Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Bakat Terpendam hingga Puncak

Gambar
Proyek IKM pertama kita yang bertemakan "Bangunlah Jiwa dan Raganya" secara garis besar menggali bakat terpendam yang ada di dalam lobus otak kanan seperti kemampuan verbal dan seni. Selama hampir empat bulan kita mengidentifikasi, memilih dan melatih beragam bakat para siswa untuk proyek ini. Dimulai dari bakat yang berhubungan dengan aktivitas panggung hingga aktivitas dapur. Alhamdulillah proyek ini lumayan sukses memantik sisi-sisi lain dari mereka di luar bola dan pelajaran. Adapun saat sepekan menuju puncak acara yang menjadi refleksi saya antara lain kepekaan kita harus senantiasa diasah dengan cara belajar menjadi pengamat yang baik; perlu ada planning yang terdeskripsikan secara gamblang sehingga jalannya acara bisa smooth; sebaiknya ada breafing bersama antara PIC dan siswa ditugaskan untuk membantu panitia di pagi hari saat acara puncak. Bakat terpendam hingga puncak pada hari ini akan menjadi start kita dan para siswa untuk proyek berikutnya. Tetap atur ritme, jag

Belajar Bersama

Gambar
Ada tiga instansi yang mengikuti agenda kita waktu itu. Tak disangka ada instansi yang dulu dalam istiqarah tidak terpilih ternyata bertemu dalam satu forum. Hal yang kita pelajari tentang  transformational leader , terutama bagi kita para pendidik. Metode yang digunakan yakni memberdayakan pengikut dan mengurangi ketergantungan melalui pengembangan keahlian serta kepercayaan sehingga dapat mendelegasikan.  Pembicara kita, Dr. Capri Anjaya, S.Pd. M.Hum. membawakan materi dengan menggunakan permainan yang dipraktikkan oleh para peserta. Caranya yakni menjatuhkan badan dengan dasar kepercayaan yang menjadi cerminan bahwa kita adalah makhluk sosial. Dapat dipercaya itu lebih sulit daripada mempercaya itu menjadi note penting buat saya. Secara garis besar teori Djamaludin Ancok yang dikutib oleh pembicara bahwa dalam kepemimpinan transformsional harus ada aura positif baik terhadap individu maupun lingkungan yang terbentuk melalui kerja sama. Aplikasi yang dibawakan oleh pembicara dari

Kuadran Niat

Gambar
Sering kudengar pengelesan "Miss, gak usah ribet-ribetlah, orang yang memudahkan urusan orang lain akan dimudahkan urusannya di akherat kelak." Ada pula yang mengatakan," Standard Miss terlalu tinggi ya, itu yang membuat kami seolah-olah seperti dipaksa dan tertekan." Bahkan ada juga yang menyodorkan saya sepenggal puisi Kahlil Gibran "sebab mereka punya alam pikir sendiri". Padahal puisi "Anakmu Bukanlah Milikmu" karya maestro pujangga itu sudah kuakrabi sejak SMA. Semua argumen di atas sekilas mencerminkan penilaian mereka bahwa saya dianggap sebagai manusia yang menyebalkan, merepotkan atau mungkin sangat tidak diharapkan. Tentu mudah bagi saya untuk mematahkan argumen tersebut, tapi bukan masalah menang atau kalah yang saya harapkan. Ada keyakinan pula bahwa saya tidak dapat membuat semua orang senang atau suka karena memang saya tercipta bukan sekedar sebagai penghibur atau pemuas kesenangan mereka. Kutuliskan refleksi ini minimal buat pengi

Bahagia itu Sederhana

Gambar
Closing statement yang kita dapat dari webinar malam ini lumayan menyentil. Bahagia itu sederhana, cukup dengan senyuman pada murid kita, untuk keluarga kita maupun orang-orang di sekitar kita. Mungkin ada orang yang memang tercipta dengan wajah yang selalu tersenyum. Hanya saja wajah yang selalu tersenyum itu bukan harga mati. Jika ada kemauan untuk tersenyum pasti akan terlatih dan terbiasa.  Terutama kita sebagai pendidik yang setiap hari bertemu dengan manusia pasti akan sangat senang jika bisa saling berbalas senyum dengan setulus hati. Adapun latihan atau metode yang disampaikan pemateri agar kita bisa bahagia full senyum saat mengajar antara lain belajar dengan nge-rap, balon keberuntungan, follow my lead, pasangan kata sinomin-antonim. Sesuai latar belakang beliau maka rata-rata metode dan contoh yang disampaikan yakni untuk rumpun bahasa. Meski demikian, senyum dan kebahagiaan beliau alhamdulillah lebih tersalurkan ke kita karena bisa menimba ilmu dari pengalaman sang pengajar

Kepuasan

Gambar
Miskin itu bukan memiliki terlalu sedikit, melainkan menginginkan lebih banyak. ---Seneca--- Kepuasan = Rasa Suka – Keinginan Siapa yang tidak suka dengan kejujuran, kebijaksanaan, kekayaan, keindahan, ketenaran, kekuasaan, keadilan, kebaikan dan kesenangan yang sejenisnya. Semua hal itu sudah tertanam pada kita sebagai manusia yang tercipta olehNya. Dan rasa suka tumbuh secara alami dan tidak bisa paksakan, yang kita sebut sebagai fitrah. Fitrah suka dan tidak suka adalah paket utuh yang saling melengkapi. Jika tidak suka sulit berarti suka mudah, bila suka kebaikan berarti tidak suka keburukan dan selanjutnya.  Hanya saja, rasa suka yang juga bisa disebut selera itu berbeda dengan keinginan. Lalu, apa yang membedakan rasa suka dan keinginan? Rasa suka memiliki batasan yang berupa penerimaan. Sedangkan keinginan atau hasrat kadang senantiasa terarahkan pada status kepemilikan sehingga ada usaha atau aksi untuk meraihnya.  Dengan melihat rumus di atas, jika keinginan melebihi rasa su

Logika Viral

Sudah tak asing dengan kata viral di zaman yang penuh kelimpahan informasi seperti saat ini. Kondisi tersebut sangat terkait dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi yang menembus sekat antar ruang maupun waktu. Tentu ada sisi positif seperti kemudahan mengakses beragam ilmu pengetahuan, namun ada juga negatifnya yang akan saya ulas dari sisi logika viral. Logika viral yang kadang menjadi dogma kebenaran perlu menjadi perhatian khusus. Mungkin logika viral ini sejalan dengan paham voting yang sering memenangkan pihak mayoritas karena hanya melihat kuantitas. Padahal kuantitas maupun keviralan tidak selamanya benar dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan alias itu post thruth karena ada permainan rasa atau politik emosi di sana. Dengan kata lain logika viral sangat bertendensi dengan rasa suka atau tidak suka. Oleh karena itu, kejernihan pikir dan keluasan jiwa sangat diperlukan untuk mewaraskan kita dari logika viral yang penuh post thruth.  

Semua?

Aku yo mbak, sak iki keluarga wis iso nerimo. Masak njaluk kepenak apik kabeh, wis diparingi bonus kenikmatan pirang-pirang, nek sak iki ngene yo wis piye maneh, kudu gelem. Ojo kepengin kabeh.  ---sepenggal tutur pesan sore itu--- Di belahan bumi yang lain, "Mbak awakku lemes, entuk sholat karo lungguh? Yo entuk ae, karo bobok yo gak papa." Dua kondisi di atas itu merupakan hal serupa yang tak sama jika dilihat dalam konteks dan kaidah ushul fiqh "Maa laa yudroku kulluhu laa yutroku kulluhu" yang berarti jika tidak dapati semuanya, jangan tinggalkan semuanya. ما لا يدرك كله لا يترك كله Sudah sejawarnya dalam fitrah kemanusiaan ingin mengusahakan semua dalam posisi yang terbaik. Dan ada juga sisi manusia yang ingin menanggalkan semua beban alias malas bahkan tak acuh hingga sampai titik lepas tanggung jawab. Kadang kita yang ingin semua sempurna sebaiknya tetap menginjakkan kaki di bumi. Dan jika kita terhinggapi rasa malas sudah seharusnya segera menatap ke langit,

Scientific Atitude

"Saat kuperhatikan para pencari ilmu, sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. Barang siapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan" Tak bisa kau raih, tanpa memakai 6 hal Akan kukabarkan padamu dengan jelas: Kecerdasan, Kemauan, Kesabaran, Modal, Petunjuk Guru dan Waktu yang lama ---Al Zarnujy, kitab Ta'lim Al Mu'taallim--- Cara atau akhlak pencari ilmu "scientific atitude" yang disarankan dalam kitab di atas antara lain jangan tamak akan dunia karena membuat diri menjadi hina; tawadhu' yakni sikap tengah-tengah antara sombong dan minder; iffah yaitu menjaga dan menghormati diri seperti sebelum belajar perlu mandi lalu memakai baju yang rapi dan sopan; wara' yakni menjauh dari hal-hal yang syub

Kurikulum Asertif

Mendengar kata asertif bisa jadi ada yang sudah sangat paham atau mungkin itu sesuatu yang baru. Secara sederhana saya mendefinisikan asertif sebagai kemampuan untuk mengekspresikan diri secara proporsional. Ekspresi tentu sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, apa yang diinginkan. Dan proporsional dalam arti tetap memperhatikan dan menghargai apa yang di luar diri kita.  Jika dikaitkan dengan pendidikan yang merupakan jalan untuk menempa individu, maka sangat tepat jika kita sebagai guru senantiasa merancang kurikulum yang salah satu out putnya mencetak pribadi yang asertif. Sekali pun kurikulum memang sesuatu yang kompleks, namun kita para guru dapat mengambil inti sari dari kurikulum yakni pengalaman belajar siswa. Oleh karena itu, agar para guru dapat melatih siswa menjadi pribadi asertif sebaiknya kita senantiasa merancang pembelajaran yang memfasilitasi mereka untuk berpikir kritis. Dengan begitu, para siswa akan bersemangat berekspresikan diri sebagai p

