Janji

Cerita dimulai dari kedatangan tamu agung yang tidak agung. Sebuah pondok yang nun jauh dari hiruk pikuk kota mendapatkan kesempatan untuk menjamu tokoh politik tersebut dengan penuh meriah meskipun sebenarnya pemimpin pondok itu, Buya, pada mulanya kurang begitu berkenan menerima kedatangan tamu tersebut. Keengganan Buya didengar oleh tiga santrinya yakni Baso, Kaharuddin dan Hasan. Mereka bertiga menyebut gengnya dengan "Tiga Sekawan" dan sering membuat ulah juga onar. Kali ini mereka menuangkan garam ke dalam teko teh yang disajikan untuk tokoh politik tersebut beserta rombongannya. Tak satu pun orang yang tahu tentang hal itu. Bahkan mereka yang meminumnya pun tak berani bergumam atau memuntahkan teh tersebut karena saat meminumnya mereka sedang dishoot kamera para wartawan dan berada di depan ulama  yang termashyur seantero negeri yaitu Buya. Sampai suatu ketika Buya menyadari yakni teko yang disajikan untuk para tamu dirubung jenis semut yang berbeda dengan teko-teko yang lain. Tanda-tanda alam telah memberitahu Buya tentang ulah dari tiga sekawan tersebut.  

Buya memanggil tiga sekawan untuk mengakui hal yang telah mereka lakukan. Awalnya tiga sekawan itu merasa seolah-olah tidak tahu menahu mengapa Buya meminta mereka untuk menghadap. Buya pun meminta tangan mereka untuk diletakkan di atas meja lalu ada satu dua semut dengan jenis berbeda yang melewati tangan Baso dan Hasan tetapi tidak ada yang melewati tangan Kaharuddin. Dari kejadian itu menunjukkan bahwa meskipun tiga sekawan sudah melakukannya secara rapi tetapi Buya dapat mengetahuinya dengan melihat tanda-tanda alam yakni berupa perilaku semut-semut yang berbeda jenis yang mengerubungi teko-teko selesai acara kunjungan tamu agung yang tidak agung.    





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menebus Rindu

Dari Tunggal Kembali Manunggal (Hikayat 1001 Malam)

Letting Go: Perasaan dan Kemampuan Menjual