Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Kisah Buya Hamka ( Ayah . . .)

Gambar
 "Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku" ___Soekarno___ Biasanya setelah dua novel maka saya mengulas dua buku non-fiksi. Satu buku membincang sesat pikir dan cacat logika; satu buku kali ini memang bukan novel tetapi berupa cerita kehidupan tokoh nasional bangsa ini, Buya Hamka. Saya ulas buku biografi yang ditulis oleh putra kandung kelima beliau. Ingin hati membaca novel Buya Hamka karangan Anwar Fuadi atau menonton film beliau di layar lebar. Berharap dengan membaca kembali buku "Ayah..." dan menuangkannya di prasasti kecilku ini semoga minimal dapat menjadi ikhtiar untuk mewujudkannya atau sebagai jalan untuk pembelajaran kita semua.   Nama asli Buya Hamka adalah Abdul Malik Karim yang merupakan anak dari Syech Dr. Abdul Karim Amrullah dan Sitti Shafiahh. Hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 tahun di Sekolah Desa yang sering dilecehkan oleh anak-anak kelas atas. Saat berusia 12 tahun, orang tuanya bercerai yang mem

Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika

Gambar
Kuasai dunia dengan ilmu, jalannya adalah belajar, senjatanya adalah menulis, kekuatannya berasal dari membaca. Maka, Iqra', bacalah! ____Fahruddin Faiz____ Manusia adalah binatang yang berakal budi. Di antara penciri khas yang membedakan manusia dengan semua makhluk-Nya yang lain adalah kemampuan berpikir atau menanggapi kehidupan dengan akal budi yang dimilikinya. Kehilangan kemampuan akal budi ini, akan memerosotkan status manusia ke level binatang, karena pendayagunaan akal merupakan petanda bagi status kemanusiaannya. Barang siapa yang ingin belajar berpikir runtut, jernih dan dapat dipahami, logika adalah kunci. Berpikir dengan tertib, jernih dan dapat dipahami adalah dasar pondasi kehidupan di muka bumi. Semakin canggih kemampuan berpikir tertib, jernih dan dapat dipahami akan membuat manusia semakin berdaya dalam mengelola kehidupannya, menjalankan kewajiban kemanusiaan serta menunaikan amanat sebagai khalifah Tuhan di dunia. Di sisi lain, alam semesta dan kehidupan ini beg

Cantik itu Luka

Gambar
Berbeda dengan novel sebelumnya yang menjunjung kesucian wanita, novel Cantik itu Luka kali ini penuh dengan satire atau sindiran. Untuk mengetahui lebih lengkap dan detail ceritanya bisa langsung membaca novel yang telah memenang Price Claus Award 2018 itu ya. Hanya saja saya sarankan untuk mempersiapkan hati, pikiran dan mental sebelum, saat dan setelah membacanya. Dan mungkin novel tersebut sebaiknya tidak dibaca anak-anak atau minimal dibaca oleh pembaca yang berusia 21 plus. Kisah bermula dengan kebangkitan Dewi Ayu dari perkuburan Budi Dharma yang meninggal 21 tahun yang lalu di usia 52 tahun. Dewi Ayu meninggal setelah 12 hari melahirkan Si Cantik, anak perempuannya yang keempat.  Seperti kakak-kakaknya yang lain, tidak diketahui dari benih laki-laki yang mana Si Cantik itu berasal. Namun hal yang membedakan Si Cantik dengan kakak-kakaknya adalah wajahnya yang buruk rupa dan hidungnya seperti colokan kabel.  Dewi Ayu merupakan seorang wanita keturunan Hindia-Belanda. Ayah dan ib

Merindu Cahaya de Amstel

Gambar
"Kalau kamu menyerah,  berarti kamu memang tidak pantas buat Khadija" Sepenggal kalimat yang diucapkan Joko, sahabat Nicho, menjadikannya kembali memperjuangkan Khadija, wanita Eropa berhijab yang ditakdirkan Tuhan masuk dalam jepretan Nico, sang fotografer. Di detik-detik sebelum keberangkatan kereta yang akan ditumpangi Khadija, Nicho kembali menyatakan perasaannya pada wanita itu. Khadija pun menyadari bahwa semakin ia menyangkal ternyata cinta itu kian tumbuh subur.  Sebelumnya mereka mengalami beragam ujian cinta. Kamala, sahabat Khadija, juga menyukai Nicho sehingga Khadija memilih untuk menghindar dari Nico agar tidak menyakiti hati sahabatnya itu. Tidak hanya itu, Khadija juga menyangsikan keseriusan Nicho untuk masuk islam karena hal itu dilakukan Nicho hanya untuk mendapatkan Khadija.  Nicholas lahir dan tumbuh di lingkungan tanpa sentuhan religi. Ibunya meninggalkan Nicho dan ayahnya yang berbeda agama. Hal ini membuat Nicho membenci ibunya dan agamanya, Islam, yan

