Cakra Manggilingan

Salah satu tema falsafah hidup dari bumi Nusantara yang populer di kalangan masyarakat Jawa adalah Cakra Manggilingan. Istilah "cakra manggilingan" merupakan sebuah kombinasi dari dua kata yakni "cokro" atau cakra yang merupakan sebutan untuk senjata yang berbentuk lempengan bulat bergerigi dan tajam seperti senjata yang dipakai tokoh wayang Ratu Dwarawati yaitu Sri Bathara Kresna dan "manggilingan" berarti menggelinding atau berputar. Cakra manggilingan menggambarkan falsafah hidup yang berhubungan dengan siklus kehidupan atau perputaran masa, baik dalam skala mikro maupun makro, juga peralihan nasib manusia dan dinamika situasi zaman. 

Pergantian hidup manusia secara mikro misalnya hidup kita terkadang merasa senang dan terkadang merasa susah, terkadang sukses dan terkadang gagal. Semua itu berputar, seperti roda menggelinding. Pergantian nasib manusia secara makro maksudnya berkaitan dengan dinamika zaman yang pada umumnya berlangsung dinamis, terus berubah dan berputar. Oleh karena itu, orang Jawa mempunyai pandangan hidup yang disebut dengan istilah , "cakra manggilingan, owah gingsir gilir gumanti." Maksudnya adalah proses hidup manusia seperti roda yang berputar, senantiasa berubah, berjalan secara berganti-ganti dan terus menerus. 

Dasar falsafah cakra manggilingan mengakui bahwa siklus hidup tidak hanya tentang dunia pada saat ini (alam madya) tetapi juga keberadaan dunia lampau (alam purwa) dan dunia yang akan datang (alam wusana). Masyarakat Jawa menjelaskan siklus menggunakan analogi tembang macapat.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual