Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Serpihan Diklat Online

Ini kali kedua kita mengikuti diklat online yang berdurasi 40 JP. Jika dulu pada diklat online pertama kita belajar tentang bahan dan media, maka pada kali kedua tema yang diusung tentang modul ajar maupun pernak-perniknya baik itu yang berkaitan dengan capaian kompetensi maupun profil pelajar Pancasila. Mengenai rangkuman tentang materi diklat tentu kita sudah dapat membaca di rangkuman atau mendengarkan ulang rekaman.  Oleh karena itu pada refleksi kali ini saya mencoba menyisir serpihan diklat online baik yang menarik maupun yang membosankan. Dengan kata lain pemaparan tersirat alias tidak tertulis di rangkuman tetapi disampaikan pemateri dapat kita pungut  sedikit demi sedikit demi perbaikan langkah weekend ini dan rencana yang akan dijalankan untuk siswa maupun sekolah : ♧ Kesan pertama begitu menggoda dalam kurikulum merdeka agar bermakna. Salah satu hal yang yang menjadi pembeda antara modul ajar dengan rancangan rencana pembelajaran yakni dengan adanya pertanyaan pemantik dan p

Minimalis

Seorang minimalis itu tahu mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus dilepaskan.  Kita harus belajar bahagia dengan yang sedikit. Maka latihlah diri kita untuk dapat puas dengan apa yang sedikit, bukan apa yang banyak. Karena hidup ini rentetan keinginan, sementara keinginan itu penderitaan. Maka hakikat hidup merupakan penderitaan jika didasarkan atas keinginan. *Catatan MJS Channel __Minimalisme__

1/4 Tahun

Seperempat tahun kita membersamai mereka. Tentu setiap dari kita punya kisah dan titik tekan masing-masing saat KBM. Adapun yang dapat kupetik selama seperempat tahun ini antara lain: ☆ Perencanaan KBM yang dinamis. Sudah sewajarnya setiap guru merencanakan apa yang akan diajarkan kepada para murid. Namun seiring berjalannya waktu, perencanaan yang sudah disiapkan kadang-kadang mesti dikreasikan. Misal, hal yang pernah saya alami saat sudah merencanakan untuk membelajarkan tentang radioisotop ternyata sebagian besar siswa mengajak petak umpet dengan bersembunyi di atas pohon. Akhirnya saya perlu waktu untuk mencari dan menelaah terlebih dahulu apa maksud dari semua itu. ☆Kinestetik yang mendominasi. Dalam satu kelas memang tidak bisa dipungkiri ada beragam tipe belajar yang menjadi pasion setiap siswa. Ada yang cukup paham dengan mendengar, ada pula yang dapat paham dengan melihat misal dengan membaca saja. Dan mereka rata-rata senang belajar dengan melakukan gerak atau tipe kinestetik

Masih Muda

Bertemu beliau sungguh cukup menghibur kami. Pasalnya dokter bertangan dingin itu menilai ibuku masih muda. Mbak Indri yang menemani ibu lantas bertanya, " Usia tua berapa Dok?" Jawab sang dokter , "Ya sekitar 90an tahun." Hasil analisis beliau juga menyatakan pendengaran ibu sehat. Dan jika batuk saat ada debu dan asap maka perlu dihindari, mungkin itu yang berpengaruh ke arah telinga. Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat kesehatan ibu. Masih muda ibuku atas anugerahMu♥️🙇‍♀️

Semampunya

Dalam ushul fiqih mengajarkan kita untuk semampunya saat melaksanakan perintah tetapi sekuat tenaga atau semaksimal mungkin untuk menjauhi larangan. Misal perintah berbuat kebaikan saat berinteraksi dengan Sang Maha maupun makhlukNya memang sudah sepatutnya dilaksanakan semampunya sesuai level kita. Apakah kita tergolong awam, khawash atau khawash al khawash tentu memiliki tirakat masing-masing. Hanya saja jika bicara golongan sudah tentu saya termasuk orang awam yang masih belajar menjadi awam. Bagaimana bisa bersintesis seperti itu? Silakan simak refleksi puisi "Awam Saja Belum Bisa" . Nah untuk bagian larangan yang harus dijauhi sekuat tenaga ini kadang ada tipuan atau selubung sebagai pembenaran atau rasionalisasi. Misal, pernah ada murid les ibuku yang bertanya, "Mbah Tatik, kan Mbak Yanti gak punya pacar terus nikahe piye?". Pernah juga kudengar dari tamu yang berkunjung ke rumah saat Bapak masih bergelut dengan dunia partai, "Pak Karman, nek ora ono ampl

Teriakan

Jika dilihat dari intensitas suara yang dikeluarkan memang teriakan mengeluarkan energi yang lumayan besar kira-kira melebihi 10 dB (desiBel). Apalagi dengan analisis hukum doppler tentu variabel-variabel dari  teriakan akan sangat jelas. Berapa frekuensi yang dikeluarkan sumber bunyi maupun frekuensi yang diterima pendengar serta kecepatan dari gelombang bunyi tersebut. Ditambah lagi dengan layangan bunyi yang terjadi karena beberapa sumber suara yang mengeluarkan  frekuensi yang sama maka akan memperkuat teriakan. Begitulah analisis teriakan dari aspek fisis. Hanya saja, jika dilihat dari aspek metafisis mungkin akan sangat berbeda. Bayangkan dua rekan organisasi yang sedang duduk berdekatan dalam satu ruangan cukup kecil tetapi mereka berbicara sambil berteriak. Sedangkan bayangan kondisi yang lain yakni suami-istri yang sah sedang berada dalam wilayah berbeda dan saling menelepon tetapi mengucapkan kata-kata lirih yang mesra. Memang jika dilihat dari aspek fisis maka kondisi pertam

Krucil

Tanggal 19 sore sudah menjadi rutinitas untuk bertemu para krucil. Ada yang menangis meraung-raung serasa mau dipisahkan dari sang bunda, ada pula yang  dengan berani naik di atas timbangan sambil mengamati dekorasi gambar di atasnya, bahkan ada yang malu-malu, ada juga yang senang sekali dikepoin oleh para petugas. Bagai kertas putih yang masih bersih, para krucil itu begitu suci dan menggemaskan. Mungkin benar, kata ahli bahwa sifat asli manusia bisa terbaca saat usia di bawah lima tahun. Apakah melankolis, sanguinis, korelis dan saunginis terlihat jelas dari ujung mata dan bibir saat krucil-kucil berekspresi baik melalui senyuman, tangisan atau hanya tatapan. Sungguh usia emas yang dialami krucil-krucil itu perlu dijaga dan dirawat sesuai dengan tahapan tumbuh kembang.  Berharap pertemuan di setiap tanggal itu dapat menjadi pengobat rindu akan kehadiran mereka para krucil. Sekalipun sampai saat ini masih harus ikhtiar dan mengencangkan munajat panjang dalam sekian purnama untuk menu

Awam Saja Belum Bisa

Bagaimana aku bisa berbangga Menjadi awam saja belum bisa Awam itu  Pasrah tanpa keluh kesah Meski tak mampu mencerna arah Juga sadar akan jiwa Tak mampu menjangkau makna Sedang aku hanya berlagu Bergaya seolah sudah bisa segala Bagaimana aku bisa merasa tinggi Di hadapan awam saja Tak memiliki posisi lebih Awam itu Kesadaran akan diri yang belum paham Keinginan diri untuk lebih mendalam Sedang aku hanya berlagak Seolah mengerti Padahal hanya mengulang kata mengutip arti Bagaimana aku merasa lebih benar Sedang dibanding awam saja Nilaiku tak lebih berharga Awam itu Menjalani meski belum mendalami Mengalami meski belum mampu menghayati Sedang aku, hanya mondar-mandir ke sana ke mari Meneriakkan ceramah membunyikan teori Mengajak, mengajar, menasehati Tanpa satu pun pernah dijalani Selain hanya drama Menipu orang menipu diri Bagaimana aku bisa berbangga Menjadi awam saja belum bisa ----Fahruddin Faiz dalam Terjemah Rasa---- *Mengenang sematan murobbiyah-musrifah-ustadzah pada diri ini ya

Melampaui yang Lahiriah

Segala sesuatu yang tampak di depan kita, bukanlah  hakikat sesuatu yang sebenarnya. Yang tampak dari bumi adalah debunya,tapi dibalik  debu itu adalah sifat-sifat Tuhan yang mengejawantah. Dimensi di dalamnya adalah emas permata, sementara dimensi di luarnya adalah sebongkah batu. Masuklah melintasi bentuk dan keluarlah dari jebakan nama-nama. Berlarilah menuju makna. Hati-hatilah jangan tertipu, banyak hal yang kau anggap sebagai penyebab, sebenarmya hijab. Kalau manusia dianggap sebagai manusia dari bentuk fisiknya, maka Muhammad dan Abu Jahal memiliki kualitas yang sama. Lukisan di dinding pun persis seperti manusia. Lihatlah apa yang kurang? Lukisan indah itu kehilangan ruh-nya. Pergilah, carilah mutiara yang berharga. Duhai saudaraku, engkau adalah apa yang kau rasakan dalam pikiranmu, selain hamya tulang dan daging belaka. Kalau kau anggap dirimu bunga maka engkau adalah taman bunga. Kalau kau anggap dirimu semak berduri, maka engkau hanyalah bahan bakar perapian. ------Jalaludd

Don't Judge Book by Its Cover

Semua pihak memandang kelas 203 dengan sebelah mata karena hanya melihat dari permukaan saja. Termasuk juga para siswa di kelas itu awalnya juga memiliki judgment dan stereotype negatif pada teman-teman maupun Bu Erlin.  Tetapi berbeda dengan Bu Erlin Gruwell. Sebagai guru kelas beliau mampu menelisik, memahami dan mengurai apa yang menjadi akar masalah yang dialami oleh para murid.  Memang awalnya tak mudah. Sikap tidak respect dari murid-murid, pertentangan antar ras yang mereka sebut gangster yang diwarnai pembunuhan, tanpa dukungan dari pihak sekolah, bekerja sambilan yang hasilnya digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran sampai berujung perceraian dengan sang suami, permintaan dari ayah Bu Erlin untuk resign dari sekolah, karikatur kebencian dan kesalahpaham tentang Holocaust yang belum dipahami para siswa, pertemuan wali murid tanpa kedatangan seorang pun. Itulah beragam cover yang perlu disingkap oleh Bu Erlin sebelum memperoleh kebahagiaan sejati. Bu Erlin menyadari bahwa pot

Al Ajnihah Mutakassirah

Al Ajnihah Mutakassirah Sayap-sayap Patah -----Kahlil Gibran-----   Wahai Langit Tanyakan pada-Nya Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini.. Begitu rapuh dan mudah terluka.. Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh Saat berselimut cinta dan asa..   Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu Didalam hati ini.. Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya Menghimpun berjuta asa Memberikan semangat.. juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira   Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa Menghimpit bayangan Menyesakkan dada.. Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa…   Wahai ilalang… Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini Mengapa kau hanya diam Katakan padaku Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini.. Sesuatu yang dibutuhkan raga ini.. Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali Desiran angin membuat

Cyrenaic School

Pendiri Cyrenaic School adalah Aristippus dari Cyrene. Ia adalah seorang filsuf Yunani yang mempelajari ajaran-ajaran Protagoras. Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya yaitu Cyrene, Afrika Utara. Aristippus juga bersahabat dengan Socrates. Pada suatu hari, Socrates mengajukan sebuah pertanyaan pada murid-muridnya, " Apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Aristippus menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kenikmatan. Aristippus memaparkan bahwa manusia sejak masa kecil selalu memcari kenikmatan dan bila tidak memdapatkannya, ia akan mencari sesuatu yang lain lagi. Aristippus menyetujui pendapat Socrates bahwa keutamaan adalah mencari hal "yang baik". Namun, ia menyamakan hal "yang baik" ini dengan kesenangan atau "hedone". Akal atau rasio manusia biasanya bekerja untuk memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan. Aristippus melihat kesenangan sebagai sesuatu yang aktual, artinya kesenangan terjadi di sini

Kalkulus Kebahagiaan

Siapa sih yang tidak ingin bahagia. Setiap orang pasti ingin bahagia alias senang serta senantiasa menghindari rasa sakit. Dan ternyata kebahagiaan yang berada dalam ranah rasa dapat dikalkulasikan dalam ranah logika. Jeremy - Betham menguak variabel yang dapat digunakan untuk memilah-memilih kebahagiaan sehingga lebih patut diperjuangkan. Variabel yang perlu dikalkulasikan jika ingin meraih kebahagiaan yakni: ♡ Intensity = intenistas atau kedalaman ♡ Duration = durasi atau jangka waktu ♡ Certainty = kepastian atau ketepatan ♡ Propinquity = kedekatan atau keintiman ♡ Feduncity =  kemanfaatan atau dampak ♡ Purity = kemurnian atau ketulusan ♡ Extent = keluasan atau keterjangkauan  

Mutiara Hikmah LoM

Mutiara hikmah terserak di setiap waktu dan ruang. Kita sebagai insan yang telah dianugerahiNya berbagai perangkat intelegensi seperti indra, akal, nurani, naluri, intuisi dan imajinasi sudah sepatutnya bersemangat memungut mutiara-mutiara hikmah yang bertebaran. Berikut rangkaian mutiara dari alur cerita film Lean on Me (LoM) yang perlu diabadikan dalam prasasti ini.  Pertama, cakra manggilingan atau perputaran roda kehidupan akan berjalan dengan mudah jika kita berkenan menerima perubahan yang diiringi dengan ikhtiar dan dukungan dari berbagai pihak. Akan tetapi cakra itu akan berputar tersengal-sengal saat ada friksi-friksi yang menghadang. Dalam dari alur film tersebut friksi yang dihadapi yakni pertarungan kepentingan yang kadang dituangkan dalam kebijakan sepihak, dampak-dampak negatif dari interaksi sosial yang salah pilih, ketegasan pemimpin yang tidak diimbangi dengan ketaatan anak buah, rasa sakit hati yang menjelma menjadi dendam. Kedua, becik ketitik ala ketara alias kebaik

Merangkai Legenda Bersama

Berpetualang di kegelapan malam Mencari kawan sejalan Pesonanya menghapus Sanubari yang bergemuruh Menegakkan telapak kaki yang lemah   Memantaskan diri Menetapi bintang yang benderang Menyusuri jalan Merangkai legenda bersama Menjadi bekal terindah Saat kita pulang menghadap-Nya *Imajinasiku malam ini membuat sajak yang semoga bisa untuk suvenir, bagi pecinta puisi silakan digunakan, gratis, no royalti✌😅  

Potret Kita

Kedatangan beliau-beliau bermaksud memotret kita seindah warna aslinya. Episode penantian akan kedatangan beliau-beliau di hari itu cukup membuat kita bosan, tetapi kita sedikitpun tak boleh menampakkan rasa kecewa apalagi protes. Setelah sekitar 45 derajat jarum kecil bergeser dari titik acuan semula, alhamdulillah proses pemotretan kita dimulai. Bukan sekedar kamera HP yang digunakan, bahkan bukan pula kamera SLR yang dipakai untuk memotret kita. Potret ini diambil dengan menggunakan instrumen yang hasilnya menjadi penentu atas ijin legalitas warna kita. Oleh karena itu kita benar-benar ikhtiar sepenuh hati untuk dapat memperoleh potret dengan warna terindah. Dalam episode pengambilan protret kita, ada warna yang tersirat dalam peranku yakni dengan menunaikan amanah mengkoordinasikan bagian konsumsi dan bingkisan. Alhamdulillah menu snack  maupun makan besar serta ketepatan waktu penyajian dapat terlaksana dengan memuaskan dan perlu dipertahankan. Warna elok untuk konsumsi patut terp

Ilmu, Kekuasaan dan Harta

Mengais tulisanku saat di ma'hady jannaty untuk menyuarakan pilu sang karbon yang kian merangkak Tiga pemimpin besar di dunia itu: akademisi (pemilik ilmu), negarawan (pemilik kekuasaan) dan entrepreneur (pemilik harta) Tiga bekal akherat itu : anak sholeh yang mendoakan ortu, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah. Negarawan sejatinya tak hanya mampu menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana dalam menagamen negara, tetapi juga mampu mengkader generasi selanjutnya menjadi lebih baik. Hal ini bisa diwujudkan dengan keteladanan yang hanya terpancar lewat amal yang ikhlas. Ya, keteladanan dimulai dari diri sendiri, managemen hati, produktif waktu dan pendayagunaan   jasad yang efisien menjadi bekal utama. Keteladanan itu membuahkan generasi pembangun peradaban yang sholeh-sholehah dan senantiasa menghargai jasa leluhur lewat untaian doa-doa. Bukan seperti negarawan aliran Fir’aun yang terlalu sombong meng-agungkan diri sebagai tuhan. Akademisi bisa mengajarkan ilmu yang berma

Alasan Cinta

Malam itu Pak Yai menasehati kami: Cinta itu indah, anak-anakku. Kalau dengan alasan cinta kalian melakukan hal-hal kotor dan menjijikkan, maka yakinlah bahwa itu bukan cinta, namun kesadaran rendahmu yang mengejar kesenangan. Cinta itu mengutuhkan dan menyatukan. Kalau dengan alasan cinta, kalian menghancurkan memporak-porandakan apa pun hubungan dan kebersamaan, maka ketahuilah bahwa itu bukan cinta, namun nafsu dan hasrat egois belaka. Cinta itu mengasihi dan tidak mungkin menyakiti. Kalau dengan alasan cinta, kalian sengaja membuat luka dan pedih pada siapa pun saja, maka ingatlah itu bukan cinta, namun ambisi kalian yang tak mau rugi dan kalah. Cinta itu nilai tertinggi. Kalau dengan alasan cinta, kalian melakukan hal-hal tak manusiawi maka ingatlah itu bukan cinta, namun kebinatangan-kebinatangan yang malih rupa. Cinta itu anak-anakku, adalah jalan paling indah menjadi manusia, juga jalan paling mulia menuju Allah. ---Fahruddin Faiz dalam Terjemah Rasa--- Patut kuabadikan pesan-p

Aku adalah Kebiasaan

Garis besar dulu ya, ke depan kita lanjutkan. Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif ♡Bertanggung jawablah atas hidup ini Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir, atau Mulailah dengan Mengingat-ingat Tujuan Akhir ♡Definisikanlah misi dan sasaran hidup Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama ♡Susunlah prioritas, dahulukanlah hal-hal yang penting. Kebiasaan 4: Berpikir Menang/Menang ♡Bersikaplah agar semua orang bisa menang Kebiasaan 5 : Berusaha Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami ♡Jadilah pendengar yang baik, yang tulus Kebiasaan 6: Wujudkan Sinergi ♡Bekerjasamalah agar mencapai hasil lebih baik. Kebiasaan 7: Asahlah Gergaji ♡Perbaruilah diri secara berkala. ---The 7 Habits of Highly Effective---

Tubuh

Istirahatlah, sayang Berhentilah barang sejenak Tak apa tertunda terlewati Segala tugas yang tak kenal batas diri   Begitu luas penerimaanmu Semua beban hidup Yang dicipta hasrat dan harap Tak ada kau tolak meski satu   Begitu dalam kepatuhanmu Semua arah dan perintah Yang digaris oleh segala cita Tak kau ingkari kau susuri   Capai lelah kini warnamu Remuk redam kini rasamu Melayani si diri yang tak kenal henti Melayani aneka asa yang tak tahu diri   Istirahatlah, sayang Usah tunggu peduli Karena bagi si diri Engkau hanya hiasan hari Untuk dipuji atau dicaci #Karya sang guru dalam "Terjemah Rasa" untuk pengingat bagi yang mau mengingat🙇‍♀️