The Prophet (Sang Nabi)

Gambar
Almustofa, yang terpilih dan terkasih Laksana fajar di zamannya, Dua belas tahun terdampar di kota Orphalese, Kini menanti kapalnya tiba, Membawanya pulang, kepangkuan bumi kelahirannya ...  Aku, si pencari kesunyian, Mustika apakah yang telah kutemukan di dalamnya, yang   patut kuwariskan? Pabila hari ini saatku mengetam, di ladang manakah   dahulu, kusebarkan benih-benihku, serta di musim apakah yang terlupa? Jika kinilah waktunya kuangkat lentera, Nyala di dalamnya bukanlah dariku. Kosong dan gelap kuacungkan, Penjaga malamlah penyulut sumbu, Setelah minyaknya dipenuhkan pula. Laksana ruh engkau hidup di antara kami, Dan bayang-bayangmu menyaputkan cahaya di atas wajah kami. Kami telah menyayangimu, namun dengan kasih yang membisu Serba terselubung, oleh aneka macam kerudung. Tetapi kini kasih kami menjerit kepadamu, tanpa tedeng aling-aling semu. Memang, bukankah selamanya kasih sayang itu tak menyadari kedalamannya sendiri, Sampai datang saat berpisah

Menjaga Kewarasan

Gambar
"Jangan biarkan suatu hari terlewat tanpa bertanya siapa dirimu, setiap waktu berlalu, ada hal baru yang masuk dalam kesadaranmu" ___Chopra___ Ada empat tema yang diusung dalam buku ini yang merupakan hasil olahan rekaman Ngaji Filsafat edisi Menjaga Kewarasan di akhir tahun. Seperti yang tertera di sampul buku, keempat tema tersebut berhubungan langsung dengan hidup kita sehari-hari di zaman secanggih ini yang sering berkecamuk dalam mental manusia masa kini. Menjaga kewarasan menjadi poros agar kita berpegang pada prinsip yang paling penting yakni tahu diri dan tahu batas. Tema pertama tentang self-love atau cinta diri. Mari kita lakukan knowledge, respect, care dan responsible pada diri yang menjadi dasar dari mencintai. Lawan dari  self-love adalah self-hatred dengan ciri fokus pada hal negatif, suka membandingkan dengan orang lain, tidak percaya diri, sulit menerima pujian, menganggap orang lain membencinya, ketika dipuji tidak percaya dan ketika dikritik dianggap menghi

Si Anak Spesial (Burlian)

Gambar
Dua novel yang diulas dalam prasasti kecilku kali ini meski judulnya saling kontras tetapi keduanya sama-sama memberi kesan yang tersendiri bagi saya sebagai pembaca. Si Anak Spesial karya Tere Liye dan Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata telah memanjakan saya pribadi sebagai penikmat novel-novel tersebut. Begitu terhanyut dalam cerita yang terkadang saya terpingkal-pingkal membacanya, terpesona dengan pantun-pantun yang ada, trenyuh menyelami kisahnya, dan penuh hikmat memetik nilai-nilai moral yang terselip pada untaian kalimat yang ditulis oleh kedua novelis favorit saya. Mamak bercerita tentang hari saat mengandung Burlian hingga saat melahirkannya. Mamak benar. Cerita mamak tentang hari kelahiran Burlian itu benar. Burung di pohon bungur raksasa yang berada di area perkuburan belakang rumah berbunyi karena melihat sesuatu di bawahnya. Bukan melihat liang lahat yang menganga sebagai pertanda akan ada yang meninggal, tetapi burung itu berbunyi karena terganggu. Dan saat Burlian ke

Orang-Orang Biasa

Gambar
 "Fiksi, bukan sekedar mengadakan yang tidak ada, fiksi adalah cara berpikir" ___Andrea Hirata___ Tak ada yang melaporkan kejahatan apapun di kota Belantik. Barangkali tak ada yang keberatan jika dikatakan Belantik adalah kota ukuran sedang paling aman dan paling naif di seluruh dunia ini. Hal itu membuat Inspektur Abdul Rojali dilanda semacam paradoks tanggung jawab. Bagi Inspektur, penegak hukum yang tak beraksi, ibarat pemain organ tunggal yang tidak bisa memainka lagu Terajana. Ditemani Sersan P. Arbi dipandanginya papan tulis statistik kejahatan yang tak berubah. Hingga hari itu tiba. Di saat Inspektur diminta untuk mengambil cuti oleh atasan karena berbagai laporannya yang tidak mendasar tentang suatu perampokan yang terencana dari seorang informan, maling kambuhan yang sering mabuk, Dragonudin. Perintah cuti itu bertepatan pula dengan sehari sebelum perayaan agustusan yang dimeriahkan dengan acara karnaval topeng moyet yang dikoreograferi oleh Guru Akhiruddin. Inspekst

Terjemah Rasa/ Tentang Aku, Hamba dan Cinta

Gambar
Ujung Jalan yang Belum Kelihatan Dalam bimbang ragu itu, entah dalam jaga atau mimpi, tiba-tiba tangan lembut menggamit lengan. "Mengapa berhenti?" bisiknya. Aku menoleh dan kulihat gadis yang beraura cahaya. "Aku ingin bersamamu," katanya kemudian. "Aku ada di pihakmu. Aku siap menjadi tangan dan kakimu jika kau perlu. Cukuplah sudah air mata itu. Belum selesaikah keluh kesah itu ? Akan sampai kapan sedu sedan itu ? Cinta indah itu akankah kau bawa hanya ke lembah nestapa, tanpa memanfaatkan cahaya yang dhadirkannya?" Kuamati kembali gadis agung itu. Lalu, sambil tersenyum kepadanya kutanyakan, "Siapa engkau dan mengapa kau hadir dalam dunia ini yang hanya berisi duka, rindu dan pilu ? " "Aku tidak tahu, " katanya. "Sang Penguasa Kisah memerintahkan hatiku untuk sekarang menemuimu." "Mengapa baru sekarang ? " kuulang lagi pertanyaanku.  "Karena kulihat kau hampir menyerah. Engkau mulai berubah. Cahaya cinta itu

The Art of Loving

Gambar
Siapa yang tidak tahu apa pun, tidak mencintai apa pun. Siapa yang tidak melakukan apa pun, tidak memahami apa pun. Barang siapa yang tidak memahami apa pun, tidaklah berarti. Namun, siapa yang memahami juga mencintai, memperhatikan, melihat... Pengetahuan yang semakin luas terkandung dalam satu hal, semakin besarnya cinta... Siapa pun yang membayangkan bahwa semua buah masak pada saat yang sama, tidak ada bedanya dengan stroberi yang tidak tahu apa pun tentang anggur. ___PARACELSUS___ Alhamdulillah dua novel yang bernuansa fiktif sudah terselesaikan. Lalu, dalam prasasti kecilku akan kembali mengulas buku-buku non fiksi seperti kali ini. The Art of Loving karya Erich Fromm mengajarkan kita untuk memaknai hakikat cinta dari perpesktif yang berbeda dengan Sigmun Freud. Jika Freud meyakini semua tindakan cinta dilandaskan pada sisi psikologis, Fromm lebih memilih bahwa cinta itu bersifat eksistensialis yang dicirikan dengan adanya perhatian, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan se

Guru Aini

Gambar
  Dalam desau sepi angin pagi Dalam gerimis hujan dini hari Dalam gerak-gerik halus benda-benda Dalam harapan-harapan yang tak terkata Tersimpan rahasia Mengapa kita ada ---Andrea Hirata--- Desi Istiqomah namanya. Seorang anak bungsu dari pedagang sukses yang konon katanya juga bersikukuh dengan pilihan hidupnya. Jika Bapak dari Desi bersikukuh untuk tidak kuliah karena memilih berdagang, lain hal dengan Desi. Desi lebih memilih untuk kuliah D3 ikatan dinas untuk menjadi guru Matematika di daerah pelosok daripada yang lainnya meskipun dia harus merantau dan putus dengan pacarnya, Runding Ardiansyah. Ibu dari Desi dan Bu Salamah sebagai kepala sekolah juga melakukan berbagai cara agar Desi mengurungkan niatnya tetapi hasilnya nihil. Berbeda dengan ayah dari Desi yang memiliki watak yang serupa dengan anaknya sangat mendukung penuh keputusan Desi.  Dan tidak disangka Desi menjadi lulusan terbaik dan berhak memilih di tempat mana dia akan mengabdi. Tetapi Desi menolak untuk memilih tempat