dari hampir sekitar dua puluhan guru yang tertinggal hanya delapan guru untuk kerja ke depannya yang kemungkinan akan lumayan lebih banyak tugas dengan adanya SMA. Ternyata semua itu dilakukan untuk membuat sistem yang lebih sehat dan dapat berjalan secara efektif-efisien. Terbukti dengan beban kerja yang bertambah kami pun mendapatkan kompensasi yang lumayan dibanding sebelumnya.

Pada tahun ajaran baru, alhamdulillah beliau tetap mementori kami sampai sekarang. Dengan kata lain kami tidak ditinggal begitu saja. Ibarat tanaman, kami masih mendapatkan siraman ilmu, pupuk nasehat dan dijaga dari hama prasangka maupun wereng kejumudan. Setiap Selasa beliau rutin mengadakan zoom dimana kami dapat berkonsultasi lebih intens sekalipun beliau datang ke sekolah sebulan sekali. 

Ada hal yang berbeda yang saya rasakan saat dimentori sebelum tahun ajaran baru dengan setelah tahun ajaran baru. Hal itu adalah cerita-cerita tentang keluarga dan kehidupan beliau  yang itu tidak saya dapatkan saat bersama teman-teman guru yang lama. Serasa lebih terbuka dengan beliau, bahkan setiap beliau berkunjung ke Pati selalu menyempatkan untuk bersilaturahim ke rumah-rumah kami para guru secara bergantian. Dari interaksi tersebut saya belajar bagaimana menjalin hubungan akan lebih akrab jika pernah datang ke rumah teman, jadi  kita tidak hanya sekedar tahu alamat rumah teman-teman kita. Insyallah di akhir tahun ajaran kita para guru yang akan berkunjung ke rumah beliau. Semoga aman, lancar, menyenangkan dan penuh kesan yang membahagiakan. Aaamiin ya Allah 

Oya untuk perubahan yang saya pribadi alami dan pernah diceritakan ibuk saat beliau berkunjung ke rumah saya adalah effort yang saya lakukan untuk bekerja lebih terasa dibanding sebelum dimentori beliau. Dahulu saya serasa berat dan malas untuk untuk datang ke sekolah yang hanya tiga kali sepekan. Lalu saat tahun ajaran baru yang mengharuskan tiap hari ke sekolah membuat perubahan siklus hidup saya. Sebelumnya saya sering tidur siang karena memang sering di rumah, tetapi sekarang saya lakukan saat weekend. Pada awalnya memang agak kaget plus gregetan atas perubahan siklus itu, seiring berjalannya waktu siklus tidur saya pun menyesuaikan. Alhamdulillah mulai dapat tidur malam lebih awal dan bangun lebih pagi tanpa tidur lagi setelah subuh karena waktu siang hari digunakan untuk aktivitas di sekolah. Dan itu sesuai sunah Rasul juga ya, tidur lebih awal dan tidak tidur setelah subuh, dengan diisi aktivitas yang positif seperti membaca buku yang juga merupakan PR dari beliau maupun dengan olahraga ringan. 

Masih ada beragam kenangan dan pembelajaran dengan beliau. Seperti cerita tentang bagaimana cara mendidik anak-anak beliau agar dapat mandiri dengan menyekolahkan di luar negeri; kisah saat beliau melakukan umroh yang sudah menjadi niat dengan wujud yang tidak pernah terduga sebelumnya; suka duka beliau sekarang yang mengambil S3 lagi di UPI agar dapat menjadi dosen yang ternyata harus linier dan beliau tetap yakin pasti ada rencana terbaik dari Tuhan; cara beliau bersikap kepada Bu Diana dan Bu Ema serta keluarga Pak Safin yang lainnya;  strategi beliau agar kami rajin menabung dan mewujudkan mimpi dengan menghadiahkan buku planner; kenangan saat bersama beliau dari satu kuilner ke kuliner berikutnya dengan beliau yang mentraktir kami; kunjungan bersama ke sekolah-sekolah sembari kami belajar bersama guru-guru disana dengan training yang diisi oleh beliau; tugas-tugas yang beliau amanahkan ke kita yang kadang di awal terasa berat lalu lama kelamaan terbiasa dan semakin menyenangkan dengan menyadari apa dan maksud tujuan beliau; candaan-candaan beliau terutama saat menyinggung status kita yang rata-rata masih single; kenangan saat satu mobil dengan beliau atau ketika membocengkan beliau sembari bercerita berbagai hal.

Mungkin kalau ditulis semua secara detail akan menjadi buku ya. Inti dari segala pembelajaran, perasaan plus kenangan bersama beliau selama setahun ini adalah semua itu akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan terus mau belajar. Hal itu akan dapat kita yakini jika kita mampu melihatnya dari sudut pandang yang positif sehingga mewujud dalam kesyukuran. Dan percayalah dengan niat dan tekad yang diiringi dengan perencanaan serta ikhtiar maka semesta akan mendukung kita apapun itu hasilnya pasti yang terbaik dariNya, pesan beliau yang semakin terpatri dalam diri saya pribadi.

Alhamdulillah, terima kasih banyak atas semuanya. Pasti ucapan terima kasih ini tak mampu membalas sedikit pun dari apa-apa yang telah beliau berikan kepada kita. Lemah teles, gusti Allah ingkang bales. Jazakumullah khoiron katsir. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan yang lebih pantas. Dan semoga kebersamaan serta silaturahim kita dengan beliau senantiasa terjalin. Aamiin ya Allah😊🙇‍♀️


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual