Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Folklore Yin Yang

Setelah baca tulisan "SENYUMIN" yang mungkin penanya ingin menyampaikan pesan yang ditujukan untukku agar lebih fleksibel, ditambah dengan diskusi saat jamuan makan siang tadi plus saran dari salah satu kawan agar diri ini lebih sedikit lentur maka kucoba kembali mendengarkan rekaman Folklore Yin Yang sambil kuabadikan dalam prasasti ini. Ada dua orang sahabatnya namanya Yin dan Yang. Mereka dikenal sebagai orang yang pandai, berbudi luhur, berjiwa besar, penuh dengan kasih sayang. Hanya saja mereka memiliki pemahaman yang berbeda terhadap ajaran Taoisme. Mereka ini secara teratur saling berdiskusi, mencari mana pemahaman agama yang paling benar. Namun, perdebatan tak kunjung usai. Masing-masing kukuh dengan pandangan dan prinsip mereka sendiri. Akhirnya tercetus kata-kata Yin : " Ah seandainya engkau adalah aku, tentu akan bisa memahami apa yang ingin kusampaikan." Yang juga menjawab : " Aku juga berpikir begitu. Tapi bagaimana kita bisa bertukar diri?" A

Ikatan DNA-RNA

Pasti setiap insan punya kesan tersendiri untuk seseorang yang memberikan warisan DNA-RNA. Warisan tersebut diperoleh melalui kesuksesan "sang juara" yang telah bersaing dengan bermilyar-milyar pesaing lainnya untuk menembus mahkota. Terlepas dari kesan baik atau buruk, alangkah selayaknya setiap insan penerus warisan DNA-RNA senantiasa menyadari bahwa keberadaan kita di sini dan saat ini tidak terjadi serta merta. Ada ikatan dengan DNA-RNA masa lalu yang kemudian akan diwariskan lagi ke generasi selanjutnya. Sekalipun kosmologi DNA-RNA sudah berpindah ruang maka ikatan itu akan tetap terjaga. Terpampang jelas tetes air mata siang tadi mengisyaratkan pesan bahwa DNA-RNA itu masih terhubung. Bahkan tutur tentang kisah sepanjang malam yang dilaluinya membuktikan tentang ruang dan waktu tidak akan dapat memisahkan keterikatan DNA-RNA yang ada. InsyaAllah ketenangan DNA-RNA yang terdahulu mampu tergapai melalui lantunan munajat dari pewarisnya. So, benang merah dari semua itu yak

2 S - 1

Rangkuman dari belajar bersama dengan tema "Menjaga Kewarasan" kali ini aku beri judul 2S - 1. S yang pertama yakni self love yang akan mengantarkan kita menuju puncak S selanjutnya yang berupa self less. Dengan begitu akan ada pengurangan atau pengikisan terhadap satu jebakan ketidakwarasan antara lain selfish. Srategi untuk self love yang perlu dilakukan adalah: ♡MEMAAFKAN Misal dengan melupakan kesalahan masa lalu. Lalu bertanya pada diri sendiri, apa yang tidak bisa aku maafkan? Jika kita memiliki jawabannya kita akan tahu apa yang menahan kita dalam penjaga kebencian dan ketakutan ♡JADILAH TERBAIK UNTUK DIRI SENDIRI ♡AMBIL KEMBALI ATAS DIRI KITA ♡BERTINDAK BERDASARKAN KEBUTUHAN BUKAN KEINGINAN ♡KOMITMEN MENCINTAI DAN MEMPERBAIKI DIRI ♡PERHATIKAN PERASAAN DIRI ♡BERSYUKUR TIAP SAAT ♡KELILINGI DIRI DENGAN ORANG SUPORTIF DAN PEDULI ♡SELF REWARD ♡AFFIRMATIF--POSITIVE SELF TALK *Besok ya penjelasan dan lanjutannya

Wanita Penghulu Surga

Ku tulis ini untuk mengenang shiroh yang ku terima saat di ma'had dan dalam rangka menasehati diri pribadi. Mungkin untuk kaum adam pembagian karakteristik keluhuran budi ada di para sahabat terdekat Rasulullah yakni Abu Bakar ash Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Dan untuk kaum hawa juga tidak ketinggalan, ada 4 wanita penghulu surga yang patut diteladani, diambil ibrah dan hikmah dari kisah hidup beliau-beliau. Pertama, Khadijah binti Khuwailid istri pertama Rasulullah yang sampai membuat Aisyah binti Abu Bakar terbakar cemburu. Hanya Khadijah yang dianugerahi keturunan dan cukup Khadijah yang menenangkan Rasulullah saat menerima wahyu pertama. Begitu penuh dan tulus cinta Khadijah pada lelaki yang secara umur biologis memang di bawah beliau. Namun secara umur kematangan Rasulullah mampu membimbing Khadijah menjadi istri yang tak tergantikan cintanya dari yang lain sehingga di antara istri-istri Rasulullah hanya Khadijah yang menjadi wanita penghu

Ego Pribadi Vs Kebersamaan

Di waktu itu, 16 Agustus 1945, para golongan muda mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan. Sampai akhirnya beliau berdua diculik dan alhamdulillah kemerdekaan pun terlaksana lebih cepat daripada rencana yang diusulkan Jepang. Dengan begitu, moment kemerdekaan bangsa ini pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah pemberian dari penjajah tetapi memang benar-benar jerih payah para pejuang bangsa. Itulah sekelumit kisah tanggal 16-17 Agustus 1945.   Setelah 77 tahun dari tanggal tersebut, kami para generasi penerus di SPSS alhamdulillah juga mengalami moment yang serupa tapi tak sama. Kalau di waktu itu, 77 tahun yang lalu, memproklamasikan kemerdekaan dari penjajah, maka 77 tahun kemudian, kami yang di SPSS mengalami moment proklamasi kemerdekaan dari keegoisan. Mengapa begitu? Pasalnya di hari-hari itu kita tetap mengutamakan aktivitas kebersamaan dibandingkan berlibur atau  tinggal di rumah bercengkrama dengan keluarga tercinta. Tanggal 16 Agustus kami prepare, gladi dan b

Standing Love

Lebih baik bangun cinta Daripada jatuh cinta Jatuh itu sakit Bangun itu semangat Lebih baik bangun cinta Daripada jatuh cinta Meski tak mudah Namun cinta Jadi punya tujuan Begitulah lirik lagu 3 Composer Bemby Noor,  Tengku Shafick, dan Mario Kacang yang berjudul Bangun Cinta atau Standing Love. Sebelum lebih jauh kita mengupas tentang hal ini, sebaiknya kita bersepakat lebih dahulu bahwa dimensi cinta tidak hanya pada ranah rasa. Ada dimensi lain yang justru dapat melengkapi ranah rasa dan diharapkan dapat membantu kita untuk membangun cinta. Dimensi itu antara lain ketuhanan, kemanusiaan, relation, influential dan hal-hal yang positif. Selanjutnya kita juga perlu mengenali apa saja tanda-tanda adanya cinta. Sejauh pengalaman hidup dan wawasan yang kuserap, tanda-tanda adanya cinta adalah kagum, penuh perhatian, senang, mau berkorban, punya harapan, ada takut dan diiringi dengan kepatuhan. Dari tanda-tanda itu kita bisa memilah dan memilih kapan cinta itu dalam kondisi "jatuh&quo

Rahasia Safar

Salah satu tips dari Sahabat Umar Bin Khattab untuk mengenal seseorang yakni bersafar dengannya alias bepergian minimal seharian penuh. Mengapa? Karena saat bersafar kita dapat mengungkap jati diri seseorang yang mungkin ditutupi saat bermukim. Dan selama safar mungkin akan mengalami berbagai hal yang kurang menyenangkan. Misal rasa lelah, lapar dan kejutan-kejutan yang lain. Sekalipun tujuan safar misal untuk rekreasi atau healing atau ngebolang atau apapun itu dengan niat untuk bersenang-senang pasti dalam perjalanan itu sedikit banyak ada moment yang di luar rencana. Di situlah kita bisa mengamati, mempelajari, merasakan hubungan muamalah kita dengan seseorang. Bagaimana responnya? Apa kebiasaan saat di jalan? Kapan mulai lapar dan kantuknya? Di mana buang sampahnya? Mengapa tertarik ke sana? Dan pengungkapan atas hal-hal tersebut kita temukan jika memang tertarik, jeli dan cermat. Seperti Sabtu kemarin ketika kita melalui hari bersama-sama sejak pagi sampai malam dengan beberapa ag

Tugas Kita

Tugas kita hanya berusaha bukan menentukan hasil. Tugas kita hanya bekerja bukan mematok kaya. Tugas kita hanya belajar bukan menjadi pandai. Tugas kita hanya beribadah bukan mengklaim surga. Tugas kita memancang harap bukan mengkuasakan realita.  Tugas kita hanya berjalan bukan menentukan finis.  Ada saat jika kesadaran di atas teresapi maka tugas dalam hidup ini terasa ringan, damai dan enjoy. Kadang pula waktu terhempas dari kesadaran tersebut tentu begitu berat tugas hidup yang terasa. Sekalipun ada antitesis tentang manusia yang terilhami oleh kehendak pribadi seperti cita-cita, harapan, asa atau keinginan tetapi tugas kita memang hanyalah ikhtiar atau dengan kata lain tugas kita bukan di ranah takdir.  

Tagore

Love is only reality and it is not a mere sentiment. It is the ultimate thruth that lies at the heart of creation Cinta hanyalah kenyataan dan ini bukan sekedar perasaan. Ini adalah kebenaran tertinggi yang terletak di jantung penciptaan -----Rabindranath Tagore----- Panutannya sang pujangga Kahlil Gibran, maestro of loving♥️  #Dialogue Positive with Bhante Dhammasubo & Bang Dame : "Ketuhanan Yang Maha Esa"

Satu Asa

Anugrah tak terbayangkan bisa bersua dengan kalian. Menjalin ikatan ukhuwah dalam dekapan cinta-Nya “Ukkibukki fillah ya ukhti...” Aku mencintaimu karena Allah saudariku. Namun, setiap perjalanan ukhuwah adalah kepastian paradoks. Kadang suka,kadang duka. Ada saat bersua, ada saat berpisah Selamat merangkai mozaik-mozaik yang tercecer saudariku. Menyambung hati-hati umat yang masih patah Menyelipkan lantunan doa dalam setiap nafas Meski raga kita akan berpisah Semoga langkah kita tetap terpadu dalam satu asa. Asa menuju jannah-Nya.   Aamiin...♥️💐🙇‍♀️   #RP's moment, semoga sajak ini bisa membawa terbang rinduku yang sedang sengembara di planet Mars untuk kalian saudari-saudariku penghuni planet Venus 

Mars-Venus

Sepanjang apa lagi aku harus bersabar dengan kalian. Sefokus apa lagi aku harus memperhatikan kalian. Senikmat apa lagi aku harus membelajarkan kalian. Seasyik apa lagi aku harus membawakan ice breaking untuk kalian. Apalagi di planet mars ini hanya kaum adam yang tinggal. Sedangkan aku mungkin terlalu lama tinggal di planet venus dengan segala pernak-pernik kaum hawa. Sungguh paradoks ini menyentak mata batinku dengan penuh kekagetan. Di planet mars berpenghuni adam ini aku mulai belajar beragam watak, sifat dan sikap kalian. Sekalipun kalian itu muridku, di sisi lain kalian adalah guruku. Sungguh benar-benar aku banyak belajar dari kalian. Belajar bagaimana usilnya kalian. Belajar kebosanan yang mudah menghinggapi kalian. Belajar bahwa mudah sekali kalian untuk ngeles. Belajar tentang nafsu kalian yang suka akan hal-hal fatamorgana. Belajar kebutuhan kalian untuk diapresiasi dan dipuji.  Hal yang pasti dalam episode planet mars berpenghuni adam adalah aku butuh kesabaran, kefokusan,

Sepuluh

  وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ Wa layālin ‘asyr(in). demi malam yang sepuluh, (Q.S Al Fajr :2) Sejak kecil angka 10 begitu istimewa bagiku, tentu sebelum mengenal angka seratus, sejuta, semilyar, seterilyun atau di atasnya. Berharap angka itu menghiasi bukuku maka dengan semangat aku bangun fajar untuk belajar. Entah mengapa angka 10 itu bisa jadi iming-iming ampuh bagiku meskipun tak ada janji jajan atau mainan dari bapak atau ibuk jika angka itu berhasil kuraih. Itu dulu, sekarang angka 10 berameliorasi dalam pemaknaanku. Terutama, di bulan Muharram ini yang bertepatan dengan 10 hari aku memasukinya, ada moment-moment spesial ternyata. Tak sengaja dipertemukan dengan teman Bapak yang ringan tangan. Malam ada relaksasi dengan tema pujangga kegemaran Ibuk. Pesanan madu dapat terbayar. Selempang upacara yang time new roman bisa terselesaikan. Alhamdulillah atas nikmat di angka 10 ini. Kurang lengkap jika hanya moment spesial pribadi yang kutulis di prasasti ini. Angka 10 di bulan Muharram juga men

Harap

Merawat makna Memupuk rasa Mengeja asa Mengais hikmah Menyelaras alunan Mengangkasa cita Mengidam bestari Menggetar garizah Membulat andai Merenda binar Membasuh relung Memilin hasrat Melaik pesona Mematut sakinah Mewujud harap

Prejudice

Prejudice atau cara pandang awal atau anggapan sementara atau prasangka ikut menentukan laku kita. Misal jika kita menganggap tak ada keikhlasan atau ketulusan di dunia ini maka sekalipun ada yang beramal dengan ikhlas pastilah cara pandang kita belum bisa menerima. Atau minimal ada prejudice yang mempertanyakan keikhlasan amal itu.  Walaupun prejudice yang berada di ranah pemikiran bukan harga mati alias bisa berubah seiring pengalaman dan wawasan kita, hanya saja untuk mem-brainwashnya tidak semudah membalik telapak tangan. Seperti wadah untuk menampung air.  Wadah diibaratkan memori otak yang mengandung prejudice dan air adalah pengalaman serta wawasan yang diperoleh.  Untuk menetralkan prejudice maka wadahnya perlu dibersihkan atau dikosongkan terlebih dahulu sebelum menerima pancaran air yang jernih. Memang riweh dan perlu ketelatenan plus me time untuk senantiasa membersihkannya agar prejudice tak memperkeruh atau menyilaukan pancaran air yang diterima oleh wadah. Bersih-bersih y

Adab - Ilmu

Cahaya ilmu, bersemayam di kejernihan hati Linguistik Logika Musikal Spasial Kinestetik Intrapersonal Interpersonal Naturalis Eksistensialis Semua membuncah, mengalir menganak sungai Dalam sanubari, shadr, qalb, fu'ad, lub yang tercelup adab

Butuh Vs Gantung

Setelah sekian purnama kulalui, setelah beragam guru kutemui, setelah berpindah-pindah majelis kusambangi dan setelah beratus-ratus episode webinar kunikmati alhamdulillah akhirnya bisa mengurai kegundahan inner child ini. Sungguh inner child ini kusadari seiring dengan keabsurdan dan kompleksitas perjalanan hidup yang kualami. Absurd memang saat harus memposisikan sesuatu yang berparadoks. Bagaimana bisa aku menelaah tuntunan sang manusia mulia untuk beramal demi dunia seakan-akan aku hidup selamanya dan beribadah demi akhirat seolah-olah besok aku mati. Ditambah lagi dengan kompleksitas hidup di zaman serba canggih yang menggilas hakikat diri. Dan point "Butuh Vs Gantung" menjadi moment eureka bagiku untuk mengurai keabsurdan dan kompleksitas hidup. Tak bisa dipungkiri bahwa aku menyepakati teori Maslow yang menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan itu memang perlu untuk dipenuhi s

Peta Diri

Katanya orang sih setiap kita adalah pemimpin, ya minimal jadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Tentu ini bukan hanya kata orang, tapi Rasulullah pun juga memesankan tentang hal itu.  "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya" (H.R Bukhari dan Muslim) Jika setiap orang berusaha untuk dapat memimpin dirinya dengan pas pasti akan dapat meraih kebahagiaan, kebijaksanaan daan keadilan. Untuk mewujudkan hal tersebut bukan berarti kita menjadi otoriter atau malah terlalu permisif. Sangat penting untuk memetakan siapa raja, menteri, panglima perang dan pasukan yang ada dalam diri kita. Menurut Imam Ghozali, tampuk kepemimpinan sang raja harus benar-benar dijalankan oleh qalbu salim yang kemudian dibantu oleh akal jernih sebagai menteri. Sedangkan nafsu yang berperan sebagai panglima perang sudah sepatutnya berada dalam kondisi mutmainah. Dengan begitu maka fisik yang menjadi pasukan akan benar-benar bisa diarahkan sesua