Untukmu Manusia Mulia, Hanya Bisa Kupersembahkan Gelisah

Membuka lagi lembaran-lembaran Terjemah Rasa/ Antara Aku, Hamba dan Cinta. Di bulan maulid ini setiap sore maupun malam ku dengar lantunan barjanji memuji, mengenang dan menghormat untuk sang manusia mulia. Tapi peristiwa semalam tentang ujian kelapangan atas perputaran kemenangan  sungguh sangat  menyesakkan dan menggelisahkan semua insan yang terketuk nurani kemanusiaannya. Duhai sang manusia mulia, sungguh kami sangat jauh darimu, tapi kami yakin cintamu yang tak terbatas dan tak bertepi. Dan tragedi semalam semoga menyadarkan kami akan tuntunanmu untuk berkasih sayang, menjadi rahmat bagi semesta, bukan jadi susah dan duka.   Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad Kuberanikan diri menyapamu, wahai rasul mulia Kupaksa bibir ini untuk tak henti mengucap namamu dan kupaksa tubuh ini untuk setiap waktu mewadahi segala teladanmu. Kadang kusombongkan keberadaanku sebagai jelmaan kemuliaanmu. Namun nyatanya saat aku berkaca, hanya kulihat kekejian dalam tatap mataku; hanya kubaca kebodoh

Soal pun Dianalisis

Gambar
Sungguh sangat luas bentangan ilmuNya asal kita mulai siap dan bisa untuk menerima. Salah satu ilmu yang mulai siap kita terima kali ini yakni menganalisis soal. Hal ini mungkin makanan sehari-hari bagi mereka yang belajar di fakultas penilaian dan evaluasi pendidikan. Dan bagi kita terutama saya pribadi harus membuka kembali catatan mata kuliah yang dulu sekitar 3 sks di fakultas sains. Adapun langkah yang kita lakukan yakni memasukkan point atau skor maksimal untuk setiap nomornya yang kemudian dilanjutkan dengan memasukka nilai yang diperoleh setiap siswa secara rinci ke dalan tabel tersebut. Sebelum menyimpulkan tingkat kesukaran tiap soal, kita harus memastikan apakah rumus yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika rumus sudah sesuai dengan teori yang digunakan maka kita dapat mengidentifikasi apakah level kognitif soal yang dibuat sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Temuan yang saya dapati yakni ada beberapa soal yang secara level kognitif masuk dalam LOTS tetapi ternyata set

Kesyukuranku

Hal yang patut kusyukuri dalam waktu dekat ini 1. Upgrade ilmu dari webinar 40 JP untuk memperbaiki modul ajar 2. Leluasa menjelajah blog dan lebih saling mengenal teman-teman 3. Menunaikan amanah tambahan dan memperkaya pengalaman 4. Mulai ada komunikasi yang terjalin dengan wali murid  5. Dapat meluangkan waktu bersama Ibu, Mbak Indri dan keluarga jauh plus nyekar Bapak 6. Dapat ikut menyemarakkan maulid nabi sekalipun tidak ikut melantunkan barjanji

Sedikit Banyak Syukur: Rehat

Rehat, satu kata yang diidamkan untuk dapat merefresh kepenatan. Bahkan tidak sekedar tentang melepas kepenatan, dengan rehat atau waktu luang merupakan salah satu nikmat yang kadang baru tersadari dan tersyukuri ketika semua deadline sedang berada di ujung tanduk.  Sedikit banyak saya sangat bersyukur dengan rehat empat hari yang lalu. Mengapa sedikit? Bukan masalah waktu yang sedikit. Sedikit syukurku dalam arti ini ternyata rehatku juga memantik kecemburuan. Karena ada pihak yang belum tentu tahu secara pasti tentang apa aktivitas rehatku selama empat hari ini, jadi cukup saya sedikit bersyukur saja dalam konteks ini. Semoga kecemburuan yang sedikit kusyukuri ini akan menjelma menjadi garam yang hanya diperlukan sedikit untuk melezatkan muamalah kita. Banyak syukur atas rehat ini saya kontekskan dalam produktivitas di rumah dan ketertunaian amanah-amanah yang lain. Mulai dari menemani ibu, webinar malam hari, ngurus TK dan ini-itu, meramaikan maulid nabi, berkunjung ke rumah harapan