Filosofi Teras
Tubuh itu aku 4, aku jaga dengan merawatnya melalui gerakan berbagai asana dan nutrisi yang sehat. Akal itu aku 3, merawatnya dengan bernalar melalui filsafat salah satunya filosofi teras. Jiwa itu aku 2, untuk menembus dan merawatnya aku perlu melakukan perjalanan ke dalam diri dengan menyadari nafas serta mengamatinya sebagai penyaksi . Ruh itu aku 1 yang selalu membutuhkan guru untuk dapat mencapai kesadaran ruh. Saat murid siap maka guru datang dan saat murid sudah siap maka guru pergi, so untuk ruh ini aku senantiasa memilih siap bukan sudah siap. Dan berharap suatu saat semua itu akan datang dengan sendirinya pada waktu yang tepat, pada kondisi yang tepat dan bersama dengan manusia-manusia yang tepat.
Dari ke-empat aku di atas maka di akhir bulan Oktober ini aku menuangkan beberapa hal dari filosofi teras karya Henry Manampiring sebagai caraku untuk merawat akal. Berikut beberapa cheat sheet yang aku peroleh dari buku tersebut:
- Hidup selaras dengan alam artinya kita harus menggunakan nalar karena nalar adalah hal yang membedakan kita dengan binatang
- Tujuan dari filosofi teras adalah hidup dalam ketenangan, bebas dari emosi negatif
- Empat kebajikan utama : kebijaksanaan, keadilan , menahan diri dan keberanian
- Dikotomi kendali. Sebagian hal ada di bawah kendali kita, sebagian hal tidak di bawah kendali kita. Jangan menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.
- Indefferent yakni hal-hal yang tidak berpengaruh pada kebahagiaan. Ada preferred indeferent seperti kesehatan, kekayaan. Adda unpreferred indeferent seperti sakit karena penyakit dan kemiskinan. Kedua kategori ini sama-sama tidak relevan dalam mencapai tujuan yang baik.
- Dikotomi kendali tidak sama dengan pasrah pada keadaan
- Semua kesusahan yang kita rasakan datang dari pikiran kita sendiri dan bukan dari peristiwa orang lain dan kita bisa mengendalikan pikiran kita
- Bedakan peristiwa objektif/fakta dan opini/value judgment yang ditambahkan kemudian. Opini/interpretasi sering menjadi akar emosi negatif
- STAR : Stop-Think & Asses-Respond. Selalu lakukan ini di saat emosi negatif mulai menerpa
- Premeditatio malorum. Melatih diri membayangkan hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup kita sehingga kita lebih siap
- Hanya kita yang bisa mengijinkan orang lain meyakiti kita secara non fisik (misal hinaan, celaan, cemoohan). Tidak ada yang penghinaan yang benar-benar terjadi jika tidak ada yang merasa terhina
- Banyak orang tidak bermaksud jahat, tetapi mereka tidak mengerti/ tidak tahu (ignorant)
- Instruct and endure. Tugas kita kepada sesama manusia adalah mengajarkan untuk menjadi lebih baik, jika tidak bisa, untuk bersabar terhadap mereka (menahan).
- Setiap musih dan kesusahan adalah kesempatan untuk melatih karakter dan mengembangkan kebajikan
- Latiha menderita (practice proverty) secara berkala
- Citizen in the world. Kita semua adalah warga kosmos yang sama. Jangan mendiskiriminasi
- Kematian adalah bagian dari alam, tidak ada yang perlu ditakutkan
Beberapa praktik yang perlu dicoba:
- Ritual pagi : premeditatio molarum. Saat bangun tidur, sebelum membuka smartphone, colah membayangkan hal-hal buruk apa yang mungkin terjadi hari ini. Pikirkan denga netral, tanpa harus menyebabkan rasa cemas. Bayangkan semua aktivitas hari itu, mulai dari persiapan memulai aktivitas, perjalanan menuju sekolah/kantor, sampai perjalanan pulang dan beristirahat. Apa saja hal negatif yang mungkin terjadi hari ini? Apa saja perilaku orang lain yang mungkin akan mengecewakan atau menjengkelkanmu? Bayangkan semuanya dan tanyakan pada diri sendiri. Apakah hal itu di bawah kendali saya? Apakah hal itu sebegitu merusak hidupmu kah? Atau hal-hal ini semua bisa kamu tangani?
- Ritual malam : Seneca mnegajarkan tiga hal yang bisa direnungkan sesaat sebelum menutup mata untuk tidur, yakni: Hal benar apa yang telah saya lakukan hari ini? Hal salah apa yang telah saya lakukan hari ini? Bagaimana saya bisa berlaku lebih baik? Dua pertanyaan terakhir tentu tidak bermaksud untuk memberi penyesalan karena apa yyang telah disesali di masa lalu tidak perlu disesali, tetapi untuk belajar dari kesalahan kita dan menjadi lebih baik lagi di hari berikutnya sesuai semangat prokopton/progressor
- Melatih lapar (dan melatih kesehatan) dengan puasa berkala. Puasa berkala bukan ciptaan dari stoisisme.Dengan puasa berkala maka kita dapat mengendalikan diri dan melatih untuk mengenali batas diri.
Disiplin Diri yang wajib dilakukan yakni:
- Disiplin dalam keinginan, ini sesuai dengan tujuan hidup dengan keberanian dan menahan diri
- Disiplin dalam aktivitas, senantiasa instruct dan endure yang ditengah ada keadilan
- Disiplin dalam menilai, menjaga kedamaian pikiran dan ketenangan melalui kebijakasanaan
Komentar
Posting Komentar